Sabtu, 04 November 2017

Puisi Hari Guru Nasional yang Menyentuh Hati



Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November. Sebagai sosok penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, guru banyak disorot dan diperhatikan oleh berbagai kalangan. Terselip harapan-harapan kepada sosok guru dan pendidikan di Indonesia pada hari Guru Nasional.

Saya, merayakannya-lagi-lagi-dengan puisi.

Semua Puisi di bawah ini merupakan karya: Arif Rahmawan

Selamat Hari Guru, Pahlawan


Dari dalam lubuk hatimu
tumbuh rasa empati dan cinta kasih,
yang begitu tulus
terhadap sesama manusia

Di benakmu
tersimpan berbagai gagasan, ide cemerlang
dan angan-angan
untuk membangun manusia seutuhnya

Pada setiap langkah kakimu
terkandung optimisme
bahwa perubahan
dimulai dari pendidikan

Pada setiap ucapanmu
bertebaranlah ilmu-ilmu
doa-doa dan nasihat
bagi umat manusia

Semua itu tercermin dalam tindakanmu
setiap hari
kala mendidik, mengajar
mengawasi, melihat dan mendengar
para muridmu

Dalam dirimu
tersimpan banyak hal
yang istimewa dan penting
bagi peradaban manusia

Selamat Hari Guru, untukmu Pahlawan

Baca Juga :

Kumpulan Puisi tentang Guru untuk Anak SD

Kumpulan Puisi tentang Guru

Ketika Guru Honorer Mengajar

Sesaat setelah bel masuk berbunyi
murid-murid berlarian dari halaman sekolah
menuju kelas masing-masing
sementara kau sudah berdiri di depan pintu
menyambut uluran tangan murid
sebelum satu persatu masuk ke kelas

Dengan wajah berbinar-binar cerah
kau tebarkan pandanganmu memenuhi seisi kelas
Dengan lantang kau ucapkan salam pembuka

Menit-menit setelah itu
hanya suara kerasmu yang terdengar 
dari dalam kelas
menerangkan berbagai ilmu

Muridmu, terdiam
namun ada juga yang berisik
bergerak kesana kemari

Sejenak kau terdiam
masih dengan senyum manismu
tatapan matamu mengarah pada
murid yang tak pernah diam

Lembut kau ingatkan
"mohon perhatikan pelajaran
agar kau bisa faham, anakku"

Pelajaran berlangsung kembali hingga selesai
senyummu masih mengembang
membuat muridmu selalu senang
menerima pelajaran darimu

Ah
Kutahu itu topeng belaka
Kau kelabui muridmu
dengan senyum manismu
dan tingkah riangmu

itu palsu
Kau berhasil menyembunyikan
kegalauan hatimu
tak kau perlihatkan kepada mereka
betapa takutnya dirimu
membayangkan masa depanmu
betapa resahnya dirimu
akan nasibmu sendiri
yang tak jelas ujung pangkalnya

Kegundahan hatimu
terhadap nasib keluargamu
istri dan anakmu di rumah
berhasil kau sembunyikan di hadapan murid-muridmu

Sanggupkah dirimu bertahan
di tengah himpitan zaman 
yang semakin kejam ?

Beban Berat di Pundakmu, Wahai Guru

Di Pundakmu
ada beban berat yang dipikulkan masyarakat
kepadamu

Mereka mengirim putra-putri tercinta 
ke dalam lembaga pendidikan
agar menjadi pintar, cerdas, berkarakter dan bermartabat
sesuai keinginan orang tua masing-masing

Engkaulah yang diberi tanggung jawab
untuk mengajari anak-anak
dengan ilmu
yang kelak akan berguna
pada masa yang akan datang

Mereka tidak mau tahu
anak-anak mereka harus 
tumbuh dengan pintar di sekolah

Engkau tak diizinkan berbuat kasar
apalagi mengayunkan tangan

Bisa terjerat pasal-pasal HAM
jika nekat melakukan

Kau tak dipuji ketika anak-anak mereka
menjadi pintar
tapi kau akan dihujat manakala
kau bertindak di luar keinginan para orang tua

Beban-beban itu harus kau pikul
dan Pemerintah sudah membayar tunai

mau tidak mau kau harus bekerja keras dan ikhlas
'melaksanakan tugasmu sebagai guru

Artikel Terkait