Dunia pendidikan tanah air dikejutkan dengan tewasnya seorang pelajar SMK dalam tawuran pelajar di Fly over Pasar Rebo, Jakarta Timur pada 14 Februari 2017. Pelajar tersebut tewas setelah dibacok berkali-kali secara sadis oleh sekawanan pelajar dari kelompok lainnya dengan menggunakan senjata tajam semacam celurit. Pelajar bernama Ahmad Andika Baskara (17) tersebut merupakan siswa SMK Bina Kandung, Lenteng Agung, Jaksel.
Dalam video viral yang diunggah di youtube, terlihat suasana jalan raya pada awalnya lengang. Beberapa saat kemudian, terlihat sekawanan anak muda tanggung dalam posisi berhadap-hadapan menggenggam celurit
Kemudian terjadilah bentrok. Malang, salah satu pelajar terjatuh dan menjadi sasaran tajamnya celurit. Pelajar tersebut akhirnya meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit.
Tawuran Pelajar persoalan kita semua
Dilihat dari namanya saja, kita pasti akan heran. Bagaimana mungkin di dunia terutama di Indonesia ada tawuran pelajar. Dilihat dari namanya saja sudah merupakan hal yang sangat mengherankan. Tawuran pelajar terdiri dari dua kata, "tawuran" dan "pelajar". Tawuran berasal dari kata dasar tawur yang berarti perkelahian beramai-ramai; perkelahian massal. Sementara "pelajar" berarti anak sekolah (terutama pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan); anak didik; murid; siswa.
Aneh bukan, bagaimana mungkin perkelahian massal dilakukan oleh anak sekolah yang setiap hari dididik oleh guru, juga di rumah dididik oleh orang tuanya. Tawuran itu seharusnya dilakukan oleh sesama geng narkoba di Meksiko City, bukannya oleh para pelajar. Lha ini di negara Indonesia, tawuran justru dilakukan oleh para pelajar yang merupakan sekelompok anak muda yang masih di bawah 20 tahun. Mereka seharusnya serius mengikuti proses pendidikan di sekolahnya, tekun membaca buku di perpustakaan, giat melakukan eksperimen di laboratorium dan melakukan diskusi di ruang kelas bukannya malah berkelahi massal di jalanan. Ini sangat disayangkan dan menjadi problematika yang harus diselesaikan oleh negara.
Sampai di sini, wajah pendidikan Indonesia tampil sangat menyedihkan melalui "Tawuran Pelajar". Dunia pendidikan memang memegang peranan penting dalam mendidik anak bangsa ini. Dunia pendidikan bukan hanya sebuah bangunan megah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang serba lengkap. Lebih dari itu, ia harusmampu menarik murid-murid dari lingkungan sekitar rumah yang keras, ia juga harus mampu membuat para siswa tertarik untuk belajar ketimbang terlibat dalam kegiatan kriminal yang marak terjadi.
Tentu saja tidak mudah mengalihkan perhatian anak-anak muda di tengah tekanan-tekanan yang begitu kuat menghimpit. Orang tua yang disibukkan dengan mencari nafkah hingga terpaksa mengabaikan anak, lingkungan yang semakin tidak ramah terhadap tumbuh kembang anak bangsa. Semua itu menyebabkan tidak mudah mengajak para pelajar mencintai dunia pendidikan.
Untuk itu, bukan hanya dunia pendidikan yang mengemban tugas berat mendidik anak bangsa, melainkan semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam dunia pendidikan misalnya orang tua murid, juga pemerintah mulai dari pemerintah desa hingga pemerintah pusat.
sumber : https://news.detik.com/berita/d-3431303/tawuran-pelajar-di-jaktim-1-orang-tewas
Dalam video viral yang diunggah di youtube, terlihat suasana jalan raya pada awalnya lengang. Beberapa saat kemudian, terlihat sekawanan anak muda tanggung dalam posisi berhadap-hadapan menggenggam celurit
Kemudian terjadilah bentrok. Malang, salah satu pelajar terjatuh dan menjadi sasaran tajamnya celurit. Pelajar tersebut akhirnya meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit.
Tawuran Pelajar persoalan kita semua
Dilihat dari namanya saja, kita pasti akan heran. Bagaimana mungkin di dunia terutama di Indonesia ada tawuran pelajar. Dilihat dari namanya saja sudah merupakan hal yang sangat mengherankan. Tawuran pelajar terdiri dari dua kata, "tawuran" dan "pelajar". Tawuran berasal dari kata dasar tawur yang berarti perkelahian beramai-ramai; perkelahian massal. Sementara "pelajar" berarti anak sekolah (terutama pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan); anak didik; murid; siswa.
Aneh bukan, bagaimana mungkin perkelahian massal dilakukan oleh anak sekolah yang setiap hari dididik oleh guru, juga di rumah dididik oleh orang tuanya. Tawuran itu seharusnya dilakukan oleh sesama geng narkoba di Meksiko City, bukannya oleh para pelajar. Lha ini di negara Indonesia, tawuran justru dilakukan oleh para pelajar yang merupakan sekelompok anak muda yang masih di bawah 20 tahun. Mereka seharusnya serius mengikuti proses pendidikan di sekolahnya, tekun membaca buku di perpustakaan, giat melakukan eksperimen di laboratorium dan melakukan diskusi di ruang kelas bukannya malah berkelahi massal di jalanan. Ini sangat disayangkan dan menjadi problematika yang harus diselesaikan oleh negara.
Sampai di sini, wajah pendidikan Indonesia tampil sangat menyedihkan melalui "Tawuran Pelajar". Dunia pendidikan memang memegang peranan penting dalam mendidik anak bangsa ini. Dunia pendidikan bukan hanya sebuah bangunan megah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang serba lengkap. Lebih dari itu, ia harusmampu menarik murid-murid dari lingkungan sekitar rumah yang keras, ia juga harus mampu membuat para siswa tertarik untuk belajar ketimbang terlibat dalam kegiatan kriminal yang marak terjadi.
Tentu saja tidak mudah mengalihkan perhatian anak-anak muda di tengah tekanan-tekanan yang begitu kuat menghimpit. Orang tua yang disibukkan dengan mencari nafkah hingga terpaksa mengabaikan anak, lingkungan yang semakin tidak ramah terhadap tumbuh kembang anak bangsa. Semua itu menyebabkan tidak mudah mengajak para pelajar mencintai dunia pendidikan.
Untuk itu, bukan hanya dunia pendidikan yang mengemban tugas berat mendidik anak bangsa, melainkan semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam dunia pendidikan misalnya orang tua murid, juga pemerintah mulai dari pemerintah desa hingga pemerintah pusat.
sumber : https://news.detik.com/berita/d-3431303/tawuran-pelajar-di-jaktim-1-orang-tewas