Tampilkan postingan dengan label Kelas 12 Bab 2 Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kelas 12 Bab 2 Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Agustus 2019

Bacalah Kembali Teks Novel Sejarah Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil

Soal dan jawaban dari Latihan dalam buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 kelas 12 SMA/ MA/ SMK/ MAK Bab 2 halaman 75. Peserta didik diminta menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam novel sejarah Pangeran Diponegoro.

Agar lebih jelas, silakan perhatikan soal dan jawabannya di bawah ini !



Soal

Latihan
Bacalah kembali teks novel sejarah Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil. Tuliskan dan jelaskan nilai-nilai yang ada dalam teks novel sejarah tersebut.

Jawab:

Jawaban ada dalam video di bawah ini




atau dalam tulisan di bawah ini

1. Nilai Moral: Tokoh seperti Patih Danurejo II dan Jan Willlem Van Rijnst, keduanya adalah tokoh yang sangat oportunis, plin-plan, licik dan tidak memiliki prinsip hidup. Mereka berdua merupakan sosok-sosok antagonis yang mencla-mencle yang menjalani kehidupannya  dengan penuh kepura-puraan. Semua itu adalah cara untuk menggapai cita-cita mereka masing-masing. Orang-orang seperti itu akan selalu ada, mereka tidak memiliki rasa setia kawan maupun prinsip hidup. Mereka hanya memuja kesenangan belaka. Setelah membaca sekelumit potongan novel tersebut, kita mendapat pesan moral, jangan jadi seperti mereka.


2. Nilai Budaya: Nilai kebudayaan dalam novel Pangeran Diponegoro terlihat melalui beberapa kalimat di antaranya penggunaan kata-kata bahasa jawa seperti, sugeng, tolek, wisesa ruhani dll. Kemudian, disebutkan juga kelebihan bangsa Jawa yang peka terhadap suara hati. Lalu, penyebutan kata Wayang dan macapat yang merupakan budaya jawa.

3. Nilai Sosial: Nilai sosial bisa kita temukan dalam kutipan novel pangeran Dipongero yakni ketika terjadi interaksi di antara dua orang dengan latar belakang bangsa dan budaya yang berbeda, melakukan pertemuan dan dialog.

4. Nilai Ketuhanan/ Religi: Nilai ketuhanan adalah dimunculkannya latar belakang agama Jan Willem Van Rijnst yaitu Katolik dan Protestan. Selain itu disebut juga agama Hindu Buddha dan Islam.

Latihan Jelaskan Makna Ungkapan yang Terdapat pada Kutipan Novel Sejarah Berikut

Soal dan jawaban dari Latihan dalam buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Kelas 12 Bab 2 halaman 64. 

Peserta didik diminta untuk menjelaskan makna ungkapan yang terdapat dalam kutipan novel sejarah.

Agar lebih jelas, silakan perhatikan soal dan jawaban di bawah ini !



Soal

Latihan
Jelaskan makna ungkapan yang terdapat pada kutipan novel sejarah berikut ini.

1. Ia tahu benar Tholib Sungkar Az-Zubaidadalah kucing hitam di waktu malam dan burung merak di siang hari.

2. Dalam hati kecilnya bayangan sang Adipati, yang jelas memberanikan istrinya, antara sebentar mengawang dan mengancam hendak merobek-robek hatinya.

3. Bau kemenyan menyebar menyapa hidung siapa pun tanpa kecuali 

4. Cakradara sama sekali tidak menyadari seseorang mengikuti gerak kainya dengan pandangan tidak berkedip dan isi dada yang mengombak

5. Majapahit bisa berada dalam genggamannya, dan kekuasaan manakah yang lebih tinggi dibanding kekuasaan seorang raja ?

Jawab

Silakan lihat jawaban yang ada dalam video  youtube di bawah ini :




atau baca artikel di bawah ini

1. Kucing hitam di waktu malam dan burung merak di siang hari: Orang yang terlihat menakutkan secara fisik namun sangat baik hati

2. Merobek-robek hatinya.: Menyakiti hatinya

3. Hidung siapapun tanpa kecuali: aromanya tersebar di mana-mana.

4. Isi dada yang mengombak: Perasaan hati yang galau, tidak karuan, tidak menentu.

5. Majapahit bisa berada dalam genggamannya: Majapahit bisa dalam kekuasaannya.

Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah Kemelut Di Majapahit

Soal dan Jawaban dari Tugas Bahasa Indonesia Kelas 12 Bab 2 Kurikulum 2013 halaman 62-63. Peserta didik diminta mengerjakan soal yang berkaitan dengan unsur kebahasaan dalam novel sejarah Kemelut di Majapahit.

Agar lebih jelas, sila perhatikan dengan seksama soal dan jawaban di bawah ini.



Soal

Tugas !
Petunjuk, Bacalah kembali kutipan novel sejarah Kemelut di Majapahit (jilid 01). Kemudian, analisislah kaidah kebahasaan novel sejarah tersebut dengan mengisi tabel di bawah ini !

Tabel, silakan lihat pada buku masing-masing.

Jawab:

Jawaban ada dalam video di bawah  ini




atau lihat tulisan di bawah ini :

Kaidah Bahasa
1. Kalimat Bermakna lampau
Kutipan teks:
- Dan hubungan antara junjungan ini dengan para pembantunya, sejak perjuangan pertama sampai  Raden Wijaya menjadi Raja, amatlah erat dan baik.
- Akan tetapi guncangan pertama yang memengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara, tekah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu.
- Sebelum putri dari tanah Melayu ini menjadi istrinya yang kelima, Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara.
- Akan tetapi, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu kertanegara ke negeri Malayu.
- Tentu saja Ronggo Lawe, sebagai seorang yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri.
- Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak
- Mereka semua mengenal belaka sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Mojopahit yang gagah perkasa, dan selalu terbuka, polos dan jujur, tanpa tedeng aling-aling dalam mengemukakan suara hatinya, tidak akan mundur setapak pun dalam membela hal yang dianggap benar.
- Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat kakang Nambi sebagai patih hamangkubumi, bukanlah merupakan tindakan ngawur belaka, melainkan telah merupakan suatu keputursan yang telah dipertimbangkan masak-masak, bahkan telah mendapat persetujuan dari semua paman dan kakang senopati dan semua pembantuku.
- ...Ronggo Lawe berkata lantan, "Tentu saja tidak tepat! Paduka sendiri sathu siapa si Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak tanduknya dahulu! Dia seorang bodoh, lemah, rendah bumi, penakut, sama sekali tidak memiliki wibawa..."


2. Penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu.
Kutipan teks:
- Setelah Raden WIjaya berhasil menajdi Raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak membantunya semenjak dahulu itu membagi-bagikan pangkat kepada mereka.
- Dan hubungan antara junjungan ini dengan para pembantunya, sejak perjuangan pertama sampai  Raden Wijaya menjadi Raja, amatlah erat dan baik.
- Kemudian terdengar bunyi berkerotok dan ujung meja diremasnya menjadi hancur
- Tak lama kemudian, hanya suara derap kaki Mego Lamat yang berlari congkalah yang memecah kesunyian gedung kadipaten itu, mengiris perasaan........
- Pada waktu itu, Sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan punggawa

3. Penggunaan kata kerja material
Kutipan teks:
- Mendengar berita itu dari seorang penyelidik yang datang menghadap pada waktu sang adipati sedang makan, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sudah dikepalnya itu dibanting ke atas lantai dan karena dalam kemarahan tadi sang adipati menggunakan aji kedigdayaannya, maka nasi sekepal itu amblas ke dalam lantai. Kemudian terdengar bunyi berkerotok dan ujung meja diremasnya menjadi hancur.
- Kalau sang prabu sendiri kurang menyadari akan persaingan ini, pengaruh persaingan itu teras benar oleh para senopati dan terjadi perpecahan diam-diam....
- Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh istrinya yang berusaha menghiburnya.
- Di dalam kemarahan dan kekecewaan, Adipati Ronggo Lawe masih ingat untuk menghaturkan sembahnya, tetapi setelah semua salam tata susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe menyembah dan berkata dengan suara lantang, "Hamba sengaja datang menghadap paduka untuk mengingatkan Paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!"

4. Penggunaan kalimat tidak langsung
Kutipan teks:
- Tirtowati juga memperingatkan karena melempar nasi ke atas lantai seperti itu penghinaan terhdap Dewi Sri dan dapat menjadi kualat.

5. Penggunaan kata kerja mental
Kutipan teks:
- Mendengar akan pengangkatan patih ini, merahlah muka Adipati Rongo Lawe.
Mendengar berita itu dari seorang penyelidik yang datang menghadap pada waktu sang adipati sedang makan, Ronggo Lawe marah bukan main.
- Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini yang telah diperistri oleh Sang Baginda, lalu diberi nama Sri Indraswari
- Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua orang istrinya yang berusaha menghiburnya.
- Sang Prabu sendiri juga memandang dengan alis berkerut tanda tidak berkenan di hatinya.
- Semua muka para penghadap menjadi pucat mendengar ucapan ini, dan semua jantung di dalam dada berdebar tegang.

6. Penggunaan dialog
Kutipan teks:
- "Kakangmas Adipati...harap paduka tentang...."
- Ingatlah, Kakangmas adipati.....sungguh merupakan hal yang kurang baik mengembalikan berkah ibu pertiwi secara itu..."
- "Aku harus pergi sekarang juga!"
- "Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di Depan! Aku akan berangkat ke Mojopahit sekarang juga!"
- "Hamba sengaja datang menghadap paduka untuk mengingatkan Paduka dari Kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!"
- "Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?"
- "Yang hamba maksudkan tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai pepatih paduka! Keputusan yang padukaambil ini sungguh-sungguh tidak tepat, tidak bijaksana, dan hamba yakin bahwa paduka tentu telah terbujuk dan dipengaruhi suara dari belakang! Pengangkatan Nambi sebagai Patih Hamangkubumi sungguh merupakan kekeliruan yang besar sekali, tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai seorang Mahajara yang arif dan bijaksana dan adil!"

7. Penggunaan kata sifat
Kutipan teks:
- Dyah Gayatri yang bungsu ini memang cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan
- Pasukan ini dinamakan pasukan pamalayu yang dipimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang...
- Putri yang kedua yaitu yang muda bernama Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan sang putri ini, maka diambillah Dyah Dara Petak menjadi istrinya yang kelima.
- ....Karena Dara Petak memang cantik Jelita dan pandai membawa diri.
-  Tentu saja Ronggo Lawe, sebagia seorang yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri.
- Namun karena segan kepada Sang Prabu Kertarajasa yang bijaksana, persaingan dan kebencian yang dilakukan secara diam-diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka.
- Muka patih Nambi sebentar pucat sebentar merah....
- Lembu Sorayang sudah tua itu menjadi pucat mukanya....
- "....padahal paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang bijaksana dan adil"
-"..Dia seorang bodaoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekali tidak memiliki wibawa..."

Sabtu, 27 Juli 2019

Temukanlah Bukti Perbandingan Antara Teks Sejarah Borobudur dengan Kutipan Novel Sejarah Rumah Kaca

Soal dan Jawaban dari Kegiatan 4 Membandingkan Novel Sejarah dan Teks Sejarah dalam buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 SMA/SMK/MA/MAK terbitan kemendikbud halaman 51-52. Dalam kegiatan tersebut terdapat tugas  yaitu membandingkan antara teks sejarah Borobudur denan kutipan Novel Rumah Kaca

Agar kamu lebih paham, silakan perhatikan soal/ tugas dan jawaban dari tugas tersebut di bawah ini.



Tugas

Berdasarkan uraian sebelumnya, temukanlah bukti perbandingan antara teks sejarah berikut ini dengan kutipan novel sejarah RUmah Kaca karyaPramoedya Ananta Toer.

Jawab:

Silakan tonton video di bawah ini


Atau simak tulisan di bawah ini :

Perbandingan antara Teks Sejarah Borobudur dengan Novel Sejarah RUmah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer

Teks Sejarah Borobudur:

Teks sejarah Borobudur merupakan teks yang berdasarkan fakta sesungguhnya. Pada penulisan teks ini, penulis menyajikan dengan hati-hati dengan menggunakan bahasa yang baku dan dituntut untuk menyajikan fakta sebagaimana adanya. Penulis mengetengahkan deskripsi Candi Borobudur mulai dari luasnya, jumlah patung Buddha jumlah stupa dan stupa induk. Untuk menghasilkan tulisan tersebut, penulis harus menguasai secara detail sejarah Borobudur, di mana letak Borobudur, dan siapa saja yang terlibat dengan pembangunan candi tersebut.

Novel Sejarah Rumah Kaca

Meskipun Rumah Kaca dikategorikan novel sejarah, bukan berarti semua yang terjadi di dalamnya merupakan fakta atau sepenuhnya fiksi. Perihal nama-nama tokoh bisa jadi fiksi ada juga yang nyata. Akan tetapi untuk rangkaian cerita yang menjadi kekuatan sebuah novel, kemungkinan besar merupakan kisah tidak nyata atau fiksi. Termasuk dialog-dialog yang terjadi di dalamnya.


Kesimpulan: Teks sejarah sangat ketat dan harus bisa dibuktikan oleh ilmu yang berkaitan, sementara novel sejarah tidak dituntut untuk selalu berdasarkan fakta.

Jumat, 26 Juli 2019

Kegiatan 3 Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Sejarah Mangir - Pramoedya Ananta Toer

Soal dan jawaban dari Kegiatan 3, Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Sejarah Mangir. Soal tersebut terdapat pada buku pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/SMK?MA/MAK Kurikulum 2013 halaman 41-53.

Agar lebih jelas, silakan perhatikan soal dn jawabannya di bawah ini.



Soal:

Berdasarkan kutipan novel mangir lakukan kegiatan pengidentifikasian certa ke dalam tabel di bawah ini.

Jawab:

Silakan tonton video ini :




atau baca artikel di bawah ini:

1. Kutipan: 

Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matari. Dengan cepat ia naik dan kaki langit, mengunjungi segala dan semua yang tersentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga hewan dan manusia. Langit jernih, bersih, dan terang. Di atas bumi Jawa lain lagi keadaannya gelisah, resah, seakan-akan manusia tak membutuhkan ketenteraman lagi.

1. Abad Keenam Belas Masehi

Bahkan juga laut Jawa di bawah bulan purnama sidhi itu gelisah. Ombak-ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulau Jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran seperti serakan mutiara-semua-dikuningi oleh cahaya bulan. Angin meniup tenang. Ombak-ombak makin menggila.

Sebuah kapal peronda pantai meluncur dengan kecepatan tinggi dalam cuaca angin damai itu. Badannya yang panjang langsing, dengan haluan dan buritan meruncing, timbul-tenggelam di antara ombak-ombak purnama yang menggila. Layar kemudi di haluan menggelembung membikin tunas menerjang serong gunung-gunung air itu-serong ke barat laut. Barisan dayung pada dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ular naga. Layarnya yang terbuat pilinan kapas dan benang sutra, mengilat seperti emas, kuning dan menyilaukan.
- Struktur: Orientasi
- Keterangan: Berisi penjelasan tentang latar waktu dan dan situasi cerita yang akan diceritakan yakni di Laut Jawa kira-kira pada abad keenam belas masehi.

2. Kutipan: Sang Patih berhenti di tengah-tengah pendodop, dekat dengan damarsewu, menegur, " Dingin-dingin begini anakanda datang. Pasti ada sesuatu keluarbiasaan.Mendekat sni, anakanda." Dan Patragading berjalan mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan diri pada kaki Sang Patih. "Ampuni patik, membangunkan Paduka pada malam buta beini kabar duka, Paduka. Balatentara Demak di bawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga.
Struktur: Pengungkapan Peristiwa
Keterangan: Pada bagian ini penulis menyajikan terjadinya peristiwa yaitu balatentara Demak di bawah adipati kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga.


3.Kutipan: " Bagaimana Bupati Jepara?" Tewas enggan menyerah Paduka, Patragading mengangkat sembah. " Sisa balatentara Tuban mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan balatentara Demak. Lebih dari tiga ribu orang."
Begitulah kata warta, "Pada meneruskan dengan hati-hati matanya tertuju pada Boris," Semua bangunan batu di atas wilayah kota, gapura, arca, pagoda, kuil,candi akan dibongkar. Setiap batu berukir telah dijatuhi hukuman buang ke laut tinggal hanya pengumumannya."
Struktur: Puncak Konflik
Keterangan: Pada bagian ini terjadi peristiwa besar yaitu terbunuhnya Bupati Jepara dan rusaknya bangunan-bangunan di Jepara.

4. Kutipan: Seluruh Tuban kembali dalam ketenangan dan kedamaian-kota dan pedalaman. Sang Patih Tuban mendiang telah digantikan oleh Kala Cuwil, pemimpin pasukan gajah. Nama barunya WIrabumi. Panggilannya yang lengkap: Gusti Patih Tuban Kala CUwil Sang Wirabumi. Dan sebagai patih ia tetap memimpin pasukan ajah.

Pasar kota dan bandar ramai kembali seperti sediakala, Lalu lintas laut, kecuali atas angin pulih kembali.
Struktur: Resolusi
Keterangan: Pada bagian ini terjadi penyelesaian konflik. Tuban dibangun kembali oleh Demak dengan menjadikan WIrabumi sebagai bupati.


5.Kutipan: Sang Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat perkenan untuk berlabuh dan berdagan di Malaka ataupun Pasai
Struktur: Koda
Keterangan: Akhir cerita ditutup dengan diizinkannya kapal Tuban berlabuh dan berdagang di Malaka.

Kamis, 25 Juli 2019

Kegiatan 2 Menentukan Hal Hal Menarik Dalam Novel Sejarah Halaman 39 Kemelut di Majapahit

Soal dan jawaban dari Kegiatan 2 yaitu menentukan hal-hal menarik dalam novel sejarah. Soal tersebut terdapat dalam buku Bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas 9 terbitan kemendikbu halaman 39. Peserta didik diminta mengerjakan soal di bawah ini.



Soal:

Ketika mendengarkan pembacaan kutipan novel, tentulah terdapat bagian-bagia yang menarik. Kemenarkan itu dapat berpa waktu, tempat, tokoh yang mungkin bagi sebagian orang tidak asing.

Untuk mengukur kemampuan mendengarkan, jawablah pertanyaaan-pertanyaan berikut ini.

1. Kapankah latar belakang waktu cerita dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat?
2. Di manakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat ?
3. Peristiwa apa saja yang dikisahkan?
4. SIapa saja tokoh yang terlibat dalam penceritaan?
5. DI bagian apa sajakah yang menandakan bahwa novel tersebut tergolong ke dalam novel sejarah ?

Diskusikan hasil kerja dengan teman satu kelompkmu. Untuk memperdalam jawaban-jawabanmu, bersama tim kelompok telusuri lebih jauh mengenai kebenaran dari segi fakta dengan membaca buku-buku sejarah.


Jawab:

1. Latar belakang waktu terjadi ketika Raden Wijaya sudah menjadi raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardana.
2. Latar tempat dalam peristiwa tersebut terjadi di kerajaan Majapahit.
3. Ada beberapa peristiwa dalam kisah tersebut:
a. Ranggalawe diangkat menjadi Bupati Tuban
b. Sang Prabu yang sudah memiliki empat istri, menikah lagi dengan Putri dari Kerajaan Pamalayu
c.Adipati Rangglawe sangat marah karena pernikahan tersebut
d. Adipati Ranggalawe mendatangi Prabu Kertarajasa Jayawardana.

4. Tokoh dalam penceritaan kisah tersebut
a. Prabu Kertarajasa jayawardana
b. Adipati Ranggalawe
c. Kebo Anabrang
d. Dewi Mertorogo
e. Nambi

5. Pada bagian awal yaitu tentang Majapahit. Sebab Majapahit merupakan fakta sejarah. Pengarang kemudian memilih para tokoh untuk diperankan.

Selasa, 23 Juli 2019

Kegiatan 1 Mendata Informasi dalam Teks Sejarah Kemelut di Majapahit

Soal dan Jawaban dari kegiatan 1 dalam buku Bahasa Indonesia SMA/ SMK Kurikulum 2013 kelas 12 halaman 35. Peserta didik diminta untuk membaca teks yang berupa novel sejarah, lalu memilih dan memilah manakah yang disebut fakta sejarah dan mana yang disebut imajinasi pengarang.

Agar lebih jelas, silakan perhatikan soal dan jawabannya di bawah ini



Soal

Kegiatan 1 Mendata Informasi dalam Teks Sejarah

Latihan

Berikut ini disajikan kutipan novel sejarah berjudul Kemelut di Majapahit karya SH. Mintardja (hal. 22-21). Sebelum dibaca, cobalah membentuk kelompok (misalnya 4 orang). Salah satu anggota kelompok diminta membacakan kutipan. Siswa yang lain mendengarkan sambil mencatat informasi penting (fakta-fakta sejarah dan imajinasi pengarang). Selama mendengarkan tutuplah bukumu. Nikmatilah ceritanya sambil konsentrasi penuh.

Jawab:

Fakta Sejarah:
1. Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa Jayawardhana.
2. Ronggo Lawe diangkat menjadi Adipati Tuban.
3. Sang Prabu menikah dengan empat putri Raja Kertanegara.
4. Dyah Dara Petak menjadi istri yang kelima
5. Pasukan Pamalayu dipimpin oleh Mahisa Anabrang atau Kebo Anabrang


Imajinasi pengarang:
1. Dyah Gayatri memang cantik jelita seperti dewi kahyangan
2. Terjadilah persaingan diam diam di antara para istri
3.  Nasi yang sudah dikepak Ronggo Lawe dibanting ke atas lantai dan karena dalam kemarahan  tadi Sang Adipati menggunakan kedigdayannya, maka nasi sekepal itu amblas ke dalam lantai.
4. Dialog-dialog antar tokoh, kemungkinan besar tidak terjadi persis seperti yang digambarkan penulis
5.Senopati Kebo Anabrang mukanya menjadi merah seperti udang direbus.