Contoh cerita pendek di bawah ini bertema tentang Cinta Tanah Air Indonesia. Silakan disimak.
Hari Senin telah tiba. Seperti biasa, murid-murid SD Negeri 4 Sukamaju wajib mengikuti Upacara Bendera. Akan tetapi, Bayu selalu merasa malas mengikuti kegiatan upacara bendera. Murid kelas lima tersebut menganggap upacara bendera itu hanya membuat capek dan lelah.
Kemudian bel tanda upacara bendera pun berbunyi. Semua anak berjalan menuju ke lapangan sekolah. Bayu berjalan dengan sangat pelan.
“Ah, upacara lagi, upacara lagi,” bisik Bayu sambil berjalan menuju lapangan. Semua murid berbaris rapi sesuai dengan kelasnya masing-masing.
“Siaaapp Gerak!” teriak Rian, sang pemimpin upacara dengan lantang.
Bayu mengikuti perintah sang pemimpin upacara dengan sangat malas. Selama upacara berlangsung, Bayu hampir selalu menggerutu dalam hati. Baginya, upacara terasa sangat lama.
Setelah menahan lelah, akhirnya upacarapun selesai, Bayu segera berlari menuju kelas dengan gembira. Sejenak ia duduk di kursi lalu meluruskan kakinya.
Tak berapa lama, Ibu Guru kelas 5 masuk ke ruang kelas. Sesuai jadwal, pelajaran hari ini adalah IPS yang kebetulan membahas tema tentang perjuangan para pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan.
“Selamat pagi, anak-anak,” kata Ibu Guru memulai pelajaran.
“Selamat Pagi, Ibu Guru,” Anak-anak menjawab serempak.
“Anak-anak, pagi ini kita akan belajar tentang sejarah,”kata Ibu Guru.
“Sejarah sangat penting untuk kita ketahui, agar kita memiliki rasa cinta tanah Air Indonesia,” Tambah Ibu Guru.
Ibu Guru sangat pintar bercerita. Beliau bercerita tentang kisah perjuangan Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau bercerita dengan penuh ekspresi sehingga murid-murid terdiam dan menyimak dengan seksama setiap ucapan Ibu Guru.
Diceritakan oleh Ibu Guru, bahwa pada saat bangsa Indonesia belum merdeka, sangat susah untuk menunjukkan identitas sebagai bangsa Indonesia. Bahkan untuk mengibarkan bendera merah putih sangat dilarang oleh penjajah baik Belanda maupun Jepang. Bung Karno bersama dengan para pejuang lainnya akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bendera Merah putih dikibarkan saat itu sebagai simbol Indonesia memiliki kedaulatan sendiri tanpa campur tangan penjajah.
“Anak-anak, bangsa Indonesia memprokamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, namun sebelum itu, pada saat Jepang berkuasa, rakyat Indonesia tidak diperbolehkan untuk mengibarkan bendera merah putih,” Kata Ibu Guru.
“Bendera yang boleh dikibarkan adalah bendera Jepang,” Ibu Guru menambahkan.
“Mengapa rakyat Indonesia tidak boleh mengibarkan bendera merah putih, Ibu Guru?” Zahra bertanya.
“Karena, Jepang menganggap Indonesia merupakan bagian dari Jepang yang tidak boleh memiliki bendera sendiri,” Jawab Ibu Guru.
“Siapa yang berani mengibarkan bendera merah putih akan ditembak oleh tentara Jepang,” Sambung Ibu Guru.
“Kalau begitu, zaman dahulu tidak ada orang yang upacara bendera, bu?” Bayu bertanya.
“Ada, namun bendera yang dihormati adalah bendera Jepang, Bayu,” Jawab ibu Guru.
“Jadi anak-anak, alasan utama mengapa kalian tiap hari Senin mengikuti upacara bendera adalah agar kalian memiliki rasa cinta tanah air, memiliki disiplin dan juga untuk menghargai jasa para pahlawan,” Ibu Guru menambahkan.
“Coba kalian bayangkan seandainya kalian hidup di zaman penjajahan Jepang, pasti sangat susah bukan?” Tanya Ibu Guru.
“Iya bu”, Jawab anak-anak serempak.
Untuk sejenak Bayu terdiam. Ia sangat menyesal telah bersikap malas-malasan saat mengikuti Upacara bendera. Ia bertekad dalam hati, pada hari Senin berikutnya akan mengikuti Upacara Bendera dengan disiplin dan tertib. Bayu ingin menghargai jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan Bayu ingin menjadi petugas Upacara seperti Rian yang berteriak lantang.
“Siaaaappp Gerak!”
Ingin Menjadi Petugas Upacara
Hari Senin telah tiba. Seperti biasa, murid-murid SD Negeri 4 Sukamaju wajib mengikuti Upacara Bendera. Akan tetapi, Bayu selalu merasa malas mengikuti kegiatan upacara bendera. Murid kelas lima tersebut menganggap upacara bendera itu hanya membuat capek dan lelah.
Kemudian bel tanda upacara bendera pun berbunyi. Semua anak berjalan menuju ke lapangan sekolah. Bayu berjalan dengan sangat pelan.
“Ah, upacara lagi, upacara lagi,” bisik Bayu sambil berjalan menuju lapangan. Semua murid berbaris rapi sesuai dengan kelasnya masing-masing.
“Siaaapp Gerak!” teriak Rian, sang pemimpin upacara dengan lantang.
Bayu mengikuti perintah sang pemimpin upacara dengan sangat malas. Selama upacara berlangsung, Bayu hampir selalu menggerutu dalam hati. Baginya, upacara terasa sangat lama.
Setelah menahan lelah, akhirnya upacarapun selesai, Bayu segera berlari menuju kelas dengan gembira. Sejenak ia duduk di kursi lalu meluruskan kakinya.
Tak berapa lama, Ibu Guru kelas 5 masuk ke ruang kelas. Sesuai jadwal, pelajaran hari ini adalah IPS yang kebetulan membahas tema tentang perjuangan para pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan.
“Selamat pagi, anak-anak,” kata Ibu Guru memulai pelajaran.
“Selamat Pagi, Ibu Guru,” Anak-anak menjawab serempak.
“Anak-anak, pagi ini kita akan belajar tentang sejarah,”kata Ibu Guru.
“Sejarah sangat penting untuk kita ketahui, agar kita memiliki rasa cinta tanah Air Indonesia,” Tambah Ibu Guru.
Ibu Guru sangat pintar bercerita. Beliau bercerita tentang kisah perjuangan Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau bercerita dengan penuh ekspresi sehingga murid-murid terdiam dan menyimak dengan seksama setiap ucapan Ibu Guru.
Diceritakan oleh Ibu Guru, bahwa pada saat bangsa Indonesia belum merdeka, sangat susah untuk menunjukkan identitas sebagai bangsa Indonesia. Bahkan untuk mengibarkan bendera merah putih sangat dilarang oleh penjajah baik Belanda maupun Jepang. Bung Karno bersama dengan para pejuang lainnya akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bendera Merah putih dikibarkan saat itu sebagai simbol Indonesia memiliki kedaulatan sendiri tanpa campur tangan penjajah.
“Anak-anak, bangsa Indonesia memprokamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, namun sebelum itu, pada saat Jepang berkuasa, rakyat Indonesia tidak diperbolehkan untuk mengibarkan bendera merah putih,” Kata Ibu Guru.
“Bendera yang boleh dikibarkan adalah bendera Jepang,” Ibu Guru menambahkan.
“Mengapa rakyat Indonesia tidak boleh mengibarkan bendera merah putih, Ibu Guru?” Zahra bertanya.
“Karena, Jepang menganggap Indonesia merupakan bagian dari Jepang yang tidak boleh memiliki bendera sendiri,” Jawab Ibu Guru.
“Siapa yang berani mengibarkan bendera merah putih akan ditembak oleh tentara Jepang,” Sambung Ibu Guru.
“Kalau begitu, zaman dahulu tidak ada orang yang upacara bendera, bu?” Bayu bertanya.
“Ada, namun bendera yang dihormati adalah bendera Jepang, Bayu,” Jawab ibu Guru.
“Jadi anak-anak, alasan utama mengapa kalian tiap hari Senin mengikuti upacara bendera adalah agar kalian memiliki rasa cinta tanah air, memiliki disiplin dan juga untuk menghargai jasa para pahlawan,” Ibu Guru menambahkan.
“Coba kalian bayangkan seandainya kalian hidup di zaman penjajahan Jepang, pasti sangat susah bukan?” Tanya Ibu Guru.
“Iya bu”, Jawab anak-anak serempak.
Untuk sejenak Bayu terdiam. Ia sangat menyesal telah bersikap malas-malasan saat mengikuti Upacara bendera. Ia bertekad dalam hati, pada hari Senin berikutnya akan mengikuti Upacara Bendera dengan disiplin dan tertib. Bayu ingin menghargai jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan Bayu ingin menjadi petugas Upacara seperti Rian yang berteriak lantang.
“Siaaaappp Gerak!”