Entah kita sadari atau tidak, selama ini sosok Proklamator-baik Bung Karno maupun Bung Hatta-rasanya kurang begitu populer di kalangan rakyat maupun di kalangan pelajar. Tanpa bermaksud membandingkan peran di kalangan para pahlawan, sosok proklamator masih kalah populer di bandingkan Ki Hajar Dewantara atau R.A. Kartini. Baik Ki Hajar Dewantara dan R.A. Kartini maupun para proklamator, mereka adalah pahlawan yang sudah memberi kontribusi sangat besar bagi bangsa ini. Namun mengapa kepopuleran Bung Karno dan Bung Hatta masih kalah dengan pahlawan pendidikan dan pahlawan emansipasi wanita ?
Semua itu bukan tanpa sebab, sejak orde baru, kedua proklamator tersebut memang jarang dimunculkan. Pemerintah saat itu kehabisan ide untuk memeringati sosok sang Proklamator. Bung Karno misalnya, pada 1 Juni 1945 sudah jelas bahwa gagasan beliau tentang dasar negara yang kemudian dikenal dengan nama Pancasila telah disampaikan. Namun orde baru memang sengaja hendak menghilangkan peran Bung Karno dengan cara tidak melakukan peringatan hari Lahir Pancasila. Orde baru menggeser kesaktian Pancasila ke peristiwa 1965.
Dua paragraf di atas menjadi pembuka puisi karya saya tentang Bung Karno. Puisi-puisi sederhana tentang sang Proklamator.
Tentang Marhaenisme
Puluhan tahun silam
berdiri bangunan-bangunan berwarna merah bertuliskan
Panti Marhanisme
Hati hanya bertanya-tanya
apakah Marhaenisme itu ?
Puluhan tahun setelah itu
baru kutahu
Marhaenisme
adalah ideologi
Ia adalah alat pembebasan rakyat
dari kebodohan dan kemiskinan
yang melingkupinya
Penggagasnya adalah Sukarno Muda
yang terenyuh hatinya
melihat kemiskinan dan kebodohan
yang dialami rakyat Indonesia kala zaman penjajahan Belanda
Marhaenisme kemudian menjelma
menjadi ideologi Partai yang didirikan Bung Karno
Partai Nasional Indonesia
Berpijak pada Marhaenisme
Bung Karno bergerak dan
berjuang tanpa lelah
demi bangsa Indonesia
menghadapi penjajahan Belanda
Sekarang tugas kita generasi muda
meneruskan jejak Bung Karno
Membangun bangsa Indonesia
yang diperjuangkan dengan susah payah
oleh para pendiri bangsa
Derita Sang Pemimpin Revolusi
Bung, Engkau adalah buron
gerak-gerikmu senantiasa diawasi polisi Belanda
bagi Pemerintah Hindia Belanda
suaramu yang lantang menggelegar
di depan podium
membuat Penjajah bergidik ketakutan
Mereka takut dengan kejujuranmu
dalam menggambarkan realita kehidupan rakyat
Hindia Belanda kala itu
dan terutama membongkar segala kebusukan
penjajah Belanda
Pidatomu
Orasimu
yang berapi-api
mampu memberi pendidikan
politik yang bisa dipahami dengan mudah
oleh rakyat Hindia Belanda kala itu
Tak ada pilihan lain bagi Pemerintah kolonial
selain mengirimmu ke Penjara
Mereka juga mengasingkanmu
ke tempat terpencil
agar kau bisa mati perlahan-lahan dicekam kesepian
Pemerintah Kolonial sungguh kejam
Namun atas takdir Tuhan
engkaulah orang yang sangat berperan
bagi kelahiran bangsa
Bung Karno, sang pemersatu bangsa
Sidang BPUPKI telah menjadi saksi
bagaimana kecintaanmu terhadap seluruh
rakyat Indonesia
tanpa pandang bulu
baik yang beragama
Islam
Hindu
Kristen
Buddha
Katolik
bahkan mereka yang tidak beragama
Atau mereka yang bersuku-suku
Jawa
Bali
Dayak
dan Papua
Engkau pelajari dengan seksama
bagaimana kehidupan rakyat Indonesia
hasilnya, engkau lahirkan formula pemersatu bangsa
pemersatu seluruh agama di Indonesia
dan pemersatu suku-suku di Indonesia
Pancasila
Pancasila
Telah mempersatukan semua perbedaan itu
dalam satu wadah raksasa
bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasar Pancasila.
Bung Karno sang Proklamator
17 Agustus 1945,
di hadapan ribuan orang
yang sudah menunggumu
dengan berpeluh dan bersesakan
bersama sahabatmu, Hatta
kau bacakan juga teks Proklamasi Kemerdekaan
yang dinanti rakyatmu
Kau bacakan proklamasi kemerdekaan
sebagai tanda
bahwa perjuanganmu sebagai bangsa
yang ingin mengatur diri
sekaligus pemersatu rakyat Indonesia.
Wahai Bapak Prokamator
Wahai Bung Karno
jasa-jasamu sangat besar bagi bangsa Indonesia.