Rabu, 05 Januari 2022

Resensi Buku Guru Aini : Prekuel Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata

Kisah Keteguhan Hati Seorang Pecinta Pelajaran Matematika



Judul Buku :  Guru Aini : Prekuel Novel Orang-Orang Biasa

Pengarang: Andrea Hirata

Penerbit: Bentang Pustaka, 2020

Kota: Yogyakarta

Jumlah halaman: 336 halaman


Namanya tertulis begitu jelas dengan huruf kapital pada sampul buku berwarna kuning. Dia adalah Andrea Hirata, seorang penulis buku bertaraf internasional yang karyanya tersebar di berbagai penjuru dunia. Andrea Hirata mulai dikenal masyarakat melalui novel yang sangat terkenal, Laskar Pelangi. Novel tersebut begitu memukau masyarat dunia karena isinya begitu inspiratif, cocok dibaca banyak kalangan dan sangat menghibur. Tanpa bermaksud membandingkan, novel Guru Aini yang akan kita resensi ini tidak kalah dengan Laskar Pelangi, tetap inspiratif dan sangat menghibur. Hal ini menunjukkan karir kepenulisan Andrea Hirata tidaklah terhenti seusai Laskar Pelangi, ia tetap kreatif menulis.

Novel Guru Aini merupakan novel yang secara khusus memberikan perhatian lebih kepada sebuah mata pelajaran, yaitu matematika melalui tokoh-tokoh seperti Desi, Aini, Debut Awaludin dan lain-lain. Cerita bermula dari kegigihan maha dahsyat yang dimiliki seorang lulusan D3 Guru Matematika bernama Desi Istiqomah. Ia begitu menggebu-nggebu untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru matematika. Walaupun dipaksa ibunda tercinta untuk meneruskan bisnis ayahnya yang sudah mapan dengan penghasilan yang melimpah ruah, ia tetap teguh pendirian, menjadi guru matematika.

Selepas lulus, Desi bertugas menjadi guru matematika SMA di Ketumbi, Tanjong Hampar di pelosok Sumatera. Butuh waktu hampir seminggu untuk tiba di sana. Desi harus berganti-ganti sarana transportasi mulai dari bus yang kadang penuh berisi penumpang, kadang kosong. Juga bus yang ditumpangi orang-orang berdasi yang tidak peduli dengan Desi yang membawa tas besar. Atau sebaliknya bus yang berisi orang-orang sederhana namun justru mempersilakan Desi untuk duduk. Desi juga harus menumpang kapal yang membuatnya mabuk laut.

Tiba di Ketumbi, ia disambut dengan ramah oleh orang-orang di sana dengan panggilan bu Guru. Ternyata sebelumnya sudah ada informasi bahwa akan datang seorang guru matematika. Desi adalah seorang guru idealis yang hanya fokus mendidik murid-muridnya menjadi pintar. Sampai-sampai ia hampir frustasi karena setelah bertahun-tahun mengajar, tidak ada satupun anak yang pintar matematika seperti dirinya.

Sampai kemudian muncullah seorang siswa bernama Debut Awaludin yang memiliki kecerdasan dan minat terhadap matematika. Ini membuat Guru Desi bersemangat. Akan tetapi, Debut justru bertingkah sendiri, ia lebih memilih bergerombol dengan teman-temannya yang lain dan meninggalkan matematika. Bu Guru Desi patah semangat lagi.

Waktupun bergulir hingga bertahun-tahun berikutnya tidak ada seorangpun anak yang secerdas Debut. Guru Desi kehilangan semangat lagi. Sampai suatu ketika, seorang anak bernama Aini yang terkenal paling bodoh di sekolah, meminta Guru Desi untuk mengajari matematika.

Tentu saja Guru Desi kaget bukan kepalang. Bagaimana mungkin Aini yang sama sekali terlihat tidak menyukai matematika, tiba-tiba memohon Guru Desi untuk mengajar. Benar saja, setelah berminggu-minggu belajar matematika, Aini tidak menunjukkan perkembangan sama sekali.

Hal ini membuat Guru Desi jengkel. Sampai pada suatu hari ia menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk Aini. Dicobalah metode tersebut. Ternyata berhasil !. Aini perlahan tapi pasti mulai mendapat nilai bagus dan prestasi puncaknya ia berhasil meraih nilai 10 untuk pelajaran matematika dan mendapat peringkat tiga terbaik ketika lulus sekolah.

Novel ini, sebagaimana novel Andrea Hirata lainnya, selalu saja mengaduk-aduk perasaan. Kita diajak untuk tersenyum geli, bahkan kadang bisa tertawa terbahak-bahak saat membaca kata demi kata. Sebaliknya kita bisa juga tanpa terasa meneteskan air mata karena terharu. Pada saat lain, Andrea Hirata mengajak pembaca untuk menyadari pentingnya Matematika dalam kehidupan ini. Matematika adalah hal yang sangat penting untuk dipelajari anak bangsa ini. 

Meskipun demikian, saya menemukan ada sedikit kesalahan penulisan dalam novel ini, yakni pada halaman 27, tertulis mengiktui, seharusnya mengikuti

Saya menyarankan, terutama bagi para pelajar, bacalah novel ini, sangat memotivasi, menginspirasi dan tentu saja menghibur.

Artikel Terkait