Rakyat merupakan kata-kata yang sering diucapkan oleh para politikus, calon presiden, calon gubernur atau calon bupati. Mereka menggunakan kata-kata tersebut untuk menarik simpati massa agar memilihnya. Caranya adalah dengan mengatakan bahwa semua program yang akan dilaksanakan para calon gubernur atau calon lainnya adalah demi kepentingan rakyat.
Rakyat sendiri harus cerdas dan tidak tergesa-gesa menyikapi hal tersebut. Bisa jadi mereka hanya menggunakan nama rakyat untuk kepentingan diri mereka sendiri, atau sebaliknya mereka benar-benar berjuang demi rakyat. Itulah yang harus dilakukan oleh rakyat, meneliti dengan seksama, seberapa besar kadar keberpihakan para calon terhadap rakyat?
Untuk turut menyemarakkan diskusi tentang rakyat, saya akan menulis puisi tentang rakyat, di bawah ini. Silakan disimak.
Kami adalah rakyatmu
yang dahulu pernah berpartisipasi dalam pemilu
Ada yang memilihmu
ada juga yang memilih calon lain
Karena demokrasi yang mengharuskan semua itu
Tapi kami adalah rakyatmu
yang hidup dengan berbagai kondisi ekonomi
Ada yang ekonominya sudah mapan
ada juga yang berjuang mati-matian untuk mencari sesuap nasi
Pak Presiden, kami adalah rakyatmu
engkau telah mendapat amanat dari kami
perjuangkanlah aspirasi kami
yang kami butuhkan hanya
kehidupan yang layak
bagi kemanusiaan
Kami sudah berusaha bekerja keras
membanting tulang
setiap hari
Bukannya kami tidak bersyukur
namun masih saja hidup kami tenggelam dalam kemiskinan
Pak Presiden, kami yakin
engkau orang terpilih
tolong buatkan sistem
agar pekerjaan keras kami setiap hari
bisa lebih berharga dan layak ditukar dengan uang
agar kehidupan kami sekeluarga menjadi lebih baik dari hari ini
Pilkada kemarin
engkau rajin mendatangi kami
mendatangi majelis taklim
mendatangi pondok pesantren
mendatangi kelompok agama
mendatangi organisasi massa
mendatangi kami rakyatmu
Kini setelah engkau duduk
di singgasana Bupati
engkau tak pernah lagi
rajin mendatangi kami
Sementara
kami sendiri takut datang
ke kantormu
Wahai Bupatiku
tolong dengarkan aspirasi kami
Kami adalah rakyatmu
Kami ini yang memilihmu
sehingga mampu meraih kursimu
Jangan injak kepala kami
untuk kau jadikan pijakan meraih kursi bupatimu
Perhatikanlah nasib kami
Ekonomi kami
desa kami
organisasi kami
Pendidikan kami
sarana transportasi kami
Wahai Bupatiku
tolonglah
kami ini adalah rakyat yang rela memilihmu
demi memperbaiki nasib kami
Wakil rakyat itu dipilih oleh rakyat
sebagai orang yang diharapkan mampu memperbaiki nasib rakyat
Seharusnya, rumah para wakil rakyat itu terbuka lebar
bagi rakyat yang ingin menyalurkan aspirasinya
Aspirasi rakyat yang ingin jalannya bagus
rakyat yang ingin pendidikannya gratis
rakyat yang ingin sarana transportasinya gratis
dan rakyat yang ingin biaya kesehatan juga gratis
serta keluhan-keluhan lainnya
Sayangnya, para wakil rakyat itu
sudah lupa bagaimana dulu
berjuang untuk mendapatkan simpati rakyat
mereka mengampanyekan program-program bombastis
yang sayangnya segera menguap
setelah mereka terpilih menjadi wakil rakyat
Jangankan terlaksana
ingin bertemu wakil rakyat saja sangat sulit
Akhirnya rakyat mengadukan permasalahannya
kepada
dukun atau
curhat di sosial media
Rakyat sendiri harus cerdas dan tidak tergesa-gesa menyikapi hal tersebut. Bisa jadi mereka hanya menggunakan nama rakyat untuk kepentingan diri mereka sendiri, atau sebaliknya mereka benar-benar berjuang demi rakyat. Itulah yang harus dilakukan oleh rakyat, meneliti dengan seksama, seberapa besar kadar keberpihakan para calon terhadap rakyat?
Untuk turut menyemarakkan diskusi tentang rakyat, saya akan menulis puisi tentang rakyat, di bawah ini. Silakan disimak.
Jeritan Seorang Rakyat Miskin
Kami adalah rakyatmu
yang dahulu pernah berpartisipasi dalam pemilu
Ada yang memilihmu
ada juga yang memilih calon lain
Karena demokrasi yang mengharuskan semua itu
Tapi kami adalah rakyatmu
yang hidup dengan berbagai kondisi ekonomi
Ada yang ekonominya sudah mapan
ada juga yang berjuang mati-matian untuk mencari sesuap nasi
Pak Presiden, kami adalah rakyatmu
engkau telah mendapat amanat dari kami
perjuangkanlah aspirasi kami
yang kami butuhkan hanya
kehidupan yang layak
bagi kemanusiaan
Kami sudah berusaha bekerja keras
membanting tulang
setiap hari
Bukannya kami tidak bersyukur
namun masih saja hidup kami tenggelam dalam kemiskinan
Pak Presiden, kami yakin
engkau orang terpilih
tolong buatkan sistem
agar pekerjaan keras kami setiap hari
bisa lebih berharga dan layak ditukar dengan uang
agar kehidupan kami sekeluarga menjadi lebih baik dari hari ini
Kemana Dirimu Wahai Bupatiku ?
Pilkada kemarin
engkau rajin mendatangi kami
mendatangi majelis taklim
mendatangi pondok pesantren
mendatangi kelompok agama
mendatangi organisasi massa
mendatangi kami rakyatmu
Kini setelah engkau duduk
di singgasana Bupati
engkau tak pernah lagi
rajin mendatangi kami
Sementara
kami sendiri takut datang
ke kantormu
Wahai Bupatiku
tolong dengarkan aspirasi kami
Kami adalah rakyatmu
Kami ini yang memilihmu
sehingga mampu meraih kursimu
Jangan injak kepala kami
untuk kau jadikan pijakan meraih kursi bupatimu
Perhatikanlah nasib kami
Ekonomi kami
desa kami
organisasi kami
Pendidikan kami
sarana transportasi kami
Wahai Bupatiku
tolonglah
kami ini adalah rakyat yang rela memilihmu
demi memperbaiki nasib kami
Wakil (bukan) Rakyat
Wakil rakyat itu dipilih oleh rakyat
sebagai orang yang diharapkan mampu memperbaiki nasib rakyat
Seharusnya, rumah para wakil rakyat itu terbuka lebar
bagi rakyat yang ingin menyalurkan aspirasinya
Aspirasi rakyat yang ingin jalannya bagus
rakyat yang ingin pendidikannya gratis
rakyat yang ingin sarana transportasinya gratis
dan rakyat yang ingin biaya kesehatan juga gratis
serta keluhan-keluhan lainnya
Sayangnya, para wakil rakyat itu
sudah lupa bagaimana dulu
berjuang untuk mendapatkan simpati rakyat
mereka mengampanyekan program-program bombastis
yang sayangnya segera menguap
setelah mereka terpilih menjadi wakil rakyat
Jangankan terlaksana
ingin bertemu wakil rakyat saja sangat sulit
Akhirnya rakyat mengadukan permasalahannya
kepada
dukun atau
curhat di sosial media