Senja merupakan bagian
dari rangkaian perjalanan sang waktu, kehadirannya menandai detik-detik pergantian dari
siang hari yang terang benderang menuju malam yang gelap. Masyarakat Jawa
memandang peristiwa senja merupakan saat-saat yang keramat. Itulah sebabnya
muncul beberapa larangan untuk melakukan kegiatan ketika senja sudah tiba.
Selain sudut pandang tersebut,
ada juga yang menggunakan senja sebagai metafora untuk melambangkan perjalanan
manusia yang telah menjelang pada akhir kehidupannya. Manusia dengan akal dan pikirannya
mampu melihat sebuah peristiwa dengan berbagai sudut pandang. Bapak Ibuk
silakan memaknai senja berdasarkan pengalaman dan pemahaman bapak ibuk sendiri.
Saya sendiri, mencoba mengetengahkan
puisi tentang senja..di bawah ini.
Mengenang Senja Bersamamu
Dalam keremangan senja yang redup ini
kuteringat sebuah cerita
yang pernah terangkai
antara aku denganmu
Senja itu juga
yang pernah menemani kita
sepanjang perjalanan melintas kota
Dalam bayang merah warna senja
kupacu roda dua
menembus hari yang sebentar lagi gelap
Kita berdua
menghabiskan masa remaja
mencoba menjalin cinta suci
berharap menjadi kekasih abadi
bersama denganmu
Kini, semua cerita itu tertutup sudah
bagai sebuah buku lusuh
yang jarang dibuka
Engkau kini hanya bisa kujumpai
lewat untaian doa
yang kupanjatkan tiap senja
bahagialah dirimu
Semoga Tuhan selalu bersamamu
dalam tidur panjangmu
Tentang Senja dan Ayah
Hari sudah beranjak senja
namun ayah belum juga pulang
Ibu nampak berharap-harap cemas
Sebentar duduk di kursi
tak lama beliau berdiri lagi
Tadi, selepas sembahyang zuhur
setelah makan lauk pauk sekadarnya
Ayah pergi ke sawah yang letaknya
agak jauh
dan harus melintas hutan
Biasanya senja seperti ini
ayah sudah berada di tengah-tengah kami
berkumpul di ruang makan
Namun senja ini terasa sangat lama
ayah belum juga pulang
Saat hendak menunaikan Salat Magrib
terdengar pintu diketuk pelan
Akhirnya Ayah pulang
dengan cangkul di pundak
Ayah, jangan buat kami resah menunggu
pulanglah ke rumah sebelum senja
Berharap Bersamamu Hingga Senja Tiba
Senja yang mendadak terasa sendu ini
aku termangu
berdiri tegak di pinggir sungai kecil ini
menatap ufuk barat yang berwarna merah
Untuk sekejap
hatiku bertanya-tanya
Siapa yang bisa memastikan nafas akan tetap berhembus
hingga usia senja ?
Mungkinkah kita akan terus bersama hingga senja tiba ?
Entahlah,
Senja yang singkat ini
menghadirkan kegalauan yang begitu dalam
menusuk nusuk ke relung hatiku
hingga kutersentak
kala Azan Maghrib berkumandang
seperti hendak mengatakan
Jangan risauikan soal senja
biarlah ia datang dengan sendirinya
mengalir bagai aliran air sungai
Jika masih bisa bersama
bersyukurlah
jika tidak bisa
Tetap naungilah kekasihmu dengan payung cinta kasih
hingga Izrail menjemput
Niscaya cintamu itulah yang akan tetap bersama-sama
hingga senja