Minggu, 06 Januari 2019

Kumpulan Puisi CIta-Cita Menjadi Polisi

Saat anak-anak ditanya ingin menjadi apa, kelak jika besar? Banyak anak-anak yang memiliih bercita-cita menjadi seorang polisi. Menjadi polisi adalah pekerjaan yang sangat mulia dan penting dalam sebuah negara. Polisi bertugas melindungi masyarakat dari kejahatan para kriminal. Jika polisi tegas, jujur dan adil, negara akan aman dan masyarakat bisa tidur nyenyak tanpa takut terjadi kejahatan pada diri mereka.

Semua itu membutuhkan kerja keras para polisi yang selalu berjaga sepanjang waktu. Kita harus menghargai kerja keras mereka dengan cara menaati hukum yang berlaku di negara ini. Pemahaman tentang hukum sebenarnya juga sangat penting dimengerti oleh anak-anak sejak dini.

Untuk itu saya telah menulis puisi bertema cita-cita menjadi polisi sebagai motivasi bagi anak-anak kita kelak agar terus bersemangat meraih cita-cita terutama menjadi polisi.



Baca Juga: 10 Puisi Cita-Cita Menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI)


Cita-Citaku Menjadi Seorang Polisi Lalu Lintas


Aku bercita-cita
kelak menjadi seorang polisi Lalu Lintas

Berbadan tegap
mengenakan topi berwana cokelat
Berseragam cokelat
memakai sepatu hitam mengkilat


Pagi pagi
berdiri di tengah jalan
mengatur lalu lintas
membantu pengendara jalan
yang ingin menyeberang

mengatasi kemacetan
di jalan raya

Polisi lalu lintas
pekerjaan yang mulia
semoga tercapai cita-citaku



Aku Ingin Menggapai Cita-cita menjadi Polisi Brimob

Brimob itu
Brigade Mobil

Satuan Polisi yang selalu siap
ditugaskan di berbagai tempat

sungguh gagah
menjadi Brimob

Selalu rapi saat berbaris
selalu serempak saat berjalan
dan selalu disiplin dalam kegiatan

Aku bertekad menjadi seorang Brimob
yang siap dan sigap ditempatkan di mana saja
menjaga ibu pertiwi
agar selalu tenang dan damai

Untuk itu kusiapkan fisik dan mentalku
agar kelak jadi Polisi Brimob yang tangguh


Menjadi Polwan yang Bersahaja


Memakai seragam polwan
lalu bertugas di Kantor Polisi
itulah cita-citaku


Polwan selalu terlihat menawan
berseragam khas polisi
mereka terlihat elegan

Aku ingin seperti mereka

Untuk itu
aku tak lelah belajar giat
tidak bosan membaca buku pelajaran
rajin berolahraga
dan tiada putusnya berdoa

agar aku bisa menjadi Polisi Wanita
yang bersahaja

Baca Juga: Kumpulan Puisi Cita-cita untuk Anak SD


Menjadi Polisi yang Jujur

Nasehat ayah ibu
selalu aku pegang

jadilah anak yang jujur
dalam setiap perbuatan

Nasehat itu
membuatku bercita-cita
ingin menjadi seorang
anggota Polisi yang jujur

Dengan menjadi polisi jujur
hukum akan terlaksana dengan adil
masyarakat akan semakin percaya
dengan hukum di negeri ini

dan Indonesia akan aman dan tenteram
berkat adanya polisi yang jujur


Kuingin menjadi Polisi yang Ramah

Aku memiliki cita-cita
kelak jika dewasa
menjadi seorang polisi yang ramah
kepada keluarga
kepada masyarakat


Jika aku menjadi polisi ramah
aku tidak akan sombong
dan semena-mena

dengan menjadi polisi ramah
membuat masyarakat
semakin cinta dan hormat kepada polisi

Tetapi aku akan tegas
menangkap penjahat
agar negara selalu aman

Semoga terkabul cita-citaku

Sabtu, 05 Januari 2019

10 Puisi Cita-Cita Menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Banyak anak-anak kita yang bercita-cita menjadi tentara. Mereka memimpikan dan membayangkan menjadi prajurit-prajurit loreng yang gagah perkasa menjaga kedaulatan negara. Menjadi tentara adalah cita-cita mulia. Biarkan dan berikan kesempatan bagi anak-anak agar mereka menggapai cita-cita untuk menjadi tentara.

Tanamkan dalam dada dan jiwa mereka semangat pantang menyerah, jujur dan ikhlas serta takwa kepada Tuhan agar mereka bertahan hingga tercapai cita-cita mereka.

Untuk itu, saya telah menulis sepuluh puisi dengan tema cita-cita menjadi tentara, baik itu Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara.


Baca Juga: Kumpulan Puisi Cita-Cita untuk Anak SD


Tentara, Cita-cita luhurku


Aku ingin memberitahumu
tentang cita-cita luhurku

Tentara, itulah cita-citaku
prajurit bangsa gagah berwibawa
selalu jujur
disiplin
tegas
dan pantang menyerah

cita-cita luhurku
tuk menjadi tentara
menjadi api semangat belajarku
tanpa lelah membaca buku
memperhatikan pelajaran

berlatih berolahraga
dengan teratur

agar tercapai cita-cita luhurku
Tentara



Menjadi Tentara yang Disiplin

Di televisi
menayangkan upacara bendera
Tentara-tentara berbaris rapi
baretnya warna warni

baret merah
baret hijau
baret biru
baret orange
baret ungu
baret hitam

semua mengenakan seragam yang sama
loreng

Ada juga yang berjalan bersama-sama
serempak setiap langkah kaki
dan gerakan tubuh lainnya

semua itu membuatku bercita-cita menjadi
seorang tentara yang disiplin


Tentara yang Pemberani, Itulah Cita-citaku

Tentara itu hebat sekali
berlatih perang menghadapi musuh
siap ditugaskan di seluruh penjuru negeri

Itu adalah impian dan cita-cita
yang sudah kutanam dalam dadaku
semoga bisa kuwujudkan
cita-citaku
menjadi tentara yang pemberani

berlatih keras di hutan rimba
tanpa bekal makan dan minum
berhari--hari

Tidak takut dengan kegelapan
juga hewan di hutan

Tentara yang pemberani, itulah cita-citaku


Bercita-cita Jadi Seorang Tentara

Setiap anak harus memiliki cita-cita
begitu kata ibu guru

Aku termenung sejenak
lalu teringat ayahku

aku ingin menjadi seorang tentara
seperti ayahku

setiap pagi
bangun pagi
salat subuh

memakai seragam loreng hijau
baretnya juga hijau
siap berangkat ke kantor

berbaris rapi
berlatih menembak
bersiaga menghadapi musuh

sungguh gagah seorang tentara
sungguh mulia menjadi tentara
mengorbankan jiwa raga
demi kedamaian bangsa dan negara




Aku ingin Menjadi Tentara Kopassus

Aku ingin menjadi Tentara
berseragam loreng
bersepatu lars
berbaret merah

Itulah Kopassus
berbaris rapi
berjalan tegap
badan selalu sehat
berolahraga setiap hari
berlari-lari sambil bernyanyi
bersama-sama tentara lain

Itulah cita-citaku
ingin menjadi tentara
Tentara Kopassus
Angkatan Darat


Cita-citaku menjadi Marinir

Cita-citaku
telah kutentukan
mulai saat ini

Aku ingin menjadi seorang Marinir
Angkatan Laut

Berbaret jingga
terampil berbaris
tangkas bela diri
mahir berenang
setiap hari naik kapal
mengarungi lautan

demi nusa dan bangsa
ku kan kejar cita-cita
menjadi seorang Marinir


Kukejar Cita-cita Menjadi Perwira

Aku belajar giat
membaca buku
rajin berolahraga
menjaga kesehatan

demi meraih cita-cita
bisa menjadi perwira
lulus dari Akademi Militer
menyandang pangkat perwira pertama

Ayah dan Ibu
bersimpuh aku di kakimu
mohon doa restu
semoga kuraih cita-citaku


Kuingin menjadi TNI Angkatan Udara

Suara helikopter
meraung-raung
di bandar udara militer

helikopter berhenti
keluarlah para penumpang

sepasukan tentara baret biru
berseragam loreng
bersepatu lars
dengan tas ransel di punggung
turun satu persatu

dengan gagah perkasa
mereka berbaris rapi
berjalan serempak
meninggalkan helikopter

itulah anggota TNI AU
aku ingin menjadi anggota TNI Angkatan Udara
menjaga angkasa Republik Indonesia

Baca Juga: Puisi tentang Guruku Pahlawanku untuk Anak SD

Izinkan aku menjadi anggota Paskhas 


Berbaret orange
seragam loreng
senjata di tangan
sepatu lars
gagah sekali

itulah pasukan khusus Angkatan Udara
Paskhas TNI AU

menjaga bandar udara
selalu siaga dari segala bahaya
yang mengancam kedaulatan udara
negeri tercinta

itulah cita-citaku

aku kan meraihnya
dengan belajar keras
giat berolahraga
dan rajin berdoa

semoga tercapai cita-citaku
aamiin


Semoga aku Menjadi Tentara

Papa Mama
aku sungguh ingin menjadi tentara
yang gagah perkasa

rela berkorban demi nusa dan bangsa
bertugas di mana saja
di seluruh Indonesia

Papa Mama
doakan aku semoga
aku bisa menjadi tentara

berbaret hijau
tas ransel di punggung
berjalan tegap
namun tetap bersahaja

Rabu, 02 Januari 2019

Pengalaman Pembayaran Adsense Via Wire Transfer Bank Panin

Saya merupakan salah satu publisher adsense yang diberi kepercayaan oleh Google Adsense untuk menayangkan iklan adsense melalui blog yang saya buat. Selanjutnya, publisher adsense akan menerima pembayaran dari google apabila akumulasi klik terhadap iklan di blog saya mencapai jumlah tertentu yang apabila dinominalkan menjadi minimal $100.

Publisher diberi kesempatan untuk memilih metode pembayaran. Selama ini saya memilih menerima pembayaran melalui western union, hingga akhirnya pada pembayaran bulan Desember kemarin, saya mengubah pembayaran melalui Transfer Bank. Pengaturan tersebut saya lakukan pada bulan November. Saya menggunakan nomor rekening istri saya yaitu rekening bank panin untuk menerima pembayaran tersebut

Mengatur pembayaran di akun adsense

1. Silakan login adsense
2. Pilih Pembayaran -> Mengelola Metode Pembayaran -> Wire Transfer



Isikan pada formulir yang tersedia.
- nama pada rekening bank : saya isi dengan nama istri saya
- nama Bank : PANIN BANK
- SWIFT BIC : PINBIDJA *
- nomor rekening : nomor rekening istri saya.
- ketik ulang nomor rekening : tulis lagi nomor rekening

Untuk formulir lain, tidak perlu saya isi.
lalu simpan

Proses Pembayaran

Penantian terhadap pembayaran google adsense bulan november yang dibayar pada bulan Desember akhirnya usai sudah. Pada tanggal 21 Desember sekitar pukul 20.00 saya menerima surat elektronik dari Google adsense yang menginformasikan pembayaran sudah dikirim ke rekening.

Esok paginya, saya melakukan pengecekan melalui mesin ATM. Alangkah kagetnya ternyata saldo belum bertambah. Setelah itu hampir setiap hari saya melakukan pengecekan. Hingga akhirnya pada hari Rabu, 26 Desember 2018 sekira pukul 14.00 saya diberitahu oleh istri saya bahwa dia baru saja mendapat telepon dari Bank Panin yang menginformasikan bahwa transfer dari Google Singapura telah masuk. Berarti, uang hanya bisa masuk ke rekening pada saat hari kerja.

Setelah itu pada sore harinya, uang saya ambil dan saya lakukan pengecekan, biaya yang dikenakan Bank panin saat menerima transfer dari luar negeri dalam kurs dollar adalah sebesar $5.

* Kode Swift bank lain

Senin, 31 Desember 2018

Berziarah ke Makam R.M.P. Sosrokartono di Sedomukti, Kudus

Ini merupakan pengalaman yang terjadi beberapa tahun silam, yakni ketika saya berziarah ke makam R.M.P Sosrokartono, yang merupakan kakak dari R.A. Kartini. Akan tetapi saya baru sempat menulis di blog ini pada akhir tahun ini, 31 Desember 2018. Alasan mengapa saya tertarik berkunjung ke makam R.M.P. Sosrokartono adalah:

1. Berdasarkan pernyataan almarhum bapak Damardjati Supadjar. Beliau pernah mengatakan selama dalam hidupnya, Bung Karno pernah menyembah dua orang, pertama Ibunda beliau, Ida Ayu Nyoman Rai. Kedua, RMP Sosrokartono. Dalam Penyambung Lidah Rakyat, Cindy Adams juga menulis nama Sosrokartono.

2. Dari beberapa blog tarekat Shiddiqiyyah yang menceritakan tentang R.M.P Sosrokartono.

Kedua alasan tersebut menuntun saya dan beberapa teman untuk berziarah ke makam R.M.P Sosrokartono.

Makam R.M.P Sosrokartono letak di dalam kompleks permakaman Sedomukti, makam keluarga Condronegoro  yang merupakan buyut dari RMP. Sosrokartono dan tentu saja R.A. Kartini.

Lokasi makam berada  di desa Kaliputu, kurang lebih 1 km dari pusat kota kudus. Bagi anda yang berkunjung ke Gunung Muria dari arah kota kudus, pasti melewati daerah ini. Dengan adanya teknologi semacam google map, sangat mudah menemukan tempat ini.


Diiringi gerimis saya tiba di depan pintu gerbang pemakaman Sedomukti. Saat itu pintu dalam keadaan tertutup. Tidak tampak ada juru kunci, kecuali seorang ibu yang berusia sekitar 45 tahun. Setelah minta izin pada seorang ibu tersebut, saya diizinkan masuk ke dalam kompleks pemakaman Sedomukti.

Tiba di dalam, area permakaman ternyata cukup luas. Di dalamnya ada pintu gerbang lagi yang merupakan lokasi utama pemakaman Sedomukti. Dari pintu gerbang tersebut kami melangkah ke utara menuju ke sebuah bangunan yang terletak lurus dari pintu gerbang.


Saya sempat mengira bahwa makam tersebut adalah makam RMP. Sosrokartono. Ternyata bukan, makam tersebut adalah makam Condronegoro. Lalu, saya melangkah ke arah timur, melewati beberapa bangunan, akhirnya saya menemukan makam RMP Sosrokartono yang terletak di bagian timur Kompleks Sedomukti.


Setibanya di makam tersebut, saya mengucapkan salam kepada juru kunci makam yang bernama Pak T. Sunarto. Setelah dipersilakan duduk, saya mengutarakan maksud kedatangan yakni untuk berziarah ke makam RMP. Sosrokartono. Bagian kompleks makam RMP Sosrokartono berisi makam, foto RMP Sosrokartono, lukisan RMP. Sosrokartono, tulisan alif di atas makam, Sebuah prasasti yang bertuliskan doa, tulisan di bagian kanan dan kiri makam, kendi, gelas, kitab suci Alquran, meja tempat pak Sunarto menerima tamu dan rak buku.






Entah bagaimana ceritanya, kami sudah terlibat perbincangan yang cukup akrab dengan Pak Sunarto. Isi perbincangan antara lain tentang diri Pak Sunarto sendiri, tentang kami, tentang kehidupan, tentang makam dan yang paling menarik adalah tentang perjalanan hidup dan ajaran RMP. Sosrokartono.



RMP Sosrokartono lahir di Jepara pada Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M dan wafat di Bandung pada tanggal 8 Februari 1952.

Pak Sunarto mengatakan bahwa R.M.P. Sosrokartono adalah sosok manusia yang telah menjalani dan melakoni Catur Murti. Yakni bersatunya pikiran, perasaan, perbuatan dan perkataan. Beliau bukan sekedar berteori.

Pak Sunarto memberikan penjelasan tentang falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono yang tertulis di bagian kiri dan kanan makam.

Sugih tanpo Bondo
Digdoyo tanpo Aji
Ngaluruk tanpo Bolo
Menang tanpo Ngasorake

Bagi saya ungkapan tersebut mengandung paradoks, bagaimana mungkin kaya tanpa harta, Sakti tanpa Aji/ Ilmu. Menyerang tanpa teman. Menang tanpa mengalahkan. Tetapi hal tersebut sudah dilakukan oleh R.M.P. Sosrokartono. Sebuah hal yang belum bisa saya pahami sepenuhnya.

Dikisahkan juga oleh Pak Sunarto, bahwa di salah satu negara di Eropa, R.M.P. Sosrokartono pernah berhasil mengobati orang sakit, oleh sebab itu beliau diberi kendaraan mewah dan seorang calon istri yang merupakan putri dari pejabat di negara tersebut. Tetapi ditolak oleh beliau. Bermewah-mewahan bertentangan dengan sugih tanpa banda. Sementara mengapa beliau menolak seorang perempuan. Akan saya uraikan di bagian lain ketika membahas Djoko Pring.

Selain falsafah tersebut, Pak Sunarto juga membabarkan makna falsafah lain, yang juga tertulis di batu nisan.

Trimah mawi pasrah
Suwung pamrih, tebih ajrih
Langgeng tan ono susah, tan ono bungah
Anteng manteng, sugeng jeneng.

Secara ringkas, kalimat tersebut bermakna keikhlasan, rila dan menjauhi rasa takut terhadap apapun. Anteng manteng seperti huruf alif yang tertulis di atas makam beliau. Belakangan budayawan Sudjiwo Tedjo mengabadikan falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono dalam bentuk lagu dengan judul Sugih Tanpo Bondo.

Diskusi sempat terhenti ketika ada tamu yang meminta Pak Sunarto untuk membuka pintu salah satu ruangan makam yang lain. Selama kepergian Pak Sunarto, kami membaca pelbagai buku yang berisi ajaran-ajaran R.M.P. Sosrokartono dan buku yang ditulis oleh paguyuban Sosrokartanan yang berpusat di Surabaya. Setelah Pak Sunarto kembali, diskusi kembali berlanjut mendiskusikan nama samaran R.M.P. Sosrokartono yaitu, Mandor Klungsu dan Djoko Pring.

Mandor Klungsu. Klungsu merupakan biji pohon asem yang masih kecil, bijinya sangat keras.  R.M.P. Sosrokartono menamakan dirinya sebagai seorang Mandor atau pengawas Klungsu yang berarti selalu memandang ke bawah. Artinya senantiasa bersyukur.

Djoko Pring. Djoko berarti jejaka. Inilah pilihan hidup R.M.P. Sosrokartono, beliau memilih selibat. Inilah alasan, kenapa dia menolak dijodohkan dengan seorang gadis cantik asal eropa. Lalu pring?Berarti bambu. Dalam bahasa jawa kromo, pring berarti deling. Yaitu kendel dan eling. Berani dan senantiasa eling.

Falsafah lain yaitu Ilmu kantong bolong. Beliau sangat loma, dermawan terhadap siapapun. Beliau tidak tega melihat penderitaan rakyat.

Beliau juga menjelaskan perihal doa RMP. Sosrokartono pada saat diminta mengatasi wabah di Sumatera. Doa tersebut diabadikan dalam bentuk prasasti dalam gambar di bawah ini yang ada di bagian makam RMP. Sosrokartono.


Gusti engkang moho agung , Gusti engkang moho kuwoso , mugi-mugi kaparengono Kabul engkang dados maksud lan hajatipun poro ummat sedoyo , mugi-mugi lengkapo welas lan ngapurane gusti dumateng poro ummat , gusti-gusti mugi kersoho dawahaken samudraning berkah dating poro ummat, nyernaaken sagungeng susah lan saget paring wewangi sugeng lajengipun poro kawulo, welas-welas gustining jagat, waras-waras saking kersane Allah.

Di sela-sela perbincangan, saya juga sempat bertanya pada Pak Sunarto, yang manakah yang disebut pohon nagasari. Beliau menengok ke sebuah pohon di sebelah selatan makam RMP. Sosrokartono dan memberitahu bahwa pohon tersebut adalah pohon nagasari.

Tak terasa, waktu terus berjalan hari pun semakin beranjaksore, kamipun mohon diri pada pak Sunarto.

Kredit gambar: Catatan pada laman Facebook Victor Alexander Liem

Sabtu, 29 Desember 2018

Kisah Guru Bernama Tan Malaka yang Menjadi Pahlawan Nasional

Dalam literatur sejarah, dunia pendidikan Indonesia memiliki banyak tokoh pahlawan yang pada awalnya berprofesi sebagai seorang guru. Mereka berjuang melalui pendidikan untuk mencerdaskan bangsa demi membebaskan diri dari kebodohan akibat penjajahan Belanda. Salah satu tokoh guru yang jarang mendapat perhatian bahkan dari kalangan dunia pendidikan adalah sosok seorang guru berprestasi yang berasal dari Sumatera yang bernama Tan Malaka. Karena berbagai prestasinya itulah, Tan Malaka mendapat beasiswa untuk bersekolah guru di negeri Belanda. Bagaimana kisah Tan Malaka dari seorang guru hingga menjadi Pahlawan Nasional, mari kita simak bersama.

Masa Kecil Tan Malaka


Tan Malaka lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, Hindia Belanda pada 2 Juni 1897. Ia terlahir dengan nama Ibrahim. Ayahnya bernama Rasad Caniago sedangkan ibunya bernama Sinah Sinabur. Keduanya adalah sosok yang disegani di lingkungan mereka. Ibrahim kecil tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat religius. Ia adalah anak yang cerdas dalam ilmu agama.

"Saya lahir dalam keluarga Islam yang taat... Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Quran, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tiada acap diceritakannya pemuka, piatu Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah (menangis) mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu jitu dan mulia," kata Tan Malaka dalam buku Madilog.


Riwayat Pendidikan Tan Malaka


Tidak hanya cerdas dalam ilmu agama, dalam pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Belanda, Tan juga dikenal sebagai siswa yang pintar. Pendidikan formal diawali sekolah rakyat. Selepas lulus Sekolah Rakyat, pada umur sebelas tahun (1908) dia mendapat kesempatan untuk bersekolah di Sekolah Guru nomor satu yaitu Kweekschool (Sekolah Guru Negeri) di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), Minangkabau. Atas prestasi dan kecerdasannya, Tan Malaka bahkan diangkat sebagai anak oleh seorang guru Belanda yang menjabat sebagai Direktur II, GH Horensma dan istrinya.


Guru Horensma ini pula yang memberikan banyak pengaruh bagi jalan hidup Tan Malaka. Kepintaran Tan dalam pendidikan membuat guru Horensma bermaksud menyekolahkan Tan Malaka ke negeri Belanda. Pada saat Tan berusia 16 tahun (1913) ia berangkat menuju ke negeri Belanda untuk melanjutkan pendidikan guru negeri (Rijksweekschool) di Harleem, Belanda.

Proses keberangkatan Tan Malaka ke Belanda ternyata cukup berliku. Tan memiliki masalah dengan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan dan hidup di negeri Belanda. Beruntung atas kerjasama antara guru Horensma dan  orang tua Tan Malaka, penduduk di Pandan Gadang, secara ikhlas meminjamkan uang kepada Tan Malaka.

Di negeri kincir angin itu, Tan Malaka mengalami berbagai peristiwa monumental. Meskipun demikian juga jalan hidup Tan Malaka berjalan tidak selalu mulus. Berbagai kendala dialaminya, mulai dari menderita sakit, kekurangan uang hingga kegagalan dalam ujian. Proses pendidikan yang seharusnya bisa selesai selama dua tahun, ternyata baru bisa selesai setelah enam tahun. Tan lulus Rijksweekschool pada tahun 1919.

Di Belanda itulah Tan Malaka mulai berkenalan dengan sosialisme. Selepas Revolusi Rusia, Oktober 1917, Tan semakin intens membaca buku-buku Karl Marx, Frederich Engels dan Vladimir Lenin.


Riwayat Mengajar Tan Malaka


Sebelum Tahun 1913. Karir Tan Malaka sebagai seorang guru dimulai dari tanah kelahirannya. Dididik dalam kultur pendidikan Islam, Tan Malaka dikenal sebagai anak yang cerdas. Dalam usia yang masih sangat belia Tan  bisa menafsirkan Al-Quran. Atas kecerdasannya dia ditunjuk sebagai guru muda oleh tokoh agama di daerahnya. Mungkin jika dia hidup pada masa sekarang dia bisa disebut Ustadz. Sebagai guru ngaji, ia kerap berkeliling desa untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Peristiwa ini terjadi sebelum Tan pergi ke Belanda.

Tahun 1919 - 1921. Setelah menempuh pendidikan Guru di Rijkweekschool, Belanda, Tan pulang kembali ke Hindia Belanda. Ia menerima tawaran dari Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara. Deli (sebagaimana dituturkan dalam buku dari Penjara Ke Penjara ) sejak Tan berada di sana (1919 - 1921) menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Di sana terlihat pertentangan tajam antara modal dan tenaga, serta antara penjajah dan yang terjajah.

Cara pandang tersebut bisa diperoleh Tan, mungkin sebagai akibat dari pengetahuannya tentang sosialisme yang didapat selama di negeri Belanda. Akibatnya, tak hanya mengajar baca tulis bahasa melayu bagi anak-anak kuli, Tan juga mengajarkan pendidikan politik bagi para buruh. Di Deli inilah lahir kata-kata monumental Tan Malaka tentang tujuan pendidikan, bahwa maksud pendidikan anak kuli terutama ialah mempertajam kecerdasan, memperkokoh dan memperhalus perasaan si murid.

Tahun 1921-1924. Selepas dari Deli, Sumatera Utara, Tan Malaka semakin aktif dalam dunia politik dan perjuangan kemerdekaan. Meskipun demikian, ia tetap tidak melupakan statusnya sebagai seorang guru. Ia mendirikan sekolah bernama Sarekat Islam School (SI School) di Semarang, Jawa Tengah. Tan bermaksud mendidik manusia agar tak sekadar pandai tapi juga berjiwa merdeka dan peduli pada nasib rakyat.
Siswa SI School Semarang
Gambar 2. Siswa Sarekat Islam School Semarang

"Sekolah ini menjadi pesaing HIS, sekolah sekunder, terbuka dan terbatas untuk orang Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan dasar mereka di Sekolah Kelas II (Tweede Klasse),” kata sejarawan Harry Poeze.

Tan merumuskan tiga tujuan utama didirikannya SI School :

1. Memberi senjata cukup, buat pencari penghidupan dalam dunia kemodalan (berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Jawa, Melayu, dsb).
2. Memberi Haknya murid-murid, yakni kesukaan hidup, dengan jalan pergaulan (verenniging). Menurutnya, bahwa ia (murid-murid) masih kanak-kanak dalam usia mana ia belum boleh merasa sengsaranya hidup dan berhak atas kesukaan bergaul sebagai kanak-kanak.
3. Menunjukan kewajiban kelak, terhadap pada berjuta-juta Kaum Kromo. Kewajiban itu adalah  bahwa murid-murid kita kelak jangan hendaknya lupa pada berjuta-juta Kaum Kromo (kaum miskin), yang hidup dalam kemelaratan dan kegelapan. Bukanlah seperti pemuda-pemuda yang keluar dari sekolah-sekolah biasa (Gouvernement) campur lupa dan menghina bangsa sendiri.

Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional

Datuk Ibrahim atau Tan Malaka memang memiliki riwayat hidup yang sangat menarik untuk dipelajari. Ia berperan dalam berbagai bidang kehidupan, sebagai politikus, pemimpin partai, pejuang nasional, gerilyawan, guru dan masih banyak lagi. Jejak langkah yang ditinggalkannya semasa hidup turut memengaruhi arah perjalanan bangsa Indonesia.
Untuk itu, merupakan keputusan yang sangat tepat, jika Presiden Sukarno menetapkan Bapak Bangsa ini sebagai pahlawan nasional. Keputusan penetapan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional dikeluarkan pada tanggal 28 bulan 3 tahun 1963, sesuai dengan Surat Keterangan (SK) Presiden No 53 tahun 1963.


Referensi :
1. Islam Dalam Tinjauan Madilog
2. SI Semarang dan Onderwijs
3. Kecerdasan dan Perjuangan Tan Malaka Meraih Pendidikan dari Hasil Utangan
4. SI School, Sekolah Alternatif
5. Tan Malaka

Pesona Wisata Bahari Lamongan

Dari jendela bus pariwisata yang kami kendarai, aku melihat hamparan laut pantai utara terbentang begitu luas dan biru. Perlahan bus pariwisata kami menyusuri jalan yang dikenal dengan nama jalur Pantura, di daerah Tuban, Jawa Timur. Laju bus makin cepat menuju lokasi Wisata Bahari, Lamongan.

Dari kejauhan, tampak banyak bus yang parkir di sepanjang bahu jalan. Akhirnya bus pun berhenti di depan pintu masuk. Dengan cepat saya dan sekitar 90 penumpang lainnya turun dari dua bus menuju lokasi wisata. Agak kaget melihat begitu banyaknya pengunjung yang memadati lokasi WBL. Hari itu, 18 Mei 2011 sungguh banyak sekali pengunjung yang datang ke WBL yang dulu dikenal dengan nama Tanjung Kodok.



Di area parkir, berjejer puluhan bus dan kendaraan dengan plat nomor dari berbagai kota di Jawa. Di sudut lain, tampak ratusan orang memadati lokasi di depan lokasi Wisata Bahari Lamongan.
Rombongan saya segera menuju kearah gerbang masuk yang ditandai dengan Patung Kepiting Raksasa di sisi atas. Jam menunjukkan pukul 11:30 WIB ketika saya dan rombongan yang terdiri dari anak anak SD dan beberapa Bapak/ Ibu Guru berdiri menunggu di luar gerbang masuk, sementara Beberapa Panitia masuk untuk membeli tiket.

Kurang lebih setengah jam, diantara kerumunan pengunjung yang luar biasa, saya dan rombongan akhirnya mendapatkan tiket masuk berupa Gelang. Setiap tiket berharga Rp.55.000 untuk lokasi masuk ke berbagai Wahana di WBL dan Goa/ Kebun Binatang Maharani.

Gelang segera dibagikan ke seluruh anggota rombongan. Di pintu masuk semua gelang diperiksa oleh petugas. Akhirnya kami pun masuk ke area utama WBL. Dari situ rombongan di bagi sekitar 10-15 anak dan satu Guide. Terus terang saya baru pertama kali mengunjungi tempat wisata ini, jadi sama sekali tidak tahu ada apa sebenarnya di lokasi tersebut. Saya dan beberapa anak pun segera memasuki berbagai wahana, dimulai dari Rumah Kucing, yang menurut saya sama sekali tidak menarik.

Kemudian dilanjutkan ke lokasi lain. Saya melihat ada semacam permainan ketangkasan, yaitu menembak. Dan lagi lagi hal tersebut tidak menarik sama sekali. Sampai di sini saya masih bertanya-tanya seperti apakah sebenarnya WBL itu. Lalu tibalah saya dan rombongan di sebuah tempat "Bioskop 3D" akan tetapi antriannya sangat banyak. Sehingga terpaksa kami lewati. Begitu juga Rumah Sakit Hantu.

Wahana berikutnya kami masuk ke Wahana Bajak Laut yang berisi tentang suasana di kapal bajak laut. Dari situ saya baru bisa menyimpulkan bahwa WBL sebenarnya mirip dengan (DUFAN) Dunia Fantasi Jakarta.

Kemudian dilanjutkan ke Wahana Rumah Kaca. Sebenarnya ada wahana 4G yang sebenarnya cukup menantang, akan tetapi anak anak tidak bersedia naik. Akhirnya kami menuju ke Crazy Car, semacam Roller Coaster. Tim saya sekitar 12 anak semua naik ke wahana ini. Ada cukup banyak wahana yang terpaksa di lewati, karena ternyata anak anak lebih suka berenang di kolam renang.
Goa Maharani

Dari lokasi WBL, perjalanan wisata dilanjutkan ke Maharani. Yang ternyata adalah sebuah kebun binatang dan goa stalaktit dan stalakmit. Ada berbagai hewan seperti harimau, siamang, Rusa dll yang mengisi kebun binatang ini.

Kemudian saya memasuki Goa Maharani, yang berisi stalaktit dan stalakmit, Ada juga koleksi bebatuan. Bahkan ada juga fosil Tectona Grandis (kayu jati). Goa ini bisa menjadi wisata jaman pra sejarah. Ada juga batu berwarna hijau yang mirip mirip Cryptonite. Akhirnya semua lokasi sudah dikunjungi, kami segera meninggalkan Lamongan, kembali ke Jawa Tengah. Melewati Jalur Pantura.
Saya menyimpulkan, lokasi ini sangat saya rekomendasikan untuk dikunjungi siswa siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kamis, 27 Desember 2018

Bagaimana Keadaan Pendidikan Multukultural di Indonesia?

Ada hubungan erat  di antara Demokrasi, dan Pendidikan Multikulturalisme. Ini bisa dipahami dari definisi keduanya. Demokrasi 1adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Sementara, pendidikan multikulturalisme2 dapat didefinisikan sebagai pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.
Dari pengertian demokrasi di atas, kita bisa memungut kata antara lain, kebebasan politik, hak, bebas dan setara. Sementara, dari definisi tentang pendidikan multikulturalisme terkandung makna keragaman. Hubungan di antara keduanya bisa dijelaskan dalam kalimat, pemahaman yang benar tentang keragaman merupakan sebuah hal yang wajib dipahami dan dilaksanakan dalam rangka menuju kehidupan demokrasi yang yang sehat dan beradab yang menghargai dan mengakomodasi kebebasan politik secara bebas dan setara. Ini berarti pendidikan multikulturalisme menjadi landasan penting yang dapat mempercepat laju demokrasi sebuah bangsa, dalam hal ini bangsa Indonesia.



Sebelum lebih jauh melihat implementasi pendidikan multikulturalisme, ada baiknya kita menengok ke belakang. Sejarah pendidikan multikulturalisme di Indonesia bisa dirunut pada kegigihan Bung Karno menemukan formula yang tepat untuk menggambarkan keragaman di Indonesia. Kegigihan tersebut membuahkan ungkapan monumental yaitu Bhinneka Tunggal Ika 3 yang diucapkan oleh Presiden Soekarno sendiri pada tanggal 22 Juli 1958 di Istana Negara, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Ini menandai bahwa perbedaan dan keragaman merupakan hal yang tidak menghalangi persatuan dan kesatuan.
Melalui sejarah pula, urgensi pendidikan multikulturalisme dalam rangka berdemokrasi juga bisa dipahami. Sejak awal, Republik Indonesia merupakan negara yang menggunakan demokrasi sebagai sistem bernegara. Berangkat dari itu, menjadi kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia untuk bersama-sama mempercepat laju demokrasi demi meneruskan cita-cita pendirian negara Republik Indonesia. Sebaliknya, menghambat laju demokrasi sama saja hendak menggagalkan tujuan pendirian Republik Indonesia.
Meskipun begitu, setelah tujuh puluh tahun Indonesia merdeka, hambatan terhadap proses pendidikan multikulturalisme masih saja terjadi. Apalagi sejak pemerintah Orde Baru berkuasa, perbedaan dan keragaman menjadi hal yang tabu kala itu. Hasil dari perbuatan orde baru tersebut masih bisa kita rasakan hingga sekarang.
Di berbagai tempat dan situasi, baik masyarakat maupun pemerintah masih belum sepenuhnya bisa menyadari bahwa sejak awal, bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur. Yang lebih menyedihkan, adanya tindakan kriminal yang dilakukan sekelompok orang terhadap kelompok lain yang dianggap berbeda. Contohnya kasus pembakaran masjid di Papua dan kasus pembakaran masjid Ahmadiyah di Cikeusik.
Berdasarkan semua itu, penyelenggaraan pendidikan multikulturalisme menjadi sesuatu yang sangat mendesak. Sayangnya, keseriusan pemerintah dalam melaksanakan pendidikan multikulturalisme dirasa belum maksimal. Ini ditandai dengan : (1)belum adanya  landasan hukum yang cukup kuat untuk melaksanakan pendidikan multikulturalisme, (2) Di lapangan, keberadaan pendidikan multikulturalisme juga belum bisa dirasakan.
Undang-Undang yang dianggap menjadi landasan hukum pendidikan multikulturalisme adalah UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003. Akan tetapi menurut penulis, UU ini masih menimbulkan multitafsir terutama jika dikaitkan dengan pendidikan multikulturalisme. Harus ada UU yang secara implisit mewajibkan penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Di lain pihak, dalam lingkungan pendidikan dasar di mana penulis beraktivitas sehari-hari, kurikulum pendidikan yang ada cenderung mengajarkan penyamaan berbagai karakter siswa yang pada dasarnya berbeda. Sistem pendidikan yang ada, belum mampu mengakomodasi keragaman yang dimiliki oleh peserta didik. Ini menyebabkan pendidik mau tidak mau harus menihilkan adanya perbedaan di kalangan peserta didik dan secara tidak langsung membenarkan asumsi bahwa semua peserta didik sama dalam segala hal.
Akhirnya, penulis tiba pada kesimpulan bahwa melaksanakan pendidikan multikulturalisme di Indonesia memang bukan hal yang mudah. Kultur dan budaya masa lalu bangsa Indonesia yang cenderung menolak adanya perbedaan menjadi masalah yang harus segera dicari solusinya. Di satu sisi, budaya menjadi identitas bangsa, akan tetapi di sisi lain, budaya bisa menjadi penghambat pendidikan multikulturalisme. Situasi ini menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan dengan baik oleh pemerintah.

Catatan Kaki
1.      Wikipedia, “Demokrasi”.https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses pada tanggal 16 September 2015 pukul 02.00
2.      Hanum, Farida. Pentingnya Pendidikan Multikulturalisme dalam Mewujudkan Demokrasi di Indonesia.

3.       Kaskus. “Sejarah dan asal usul Bhinneka Tunggal Ika menjadi Semboyan Indonesia “,https://www.kaskus.co.id/thread/52ee07f4a3cb17674f8b4699/sejarah-dan-asal-usul-bhinneka-tunggal-ika-menjadi-semboyan-indonesia/1,diakses pada tanggal 16 September pukul 02.20.

Mengunjungi Lumpur Kesongo, Fenomena Alam yang Unik

Berawal dari sebuah diskusi dengan teman teman tentang aksara Jawa, Kerajaan Medang Kamulan, Ajisoko dan Bledug Kuwu, kami merencanakan mengunjungi kerajaan Medang Kamulan yang konon ada di wilayah Kabupaten Grobogan. Perjalanan tersebut memang membawa kami ke sebuah tempat bernama Medang Kamulan dan sebuah tempat bernama Kesongo.

Mengenai Medang Kamulan, hampir tidak banyak hal yang menunjukkan bahwa tempat tersebut pernah menjadi kerajaan. Saya justru tertarik dengan sebuah tempat bernama Kesongo.

Kawasan Lumpur Kesongo memiliki luas 119,1 ha, yang terdiri dari 3 tipe habitat. Ketiga tipe tersebut adalah kawasan semburan lumpur, kawasan rawa dan kawasan padang rumput (savanna). Kawasan semburan lumpur merupakan kawasan yang dipenuhi oleh lumpur yang keluar dari perut bumi, pada daerah ini tidak ada vegetasi yang bisa hidup. goasentono.blogspot.com

Maka saya dan empat orang teman, pada 17 September 2011 mengadakan perjalanan ke Kesongo yang terletak di koordinat 7°9’20″S 111°15’13″E di Kecamatan Gabus, kabupaten Grobogan. Waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB ketika kendaraan yang saya kendarai berbelok ke utara memasuki jalan di sebelah Terminal Sulursari, kemudian melewati rel kereta api, kurang lebih 500m di perempatan kami berbelok ke kanan. Kondisi jalan tidak terlalu bagus. Kurang lebih 20 menit, kami tiba di kawasan Sumber Lumpur Kesongo.

Di bawah ini merupakan kawasan di sisi selatan Sumber Lumpur Kesongo. Ada sekawanan burung Bangau Tongtong yang sedang terbang.



Memasuki area sumber lumpur Kesongo, waktu menunjukkan jam 11.00 WIB, namun kondisi tidak terlalu panas, karena memang agak mendung. Kami disambut hamparan rumput Grinting (Cynodon dactylon)yang sangat luas. Sekawanan kerbau yang dibiarkan secara liar untuk mencari makan. Dan yang menarik, ada sekawanan burung Belibis yang sedang bergerombol, yang berhasil saya ambil gambar dari kejauhan. Hal ini sekaligus membuktikan tentang informasi yang saya dapatkan dari website Perhutani.




Kawasan kesongo juga merupakan habitat beberapa jenis burung (aves) seperti Bangau tong-tong (leptotilos javanicus), manyar jambul (Ploccus manyar), belibis (Dendrocygna javanica), Belibis Batu (Dendrocygna javanica), Alap-alap capung (Microhierax frigillarius).

Kawasan rumput yang luas, burung belibis yang sedang terbang bergerombol adalah fenomena yang menarik. Lalu langkah kaki kami mulai memasuki fenomena yang tidak kalah eksotik, yakni kawasan kedua dari Kesongo yaitu Kawasan Semburan Lumpur. Saya agak merasa aneh ketika mendengar suara berdesis di sekitar saya. Ternyata suara tersebut berasal dari letupan lumpur yang keluar dari dalam tanah. Memang benar saya melihat sebuah tempat yang benar benar berbeda dengan kawasan sebelumnya. Tampak di kanan kiri saya, bekas bekas letupan lumpur yang mirip miniatur gunung berapi.

Jumlahnya tidak bisa saya hitung. Dan yang luar biasa, letupan lumpur tersebut masih aktif, mulai dari yang kecil sampai yang agak besar. Sekilas memang mirip dengan fenomena lumpur di Bledug Kuwu. Yang membedakan letusannya memang tidak sebesar Bledug kuwu. Tapi justru inilah yang menarik,  letupan di Kesongo berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain, sehingga meninggalkan banyak sekali bukit bukit kecil, seperti tampak pada gambar di bawah ini.



Gambar diatas merupakan aktivitas letupan lumpur yang terjadi di Kesongo. Menurut penduduk sekitar, biasanya juga ada ledakan besar yang disebut dengan Kurdo.






Sedangkan gambar di atas merupakan kawasan rawa, dimana terdapat rumput Mlingi, tempat minum sekawanan burung burung dan juga hewan ternak seperti kerbau.

Kami beristirahat sejenak di sebuah gardu kayu yang dipenuhi gambar Semar. Bagi saya, Kesongo memang merupakan sebuah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Menarik dari segi cerita atau legenda karena konon disitulah tempat Ajisoko menghukum Joko Linglung. Selain itu Kesongo merupakan sebuah kawasan ekologi yang juga menarik untuk diketahui dan dikunjungi.
Setelah beristirahat kami meninggalkan kawasan Kesongo. Sebuah tempat wisata di Kabupaten Grobogan yang selama ini terlupakan. Akses masuk yang cukup sulit mungkin menjadi penghambat mengapa jarang orang yang berkunjung ke tempat tersebut.

Manfaat Menguasai Literasi Baca Tulis bagi Anak Sekolah

Literasi baca tulis merupakan salah satu literasi dasar yang semestinya dikuasai setiap insan di negeri ini. Tidak heran, pada masa-masa awal mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar, guru akan sangat serius mengajari muridnya mengenal abjad. Setelah itu, dengan telaten, guru akan mengajari mereka menulis dan kemudian membaca.

Salah satu di antara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca-tulis. Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari.



Saat itu, mungkin saja kemampuan membaca buku pada setiap anak cenderung sama, namun seiring perjalanan waktu, kemampuan antar anak akan saling berbeda. Hal itu tentu saja tergantung pada intensitas anak membaca buku. Semakin sering anak membaca, semakin bagus pula kemampuannya untuk memahami kata-kata dan hasilnya, ia akan lebih mudah memahami pelajaran.[1]

Sayangnya, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Berdasarkan data Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata hanya tiga sampai empat kali per minggu. Sementara jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya lima hingga sembilan buku per tahun. [2]

Minat baca masyarakat juga sangat rendah jika dibandingkan dengan minat baca Bambang Hartono, peraih medali perunggu cabang olahraga bridge, sekaligus pemilik PT. Djarum Kudus. "Saya dulu kalau mau berhasil sepekan bisa membaca lima judul. Satu hari di luar jam kerja minimal 200 halaman. Jadi tiga jam saya baca ", kata Bambang Hartono.[3]

Fakta tersebut mau tidak mau membuat pemerintah berupaya keras meningkatkan minat baca,  yaitu meningkatkan kemampuan literasi baca tulis manusia Indonesia. Sebab sumber daya manusia merupakan aset terbesar bagi bangsa untuk bersaing dengan orang asing. Untuk itulah perlu dipaparkan alasan tujuan dari literasi baca tulis. Penguasaan literasi baca tulis sangat penting dan bermanfaat dengan alasan antara lain.

1. Menguasai literasi baca tulis akan membuat para pelajar lebih mudah menguasai pelajaran.
Semakin banyak kosakata yang mereka kuasai, semakin mudah mereka menyerap pelajaran. Kita bisa belajar dari tiga tokoh pahlawan yang gemar membaca buku sejak masih bersekolah. Para pahlawan itu menjadikan kegemaran membaca sejak masih bersekolah. Kita perlu salut dengat perjuangan mereka. Meskipun saat itu memperolah buku sangat sulit, namun dengan tekad kuat, mereka terus membaca, belajar dan belajar.

2. Menguasai literasi baca tulis menumbuhkan imajinasi.
Pernahkah kalian menonton film semacam Superman, Spiderman, Ketika Cinta Bertasbih ? atau film apapun. Industri film berkembang pesat sedemikian rupa karena adanya imajinasi sang penulis, imajinasi sang sutradara. Begitupun karya sastra. Ronggeng Dukuh Paruk, Laskar Pelangi dan lain-lain adalah karya yang lahir dari imajinasi para penulis.

3. Menguasai literasi baca tulis melatih otak agar fokus.
Di antara riuhnya informasi yang datang melalui sosial media, terkadang membuat kita tidak fokus. Untuk melatih agar otak kita fokus, cobalah untuk membaca buku, dengan serius tapi santai. Kita perlu meluangkan waktu khusus untuk membaca dengan tanpa gangguan gawai.

4. Menguasai literasi baca tulis membuat kita memiliki empati.
Rasa empati tumbuh berawal dari mengamati kemudian memahami. Membaca buku fiksi yang alur ceritanya terkadang membuat kita meneteskan air mata, bisa menumbuhkan rasa empati kita terhadap orang lain. Misalnya sebuah cerita fiksi yang menceritakan tentang kehidupan tokoh utama secara detail, mau tidak mau akan tergambar dalam benak kita bagaimana sosok tokoh tersebut lalu membandingkan dengan orang-orang di sekitar kita yang mengalami keadaan yang hampir sama misalnya miskin, sakit dan lain-lain.

5. Menguasai literasi baca tulis menjadi dasar menguasai literasi lainnya.
Ada enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015, sementara literasi pertama yang harus dikuasai dengan baik adalah literasi baca tulis. Penguasaan literasi baca tulis yang baik akan membantu kita menguasi literasi lain.


referensi :

[1]https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-baca-tulis/
[2] https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180326160959-282-285982/minat-baca-masyarakat-indonesia-masih-rendah
[3]https://sport.detik.com/g-sport/4161830/ini-hobi-orang-terkaya-ri-yang-juga-atlet-bridge-bambang-hartono