Di tengah-tengah panasnya api kemarahan FPI dan kawan-kawannya atas ucapan Ahok, umat Islam Indonesia seperti diguyur hujan rintik rintik. Peristiwa "Bid'ah Ndasmu" yang melibatkan Pandu Wijaya, seorang anak muda karyawan PT. Adhi Karya dan K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus) berakhir dengan sangat indah. Siapapun tidak menyangka bahwa ada seorang anak muda bersikap tidak sopan terhadap orang tua, seorang ulama pula. Akan tetapi akhir dari peristiwa ini juga merupakan hal yang luar biasa.
Bermula dari tweet Gus Mus yang mengatakan bahwa shalat di jalan raya yang akan dilakukan Riziq Shihab dkk adalah bid'ah yang ditanggapi oleh Pandu Wijaya. Tanggapannya berbunyi, "Dulu gk ada aspal Gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat jga saat Rasullullah hijrah ke Madinah. Bid'ah ndasmu!
Setelah itu bermunculan kritik dan kecaman terhadap Pandu Wijaya. Bahkan banyak netizen yang mengharapkan Pandu dipecat dari pekerjaannya. Atas kejadian tersebut Fadjroel, komisaris utama PT. Adhi Karya bahkan menyempatkan diri untuk meminta maaf kepada Gus Mus lewat Twitter.
Menanggapi permintaan maaf Fadjroel, Gus Mus menjawab, Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan 'bahasa khusus' di tempat umum. Maklum masih muda," tulis Gus Mus disertai emoticon senyum. Bahkan Gus Mus memohon kepada Fadjroel agar Pandu tidak dipecat.
Bermula dari tweet Gus Mus yang mengatakan bahwa shalat di jalan raya yang akan dilakukan Riziq Shihab dkk adalah bid'ah yang ditanggapi oleh Pandu Wijaya. Tanggapannya berbunyi, "Dulu gk ada aspal Gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat jga saat Rasullullah hijrah ke Madinah. Bid'ah ndasmu!
Setelah itu bermunculan kritik dan kecaman terhadap Pandu Wijaya. Bahkan banyak netizen yang mengharapkan Pandu dipecat dari pekerjaannya. Atas kejadian tersebut Fadjroel, komisaris utama PT. Adhi Karya bahkan menyempatkan diri untuk meminta maaf kepada Gus Mus lewat Twitter.
Menanggapi permintaan maaf Fadjroel, Gus Mus menjawab, Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan 'bahasa khusus' di tempat umum. Maklum masih muda," tulis Gus Mus disertai emoticon senyum. Bahkan Gus Mus memohon kepada Fadjroel agar Pandu tidak dipecat.
https://twitter.com/ansorkraksaanpc |
Pandu Wijaya dan Orang Tua Datang Langsung ke Rumah Gus Mus untuk minta maaf
baca juga :
Meskipun Fadjroel sudah meminta maaf kepada Gus Mus, dan Gus Mus juga sudah memberi maaf, ternyata episode belum selesai. Peristiwa berikutnya sungguh di luar dugaan, dengan ditemani sang Ibu, Pandu Wijaya datang langsung ke rumah Gus Mus untuk meminta maaf.
Saya khilaf. Waktu itu saya lagi emosi dan capek habis kerja. Saya khilaf, khilaf dan khilaf,” ucapnya hadapan Gus Mus. (MuriaNews.Com)
Menurut Pandu,yang ditemani Ibu dan kedua kakaknya, sosok Gus Mus adalah sosok yang patut diteladani.
Ketulusan Pandu dan Kesabaran Gus Mus, Hikmah untuk Umat Muslim Indonesia
Setiap peristiwa bisa dijadikan pelajaran yang berharga. Peristiwa di antara Pandu Wijaya dan Gus Mus telah meniupkan angin kesejukan di kalangan umat Islam Indonesia dan bangsa Indonesia. Suasana panas yang akhir-akhir ini disebabkan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam dalam setiap aksinya menjadi dingin karena sikap kedua orang tersebut.
Pandu Wijaya seorang anak muda yang dengan rela menanggalkan keangkuhannya sebagai pemuda, menyempatkan diri untuk datang ke Ponpes Raudhatut Thalibin, kediaman Gus Mus. Juga Gus Mus , seorang ulama kharismatik telah menunjukkan kesabarannya sebagai seorang pamomong dan orang yang lebih tua.
Dibutuhkan sikap mental dan keikhlasan yang tinggi bagi Pandu Wijaya untuk meminta maaf kepada Gus Mus. Dengan cara mediasi dan dialog yang difasilitasi GP Ansor Kraksaan permasalahan mereka berdua bisa selesai dengan elegan.
Selain itu sosok Gus Mus yang bijak memang sudah dikenal berbagai kalangan. Cak Nun mengatakan bahwa Gus Mus adalah seorang al Mufti, hanya saja beliau terlalu rendah hati. Selain itu atas kekagumannya terhadap sosok Gus Mus, Emha juga bermaksu memberi gelar Mbah Lurah Danyang mbahurekso Pandito Begawan Panembahan Ki Kiai Profesor Doktor Mustofa Bisri dan juga : Karromallohu Wajhah.
Ahmad Thohari penulis Ronggeng Dukuh Paruk juga mengutip dialog yang terjadi antara seorang Bupati dengan Gus Mus. Gus Mus bilang begini, "Saleh atau Sholih artinya pantas. Bagi seorang bupati, melayani masyarakat adalah kepantasan. Dan itulah kesalehan. Tapi, bupati yang pergi untuk meninggalkan tugasnya untuk shalat dhuha sekalipun, maka itu bukan kesalehan.
Sementara Goenawan Muhammad mengatakan," Indonesia kini rasanya membutuhkan laku yang lahir dari bertemu manusia itu, Indonesia kini rasanya membutuhkan suara Gus Mus.