Kunci Jawaban dari pertanyaan dalam buku Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/SMK/MA/MAK Kurikulum 2013 terbitan kemendikbud halaman 208 dan seterusnya. Peserta didik diminta mengerjakan soal dengan benar.
Agar lebih jelas, sila perhatikan soal dan jawaban di bawah ini !
Soal
Tugas
Bacalah kembali teks "Menimbang Ayat-Ayat Cinta" dan Gerr di atas kemudian analisislah sistematika teksnya berdasarkan struktur teks. Kamu dapat menggunakan tabel yang sama seperti contoh di atas.
Jawab :
Silakan tonton video di bawah ini
atau perhatikan tulisan di bawah ini
Teks : Menimbang Ayat-Ayat Cinta
Pernyataan pendapat: Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan antar manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya terdapat ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan dalam pengungkapan karya sastra.
Argumen:
1. Novel yang kemudian menjadi fenomena tersendiri dalam perjalanan karya sastra Indonesia, terutama yang beraliran islami, karena penjualannya mampu mengalahkan buku-buku yang digandrungi, seperti Harry Potter ini mengusung tema cinta islami yang dihiasi dengan konflik-konflik yang disusun dengan apik oleh penulisnya.
2. Meskipun mengusung tema cinta tidak lantas membuat novel ini membahas cinta erotis antara laki-laki dan wanita. Banyak cinta lain yang masih bisa digambarkan, seperti cinta pada sahabat, kekasih hidup, dan tentu saja pada cinta sejati, Allah Swt. Perjalanan cinta yang tidak biasa digambarkan oleh Habiburrachman.
3. Nilai dan budaya Islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap bagiannya.
Penegasan Ulang:
Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui tentang Islam.
Teks: Gerr
Pernyataan Pendapat:
Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin” dalam pengertian yang berbeda dengan rumusan Jerzy Grotowski
Argumen:
1. Bukan karena ia hanya bercerita tentang kalangan miskin. Putu Wijaya tak tertarik untuk berbicara tentang lapisan lapisan sosial. Teater Mandiri adalah ”teater miskin” karena ia, sebagaimana yang kemudian dijadikan semboyan kreatif Putu Wijaya, ”bertolak dari yang ada”.
2. Malam hari, ketika kantor sepi, ia akan menggunakan ruangan yang terbatas dan sudah aus itu untuk latihan teater.
3. Dari sini memang kemudian berkembang gaya Putu Wijaya: sebuah teater yang dibangun dari dialektik antara ”peristiwa” dan ”cerita”, antara kehadiran aktor dan orang-orang yang hanya bagian komposisi panggung, antara kata sebagai alat komunikasi dan kata sebagai benda tersendiri.
Penegasan Ulang: Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari ”yang ada”. Dari sana kreativitas yang sejati bertolak.