Kamis, 31 Oktober 2019

Unsur Kebahasaan Novel Ronggeng Dukuh Paruk

Jawaban tugas dalam buku Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/ SMK/ MA/MAK bab 4 halaman 124 kurikulum 2013 terbitan kemendikbud. Peserta didik kelas 12 diminta menganalisis unsur kebahasaan novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.



Agar lebih jelas, sila perhatikan soal dan jawabannya di bawah ini !

Soal

Tugas
Setelah membaca kutipan novel tersebut, apakah kamu dapat menganalisis unsur kebahasaan novel Ronggeng Dukuh Paruk tersebut? Untuk mengetahui pemahamanmu, buatlah 3-4 kelompok orang lalu tulislah hasil diskusimu


Jawab:

Silakan tonton dalam video di bawah ini


atau perhatikan tulisan di bawah ini

Unsur kebahasaan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yang akan kita bahas saat ini berkisar tentang gaya bahasa atau penggunaan majas dan citraan. Tidak semua majas bisa saya tampilkan di sini, kalian bisa mengeksplorasi sendiri jika memang penjelasan di bawah ini masih kurang jelas.

Majas atau gaya bahasa dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk antara lain :

1. Gaya Bahasa Simile atau perumpamaan

Gaya bahasa perumpamaan adalah dua perbandingan dua hal yang pad ahakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Gaya bahasa tersebut antara lain:

a. Suaranya melengking seperti kelana panjang. (hal 9)
b. Pohon-pohon yang bergoyang itu tampak olehnya sebagai kelompok manusia dalam tarian aneh. (hal 159-160)
c. Srintil berlari seperti pipit dikejar alap-alap. (hal 278)
d. Mereka mendengus dan menggeram seperti macan berhasil menerkam menjangan . (hal 141)

2. Gaya bahasa metafora

Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata bukan arti sebenarnya melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Dalam trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ditemukan majas metafora antara lain sebagai berikut:
a. Ketiak daun kelapa. (hal 14)
b. Sorot matanya menyala. (hal 122)
c. Rasus sama-sama berdarah Dukuh Paruk. (hal 274).
d. Membuat luka di hati Srintil. (hal 142)

3. Gaya bahasa personifikasi

Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.

Contoh majas tersebut dalam novel ronggeng dukuh paruk antara lain sebagai berikut:

a. Ketika angin tenggara menyapu harum bunga kopi yang selalu mekar di musim kemarau. (hal 13)
b. Dalam kerimbunan daun-daunnya yang sedang dipagelarkan harmoni alam. (hal 111)
c. Namun api dan kesumat telah menunjukkan keangkuhannya di dukuh Paruk (hal 260)

sumber: Skripsi Pemakaian Majas Perbandingan dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Kajian Semantik oleh Margareta ANggraini Taruk

Artikel Terkait