Sabtu, 26 November 2016

Antara Bastian Tito, 212 dan Tito Karnavian

Ucapan Ahok yang dianggap penistaan agama telah menjadi masalah yang berlarut-larut yang belum selesai hingga kini.

Sebenarnya sih sudah selesai, Ahok sudah diperiksa oleh Polri, tapi Riziq Shihab dan kawan-kawannya masih ngotot ingin memenjarakan Ahok. Sadar bahwa teriakan-teriakannya di jalan tidak dihiraukan oleh Presiden, eh kali ini beliau malah akan menggunakan metode lain dalam aksi demonya, yaitu Sholat Jumat.  Tapi sudahlah, semakin nggak jelasnya FPI menyampaikan pendapat kita bahas lain kali.

Sekarang saya lebih tertarik untuk membahas tentang hari H yang direncanakan akan dipilih sebagai hari untuk menggelar aksi demo oleh FPI yaitu, 2 Desember 2016 yang memikiki simbol 212.

Mau tidak mau ketika Riziq Shihab menggunakan simbol 212, memori orang-orang akan langsung mengarah pada nama Wiro Sableng sang pendekar kapak maut naga geni 212.

Lalu siapakah Wiro Sableng ? dia adalah tokoh fiksi dalam novel hasil karya bapaknya Vino G. Bastian, Bastian Tito. Tanpa kita sadari orang yang paling sering muncul di televisi terkait dengan demo tersebut selain Riziq dkk adalah Tito Karnavian. Bastian Tito dan Tito Karnavian keduanya memiliki nama yang hampir mirip.
Bastian Tito pengarang novel Wiro Sableng
http://rindupulang.blogspot.co.id/2006/01/bastian-tito-dan-kenangan-seorang-anak.html

Bastian Tito sang Pengarang Wiro Sableng

Bastian Tito lahir pada 23 Agustus 1945 dan meninggal pada 2 Januari 2006. Beliau adalah seniman yang aktif menulis, bahkan sejak kelas 3 SD, namun karyanya yang paling terkenal adalah novel silat Wiro Sableng. Kepopuleran novel tersebut menyebabkan kisah Wiro Sableng diangkat ke dalam layar kaca sinetron yang ditayangkan oleh RCTI pada tahun 1990-an. Beliau memiliki lima anak, salah satu anaknya yang juga mewarisi darah seninya adalah Vino G. Bastian.

baca juga :
Siapa yang Sebenarnya Diduga Makar oleh Kapolri ?
Aksi Bela Islam 2 Desember ditunggangi Makar, Umat Islam Jangan ikut Demonstrasi

Pada masanya, novel Wiro Sableng sangat digemari masyarakat mulai dari siswa SMP hingga dewasa. Tercatat buku seri pendekar kapak maut naga geni 212 Wiro Sableng yang pernah ditulisnya antara lain Makam Tanpa Nisan,  Guci Setan, Badai Di Parang Tritis, Topeng Buat Wiro Sableng, Wasiat Iblis, Geger Di Pangandaran, Kiamat Di Pangandaran, Gerhana Di Gajah Mungkur, Kembali Ke Tanah Jawa, Senandung Kematian, Kematian Kedua dan episode terakhir Jabang Bayi Dalam Guci.

Makna angka 212

Angka 212 setelah melalui othak athik gathuk dari berbagai sumber memiliki makna bahwa dalam diri manusia terdapat dua unsur yaitu tentang duniawi dan Tuhan. Segala yang ada di dunia ini, terdiri atas sebagian, yang berlainan namun merupakan pasangan, semuanya tak dapat terpisahkan. Angka 2 dan 1 juga terdapat dalam tubuh manusia, 2 tangan, 2 kaki, 1 kepala dan lain-lain. 

Angka 212 juga pernah disinggung oleh Gombloh dalam lagunya Hong Wilaheng yang diambil dari Serat Wedhatamaa  KGPAA Mangku Negara IV tepatnya dalam bait Awas loroning atunggil artinya yang memahami dwi tunggal.
Dwi tunggal; dua dalam satu, adalah perlambang dari penyatuan antara manusia dengan Gusti. Penyatuan ini diistilahkan Syekh Siti Jenar sebagai manunggaling kawulo Gusti, yang menjadi puncak ilmu kejawen. Sedangkan Al Hallaj, menyebut ini sebagai wahdatul wujud. 

Terlepas dari itu semua, ketika kita tafsirkan pada pilkada DKI dan aksi demo 212, seharusnya di antara nomor urut pasangan 1 dan 2 terjadi sinergi atau persatuan. Sementara pada aksi yang direncanakan seharusnya bisa berlangsung dalam suasana yang damai. 

Tito Karnavian, Sang Jenderal Polisi

Terakhir mari kita "selidiki" profil Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Beliau lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964. Beliau memiliki prestasi yang cukup cemerlang sehingga tidak heran Presiden Joko Widodo melantik beliau untuk menjadi Kapolri. Beliau  dilantik menjadi Kapolri pada 13 Juli 2016. 

Akhir-akhir ini nama dan sosok beliau kerap muncul di berbagai media, terutama berkaitan dengan aksi demo bela Islam. Pengamanan aksi demo tanggal 4 November tergolong pengamanan yang sukses. Namun sayang direncanakan akan digelar pada tanggal 2 Desember 2016.
Dengan tegas beliau menyatakan melarang aksi demo tersebut termasuk rencana untuk melaksanakan Shalat Jumat di jalan raya. Meskipun mendapat kritikan dari banyak pihak bahkan ada yang memelintir keputusan tersebut seolah-olah Kapolri ingin mendiskreditkan umat islam. Namun beliau tetap bergeming dan akan melaksanakan keputusannya.

Kesimpulan 


Adalah Riziq Shihab yang menggebu-nggebu bermaksud melaksanakan Shalat di jalan raya pada 2 Desember 2016 demi memenjarakan Ahok. Akan tetapi Kapolri tegas melarang. Riziq Shihab entah berjuang demi siapa namun yang pasti Tito Karnavian sedang memperjuangkan keamanan dan ketertiban bangsa dan negara dengan jumlah umat Islam terbanyak. Perjuangan Tito Karnavian dilandasai semangat menjaga rasa nyaman seluruh elemen bangsa. Sementara Riziq Shihab entah demi siapa.
Hari yang dipilih memiliki simbol 212 yang memiliki makna keramat, makna tertinggi adalah "penyatuan" antara manusia dan Tuhan. Aksi 212 adalah pertarungan antara kelompok yang benar-benar berjihad demi Allah. Kita lihat siapa yang lebih memiliki rasa ikhlas berjuang demi bangsa Riziq Shihab atau Tito Karnavian. Apabila ditilik dari simbol 212, sepertinya Jenderal Tito berada di pihak yang benar ditambah lagi Jenderal Tito memiliki nama yang hampir sama dengan pencipta simbol 212, Bastian Tito, tidak diragukan lagi Tito Karnavianlah yang akan menguasai situasi.



Artikel Terkait