Ini merupakan pengalaman yang terjadi beberapa tahun silam, yakni ketika saya berziarah ke makam R.M.P Sosrokartono, yang merupakan kakak dari R.A. Kartini. Akan tetapi saya baru sempat menulis di blog ini pada akhir tahun ini, 31 Desember 2018. Alasan mengapa saya tertarik berkunjung ke makam R.M.P. Sosrokartono adalah:
1. Berdasarkan pernyataan almarhum bapak Damardjati Supadjar. Beliau pernah mengatakan selama dalam hidupnya, Bung Karno pernah menyembah dua orang, pertama Ibunda beliau, Ida Ayu Nyoman Rai. Kedua, RMP Sosrokartono. Dalam Penyambung Lidah Rakyat, Cindy Adams juga menulis nama Sosrokartono.
2. Dari beberapa blog tarekat Shiddiqiyyah yang menceritakan tentang R.M.P Sosrokartono.
Kedua alasan tersebut menuntun saya dan beberapa teman untuk berziarah ke makam R.M.P Sosrokartono.
Makam R.M.P Sosrokartono letak di dalam kompleks permakaman Sedomukti, makam keluarga Condronegoro yang merupakan buyut dari RMP. Sosrokartono dan tentu saja R.A. Kartini.
Lokasi makam berada di desa Kaliputu, kurang lebih 1 km dari pusat kota kudus. Bagi anda yang berkunjung ke Gunung Muria dari arah kota kudus, pasti melewati daerah ini. Dengan adanya teknologi semacam google map, sangat mudah menemukan tempat ini.
Diiringi gerimis saya tiba di depan pintu gerbang pemakaman Sedomukti. Saat itu pintu dalam keadaan tertutup. Tidak tampak ada juru kunci, kecuali seorang ibu yang berusia sekitar 45 tahun. Setelah minta izin pada seorang ibu tersebut, saya diizinkan masuk ke dalam kompleks pemakaman Sedomukti.
Tiba di dalam, area permakaman ternyata cukup luas. Di dalamnya ada pintu gerbang lagi yang merupakan lokasi utama pemakaman Sedomukti. Dari pintu gerbang tersebut kami melangkah ke utara menuju ke sebuah bangunan yang terletak lurus dari pintu gerbang.
Saya sempat mengira bahwa makam tersebut adalah makam RMP. Sosrokartono. Ternyata bukan, makam tersebut adalah makam Condronegoro. Lalu, saya melangkah ke arah timur, melewati beberapa bangunan, akhirnya saya menemukan makam RMP Sosrokartono yang terletak di bagian timur Kompleks Sedomukti.
Setibanya di makam tersebut, saya mengucapkan salam kepada juru kunci makam yang bernama Pak T. Sunarto. Setelah dipersilakan duduk, saya mengutarakan maksud kedatangan yakni untuk berziarah ke makam RMP. Sosrokartono. Bagian kompleks makam RMP Sosrokartono berisi makam, foto RMP Sosrokartono, lukisan RMP. Sosrokartono, tulisan alif di atas makam, Sebuah prasasti yang bertuliskan doa, tulisan di bagian kanan dan kiri makam, kendi, gelas, kitab suci Alquran, meja tempat pak Sunarto menerima tamu dan rak buku.
Entah bagaimana ceritanya, kami sudah terlibat perbincangan yang cukup akrab dengan Pak Sunarto. Isi perbincangan antara lain tentang diri Pak Sunarto sendiri, tentang kami, tentang kehidupan, tentang makam dan yang paling menarik adalah tentang perjalanan hidup dan ajaran RMP. Sosrokartono.
RMP Sosrokartono lahir di Jepara pada Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M dan wafat di Bandung pada tanggal 8 Februari 1952.
Pak Sunarto mengatakan bahwa R.M.P. Sosrokartono adalah sosok manusia yang telah menjalani dan melakoni Catur Murti. Yakni bersatunya pikiran, perasaan, perbuatan dan perkataan. Beliau bukan sekedar berteori.
Pak Sunarto memberikan penjelasan tentang falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono yang tertulis di bagian kiri dan kanan makam.
Sugih tanpo Bondo
Digdoyo tanpo Aji
Ngaluruk tanpo Bolo
Menang tanpo Ngasorake
Bagi saya ungkapan tersebut mengandung paradoks, bagaimana mungkin kaya tanpa harta, Sakti tanpa Aji/ Ilmu. Menyerang tanpa teman. Menang tanpa mengalahkan. Tetapi hal tersebut sudah dilakukan oleh R.M.P. Sosrokartono. Sebuah hal yang belum bisa saya pahami sepenuhnya.
Dikisahkan juga oleh Pak Sunarto, bahwa di salah satu negara di Eropa, R.M.P. Sosrokartono pernah berhasil mengobati orang sakit, oleh sebab itu beliau diberi kendaraan mewah dan seorang calon istri yang merupakan putri dari pejabat di negara tersebut. Tetapi ditolak oleh beliau. Bermewah-mewahan bertentangan dengan sugih tanpa banda. Sementara mengapa beliau menolak seorang perempuan. Akan saya uraikan di bagian lain ketika membahas Djoko Pring.
Selain falsafah tersebut, Pak Sunarto juga membabarkan makna falsafah lain, yang juga tertulis di batu nisan.
Trimah mawi pasrah
Suwung pamrih, tebih ajrih
Langgeng tan ono susah, tan ono bungah
Anteng manteng, sugeng jeneng.
Secara ringkas, kalimat tersebut bermakna keikhlasan, rila dan menjauhi rasa takut terhadap apapun. Anteng manteng seperti huruf alif yang tertulis di atas makam beliau. Belakangan budayawan Sudjiwo Tedjo mengabadikan falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono dalam bentuk lagu dengan judul Sugih Tanpo Bondo.
Diskusi sempat terhenti ketika ada tamu yang meminta Pak Sunarto untuk membuka pintu salah satu ruangan makam yang lain. Selama kepergian Pak Sunarto, kami membaca pelbagai buku yang berisi ajaran-ajaran R.M.P. Sosrokartono dan buku yang ditulis oleh paguyuban Sosrokartanan yang berpusat di Surabaya. Setelah Pak Sunarto kembali, diskusi kembali berlanjut mendiskusikan nama samaran R.M.P. Sosrokartono yaitu, Mandor Klungsu dan Djoko Pring.
Mandor Klungsu. Klungsu merupakan biji pohon asem yang masih kecil, bijinya sangat keras. R.M.P. Sosrokartono menamakan dirinya sebagai seorang Mandor atau pengawas Klungsu yang berarti selalu memandang ke bawah. Artinya senantiasa bersyukur.
Djoko Pring. Djoko berarti jejaka. Inilah pilihan hidup R.M.P. Sosrokartono, beliau memilih selibat. Inilah alasan, kenapa dia menolak dijodohkan dengan seorang gadis cantik asal eropa. Lalu pring?Berarti bambu. Dalam bahasa jawa kromo, pring berarti deling. Yaitu kendel dan eling. Berani dan senantiasa eling.
Falsafah lain yaitu Ilmu kantong bolong. Beliau sangat loma, dermawan terhadap siapapun. Beliau tidak tega melihat penderitaan rakyat.
Beliau juga menjelaskan perihal doa RMP. Sosrokartono pada saat diminta mengatasi wabah di Sumatera. Doa tersebut diabadikan dalam bentuk prasasti dalam gambar di bawah ini yang ada di bagian makam RMP. Sosrokartono.
Gusti engkang moho agung , Gusti engkang moho kuwoso , mugi-mugi kaparengono Kabul engkang dados maksud lan hajatipun poro ummat sedoyo , mugi-mugi lengkapo welas lan ngapurane gusti dumateng poro ummat , gusti-gusti mugi kersoho dawahaken samudraning berkah dating poro ummat, nyernaaken sagungeng susah lan saget paring wewangi sugeng lajengipun poro kawulo, welas-welas gustining jagat, waras-waras saking kersane Allah.
Di sela-sela perbincangan, saya juga sempat bertanya pada Pak Sunarto, yang manakah yang disebut pohon nagasari. Beliau menengok ke sebuah pohon di sebelah selatan makam RMP. Sosrokartono dan memberitahu bahwa pohon tersebut adalah pohon nagasari.
Tak terasa, waktu terus berjalan hari pun semakin beranjaksore, kamipun mohon diri pada pak Sunarto.
Kredit gambar: Catatan pada laman Facebook Victor Alexander Liem
1. Berdasarkan pernyataan almarhum bapak Damardjati Supadjar. Beliau pernah mengatakan selama dalam hidupnya, Bung Karno pernah menyembah dua orang, pertama Ibunda beliau, Ida Ayu Nyoman Rai. Kedua, RMP Sosrokartono. Dalam Penyambung Lidah Rakyat, Cindy Adams juga menulis nama Sosrokartono.
2. Dari beberapa blog tarekat Shiddiqiyyah yang menceritakan tentang R.M.P Sosrokartono.
Kedua alasan tersebut menuntun saya dan beberapa teman untuk berziarah ke makam R.M.P Sosrokartono.
Makam R.M.P Sosrokartono letak di dalam kompleks permakaman Sedomukti, makam keluarga Condronegoro yang merupakan buyut dari RMP. Sosrokartono dan tentu saja R.A. Kartini.
Lokasi makam berada di desa Kaliputu, kurang lebih 1 km dari pusat kota kudus. Bagi anda yang berkunjung ke Gunung Muria dari arah kota kudus, pasti melewati daerah ini. Dengan adanya teknologi semacam google map, sangat mudah menemukan tempat ini.
Diiringi gerimis saya tiba di depan pintu gerbang pemakaman Sedomukti. Saat itu pintu dalam keadaan tertutup. Tidak tampak ada juru kunci, kecuali seorang ibu yang berusia sekitar 45 tahun. Setelah minta izin pada seorang ibu tersebut, saya diizinkan masuk ke dalam kompleks pemakaman Sedomukti.
Tiba di dalam, area permakaman ternyata cukup luas. Di dalamnya ada pintu gerbang lagi yang merupakan lokasi utama pemakaman Sedomukti. Dari pintu gerbang tersebut kami melangkah ke utara menuju ke sebuah bangunan yang terletak lurus dari pintu gerbang.
Saya sempat mengira bahwa makam tersebut adalah makam RMP. Sosrokartono. Ternyata bukan, makam tersebut adalah makam Condronegoro. Lalu, saya melangkah ke arah timur, melewati beberapa bangunan, akhirnya saya menemukan makam RMP Sosrokartono yang terletak di bagian timur Kompleks Sedomukti.
Setibanya di makam tersebut, saya mengucapkan salam kepada juru kunci makam yang bernama Pak T. Sunarto. Setelah dipersilakan duduk, saya mengutarakan maksud kedatangan yakni untuk berziarah ke makam RMP. Sosrokartono. Bagian kompleks makam RMP Sosrokartono berisi makam, foto RMP Sosrokartono, lukisan RMP. Sosrokartono, tulisan alif di atas makam, Sebuah prasasti yang bertuliskan doa, tulisan di bagian kanan dan kiri makam, kendi, gelas, kitab suci Alquran, meja tempat pak Sunarto menerima tamu dan rak buku.
Entah bagaimana ceritanya, kami sudah terlibat perbincangan yang cukup akrab dengan Pak Sunarto. Isi perbincangan antara lain tentang diri Pak Sunarto sendiri, tentang kami, tentang kehidupan, tentang makam dan yang paling menarik adalah tentang perjalanan hidup dan ajaran RMP. Sosrokartono.
RMP Sosrokartono lahir di Jepara pada Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M dan wafat di Bandung pada tanggal 8 Februari 1952.
Pak Sunarto mengatakan bahwa R.M.P. Sosrokartono adalah sosok manusia yang telah menjalani dan melakoni Catur Murti. Yakni bersatunya pikiran, perasaan, perbuatan dan perkataan. Beliau bukan sekedar berteori.
Pak Sunarto memberikan penjelasan tentang falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono yang tertulis di bagian kiri dan kanan makam.
Sugih tanpo Bondo
Digdoyo tanpo Aji
Ngaluruk tanpo Bolo
Menang tanpo Ngasorake
Bagi saya ungkapan tersebut mengandung paradoks, bagaimana mungkin kaya tanpa harta, Sakti tanpa Aji/ Ilmu. Menyerang tanpa teman. Menang tanpa mengalahkan. Tetapi hal tersebut sudah dilakukan oleh R.M.P. Sosrokartono. Sebuah hal yang belum bisa saya pahami sepenuhnya.
Dikisahkan juga oleh Pak Sunarto, bahwa di salah satu negara di Eropa, R.M.P. Sosrokartono pernah berhasil mengobati orang sakit, oleh sebab itu beliau diberi kendaraan mewah dan seorang calon istri yang merupakan putri dari pejabat di negara tersebut. Tetapi ditolak oleh beliau. Bermewah-mewahan bertentangan dengan sugih tanpa banda. Sementara mengapa beliau menolak seorang perempuan. Akan saya uraikan di bagian lain ketika membahas Djoko Pring.
Selain falsafah tersebut, Pak Sunarto juga membabarkan makna falsafah lain, yang juga tertulis di batu nisan.
Trimah mawi pasrah
Suwung pamrih, tebih ajrih
Langgeng tan ono susah, tan ono bungah
Anteng manteng, sugeng jeneng.
Secara ringkas, kalimat tersebut bermakna keikhlasan, rila dan menjauhi rasa takut terhadap apapun. Anteng manteng seperti huruf alif yang tertulis di atas makam beliau. Belakangan budayawan Sudjiwo Tedjo mengabadikan falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono dalam bentuk lagu dengan judul Sugih Tanpo Bondo.
Diskusi sempat terhenti ketika ada tamu yang meminta Pak Sunarto untuk membuka pintu salah satu ruangan makam yang lain. Selama kepergian Pak Sunarto, kami membaca pelbagai buku yang berisi ajaran-ajaran R.M.P. Sosrokartono dan buku yang ditulis oleh paguyuban Sosrokartanan yang berpusat di Surabaya. Setelah Pak Sunarto kembali, diskusi kembali berlanjut mendiskusikan nama samaran R.M.P. Sosrokartono yaitu, Mandor Klungsu dan Djoko Pring.
Mandor Klungsu. Klungsu merupakan biji pohon asem yang masih kecil, bijinya sangat keras. R.M.P. Sosrokartono menamakan dirinya sebagai seorang Mandor atau pengawas Klungsu yang berarti selalu memandang ke bawah. Artinya senantiasa bersyukur.
Djoko Pring. Djoko berarti jejaka. Inilah pilihan hidup R.M.P. Sosrokartono, beliau memilih selibat. Inilah alasan, kenapa dia menolak dijodohkan dengan seorang gadis cantik asal eropa. Lalu pring?Berarti bambu. Dalam bahasa jawa kromo, pring berarti deling. Yaitu kendel dan eling. Berani dan senantiasa eling.
Falsafah lain yaitu Ilmu kantong bolong. Beliau sangat loma, dermawan terhadap siapapun. Beliau tidak tega melihat penderitaan rakyat.
Beliau juga menjelaskan perihal doa RMP. Sosrokartono pada saat diminta mengatasi wabah di Sumatera. Doa tersebut diabadikan dalam bentuk prasasti dalam gambar di bawah ini yang ada di bagian makam RMP. Sosrokartono.
Gusti engkang moho agung , Gusti engkang moho kuwoso , mugi-mugi kaparengono Kabul engkang dados maksud lan hajatipun poro ummat sedoyo , mugi-mugi lengkapo welas lan ngapurane gusti dumateng poro ummat , gusti-gusti mugi kersoho dawahaken samudraning berkah dating poro ummat, nyernaaken sagungeng susah lan saget paring wewangi sugeng lajengipun poro kawulo, welas-welas gustining jagat, waras-waras saking kersane Allah.
Di sela-sela perbincangan, saya juga sempat bertanya pada Pak Sunarto, yang manakah yang disebut pohon nagasari. Beliau menengok ke sebuah pohon di sebelah selatan makam RMP. Sosrokartono dan memberitahu bahwa pohon tersebut adalah pohon nagasari.
Tak terasa, waktu terus berjalan hari pun semakin beranjaksore, kamipun mohon diri pada pak Sunarto.
Kredit gambar: Catatan pada laman Facebook Victor Alexander Liem