Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Senin, 31 Desember 2018

Berziarah ke Makam R.M.P. Sosrokartono di Sedomukti, Kudus

Ini merupakan pengalaman yang terjadi beberapa tahun silam, yakni ketika saya berziarah ke makam R.M.P Sosrokartono, yang merupakan kakak dari R.A. Kartini. Akan tetapi saya baru sempat menulis di blog ini pada akhir tahun ini, 31 Desember 2018. Alasan mengapa saya tertarik berkunjung ke makam R.M.P. Sosrokartono adalah:

1. Berdasarkan pernyataan almarhum bapak Damardjati Supadjar. Beliau pernah mengatakan selama dalam hidupnya, Bung Karno pernah menyembah dua orang, pertama Ibunda beliau, Ida Ayu Nyoman Rai. Kedua, RMP Sosrokartono. Dalam Penyambung Lidah Rakyat, Cindy Adams juga menulis nama Sosrokartono.

2. Dari beberapa blog tarekat Shiddiqiyyah yang menceritakan tentang R.M.P Sosrokartono.

Kedua alasan tersebut menuntun saya dan beberapa teman untuk berziarah ke makam R.M.P Sosrokartono.

Makam R.M.P Sosrokartono letak di dalam kompleks permakaman Sedomukti, makam keluarga Condronegoro  yang merupakan buyut dari RMP. Sosrokartono dan tentu saja R.A. Kartini.

Lokasi makam berada  di desa Kaliputu, kurang lebih 1 km dari pusat kota kudus. Bagi anda yang berkunjung ke Gunung Muria dari arah kota kudus, pasti melewati daerah ini. Dengan adanya teknologi semacam google map, sangat mudah menemukan tempat ini.


Diiringi gerimis saya tiba di depan pintu gerbang pemakaman Sedomukti. Saat itu pintu dalam keadaan tertutup. Tidak tampak ada juru kunci, kecuali seorang ibu yang berusia sekitar 45 tahun. Setelah minta izin pada seorang ibu tersebut, saya diizinkan masuk ke dalam kompleks pemakaman Sedomukti.

Tiba di dalam, area permakaman ternyata cukup luas. Di dalamnya ada pintu gerbang lagi yang merupakan lokasi utama pemakaman Sedomukti. Dari pintu gerbang tersebut kami melangkah ke utara menuju ke sebuah bangunan yang terletak lurus dari pintu gerbang.


Saya sempat mengira bahwa makam tersebut adalah makam RMP. Sosrokartono. Ternyata bukan, makam tersebut adalah makam Condronegoro. Lalu, saya melangkah ke arah timur, melewati beberapa bangunan, akhirnya saya menemukan makam RMP Sosrokartono yang terletak di bagian timur Kompleks Sedomukti.


Setibanya di makam tersebut, saya mengucapkan salam kepada juru kunci makam yang bernama Pak T. Sunarto. Setelah dipersilakan duduk, saya mengutarakan maksud kedatangan yakni untuk berziarah ke makam RMP. Sosrokartono. Bagian kompleks makam RMP Sosrokartono berisi makam, foto RMP Sosrokartono, lukisan RMP. Sosrokartono, tulisan alif di atas makam, Sebuah prasasti yang bertuliskan doa, tulisan di bagian kanan dan kiri makam, kendi, gelas, kitab suci Alquran, meja tempat pak Sunarto menerima tamu dan rak buku.






Entah bagaimana ceritanya, kami sudah terlibat perbincangan yang cukup akrab dengan Pak Sunarto. Isi perbincangan antara lain tentang diri Pak Sunarto sendiri, tentang kami, tentang kehidupan, tentang makam dan yang paling menarik adalah tentang perjalanan hidup dan ajaran RMP. Sosrokartono.



RMP Sosrokartono lahir di Jepara pada Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M dan wafat di Bandung pada tanggal 8 Februari 1952.

Pak Sunarto mengatakan bahwa R.M.P. Sosrokartono adalah sosok manusia yang telah menjalani dan melakoni Catur Murti. Yakni bersatunya pikiran, perasaan, perbuatan dan perkataan. Beliau bukan sekedar berteori.

Pak Sunarto memberikan penjelasan tentang falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono yang tertulis di bagian kiri dan kanan makam.

Sugih tanpo Bondo
Digdoyo tanpo Aji
Ngaluruk tanpo Bolo
Menang tanpo Ngasorake

Bagi saya ungkapan tersebut mengandung paradoks, bagaimana mungkin kaya tanpa harta, Sakti tanpa Aji/ Ilmu. Menyerang tanpa teman. Menang tanpa mengalahkan. Tetapi hal tersebut sudah dilakukan oleh R.M.P. Sosrokartono. Sebuah hal yang belum bisa saya pahami sepenuhnya.

Dikisahkan juga oleh Pak Sunarto, bahwa di salah satu negara di Eropa, R.M.P. Sosrokartono pernah berhasil mengobati orang sakit, oleh sebab itu beliau diberi kendaraan mewah dan seorang calon istri yang merupakan putri dari pejabat di negara tersebut. Tetapi ditolak oleh beliau. Bermewah-mewahan bertentangan dengan sugih tanpa banda. Sementara mengapa beliau menolak seorang perempuan. Akan saya uraikan di bagian lain ketika membahas Djoko Pring.

Selain falsafah tersebut, Pak Sunarto juga membabarkan makna falsafah lain, yang juga tertulis di batu nisan.

Trimah mawi pasrah
Suwung pamrih, tebih ajrih
Langgeng tan ono susah, tan ono bungah
Anteng manteng, sugeng jeneng.

Secara ringkas, kalimat tersebut bermakna keikhlasan, rila dan menjauhi rasa takut terhadap apapun. Anteng manteng seperti huruf alif yang tertulis di atas makam beliau. Belakangan budayawan Sudjiwo Tedjo mengabadikan falsafah hidup R.M.P. Sosrokartono dalam bentuk lagu dengan judul Sugih Tanpo Bondo.

Diskusi sempat terhenti ketika ada tamu yang meminta Pak Sunarto untuk membuka pintu salah satu ruangan makam yang lain. Selama kepergian Pak Sunarto, kami membaca pelbagai buku yang berisi ajaran-ajaran R.M.P. Sosrokartono dan buku yang ditulis oleh paguyuban Sosrokartanan yang berpusat di Surabaya. Setelah Pak Sunarto kembali, diskusi kembali berlanjut mendiskusikan nama samaran R.M.P. Sosrokartono yaitu, Mandor Klungsu dan Djoko Pring.

Mandor Klungsu. Klungsu merupakan biji pohon asem yang masih kecil, bijinya sangat keras.  R.M.P. Sosrokartono menamakan dirinya sebagai seorang Mandor atau pengawas Klungsu yang berarti selalu memandang ke bawah. Artinya senantiasa bersyukur.

Djoko Pring. Djoko berarti jejaka. Inilah pilihan hidup R.M.P. Sosrokartono, beliau memilih selibat. Inilah alasan, kenapa dia menolak dijodohkan dengan seorang gadis cantik asal eropa. Lalu pring?Berarti bambu. Dalam bahasa jawa kromo, pring berarti deling. Yaitu kendel dan eling. Berani dan senantiasa eling.

Falsafah lain yaitu Ilmu kantong bolong. Beliau sangat loma, dermawan terhadap siapapun. Beliau tidak tega melihat penderitaan rakyat.

Beliau juga menjelaskan perihal doa RMP. Sosrokartono pada saat diminta mengatasi wabah di Sumatera. Doa tersebut diabadikan dalam bentuk prasasti dalam gambar di bawah ini yang ada di bagian makam RMP. Sosrokartono.


Gusti engkang moho agung , Gusti engkang moho kuwoso , mugi-mugi kaparengono Kabul engkang dados maksud lan hajatipun poro ummat sedoyo , mugi-mugi lengkapo welas lan ngapurane gusti dumateng poro ummat , gusti-gusti mugi kersoho dawahaken samudraning berkah dating poro ummat, nyernaaken sagungeng susah lan saget paring wewangi sugeng lajengipun poro kawulo, welas-welas gustining jagat, waras-waras saking kersane Allah.

Di sela-sela perbincangan, saya juga sempat bertanya pada Pak Sunarto, yang manakah yang disebut pohon nagasari. Beliau menengok ke sebuah pohon di sebelah selatan makam RMP. Sosrokartono dan memberitahu bahwa pohon tersebut adalah pohon nagasari.

Tak terasa, waktu terus berjalan hari pun semakin beranjaksore, kamipun mohon diri pada pak Sunarto.

Kredit gambar: Catatan pada laman Facebook Victor Alexander Liem

Sabtu, 29 Desember 2018

Kisah Guru Bernama Tan Malaka yang Menjadi Pahlawan Nasional

Dalam literatur sejarah, dunia pendidikan Indonesia memiliki banyak tokoh pahlawan yang pada awalnya berprofesi sebagai seorang guru. Mereka berjuang melalui pendidikan untuk mencerdaskan bangsa demi membebaskan diri dari kebodohan akibat penjajahan Belanda. Salah satu tokoh guru yang jarang mendapat perhatian bahkan dari kalangan dunia pendidikan adalah sosok seorang guru berprestasi yang berasal dari Sumatera yang bernama Tan Malaka. Karena berbagai prestasinya itulah, Tan Malaka mendapat beasiswa untuk bersekolah guru di negeri Belanda. Bagaimana kisah Tan Malaka dari seorang guru hingga menjadi Pahlawan Nasional, mari kita simak bersama.

Masa Kecil Tan Malaka


Tan Malaka lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, Hindia Belanda pada 2 Juni 1897. Ia terlahir dengan nama Ibrahim. Ayahnya bernama Rasad Caniago sedangkan ibunya bernama Sinah Sinabur. Keduanya adalah sosok yang disegani di lingkungan mereka. Ibrahim kecil tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat religius. Ia adalah anak yang cerdas dalam ilmu agama.

"Saya lahir dalam keluarga Islam yang taat... Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Quran, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tiada acap diceritakannya pemuka, piatu Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah (menangis) mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu jitu dan mulia," kata Tan Malaka dalam buku Madilog.


Riwayat Pendidikan Tan Malaka


Tidak hanya cerdas dalam ilmu agama, dalam pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Belanda, Tan juga dikenal sebagai siswa yang pintar. Pendidikan formal diawali sekolah rakyat. Selepas lulus Sekolah Rakyat, pada umur sebelas tahun (1908) dia mendapat kesempatan untuk bersekolah di Sekolah Guru nomor satu yaitu Kweekschool (Sekolah Guru Negeri) di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), Minangkabau. Atas prestasi dan kecerdasannya, Tan Malaka bahkan diangkat sebagai anak oleh seorang guru Belanda yang menjabat sebagai Direktur II, GH Horensma dan istrinya.


Guru Horensma ini pula yang memberikan banyak pengaruh bagi jalan hidup Tan Malaka. Kepintaran Tan dalam pendidikan membuat guru Horensma bermaksud menyekolahkan Tan Malaka ke negeri Belanda. Pada saat Tan berusia 16 tahun (1913) ia berangkat menuju ke negeri Belanda untuk melanjutkan pendidikan guru negeri (Rijksweekschool) di Harleem, Belanda.

Proses keberangkatan Tan Malaka ke Belanda ternyata cukup berliku. Tan memiliki masalah dengan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan dan hidup di negeri Belanda. Beruntung atas kerjasama antara guru Horensma dan  orang tua Tan Malaka, penduduk di Pandan Gadang, secara ikhlas meminjamkan uang kepada Tan Malaka.

Di negeri kincir angin itu, Tan Malaka mengalami berbagai peristiwa monumental. Meskipun demikian juga jalan hidup Tan Malaka berjalan tidak selalu mulus. Berbagai kendala dialaminya, mulai dari menderita sakit, kekurangan uang hingga kegagalan dalam ujian. Proses pendidikan yang seharusnya bisa selesai selama dua tahun, ternyata baru bisa selesai setelah enam tahun. Tan lulus Rijksweekschool pada tahun 1919.

Di Belanda itulah Tan Malaka mulai berkenalan dengan sosialisme. Selepas Revolusi Rusia, Oktober 1917, Tan semakin intens membaca buku-buku Karl Marx, Frederich Engels dan Vladimir Lenin.


Riwayat Mengajar Tan Malaka


Sebelum Tahun 1913. Karir Tan Malaka sebagai seorang guru dimulai dari tanah kelahirannya. Dididik dalam kultur pendidikan Islam, Tan Malaka dikenal sebagai anak yang cerdas. Dalam usia yang masih sangat belia Tan  bisa menafsirkan Al-Quran. Atas kecerdasannya dia ditunjuk sebagai guru muda oleh tokoh agama di daerahnya. Mungkin jika dia hidup pada masa sekarang dia bisa disebut Ustadz. Sebagai guru ngaji, ia kerap berkeliling desa untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Peristiwa ini terjadi sebelum Tan pergi ke Belanda.

Tahun 1919 - 1921. Setelah menempuh pendidikan Guru di Rijkweekschool, Belanda, Tan pulang kembali ke Hindia Belanda. Ia menerima tawaran dari Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara. Deli (sebagaimana dituturkan dalam buku dari Penjara Ke Penjara ) sejak Tan berada di sana (1919 - 1921) menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Di sana terlihat pertentangan tajam antara modal dan tenaga, serta antara penjajah dan yang terjajah.

Cara pandang tersebut bisa diperoleh Tan, mungkin sebagai akibat dari pengetahuannya tentang sosialisme yang didapat selama di negeri Belanda. Akibatnya, tak hanya mengajar baca tulis bahasa melayu bagi anak-anak kuli, Tan juga mengajarkan pendidikan politik bagi para buruh. Di Deli inilah lahir kata-kata monumental Tan Malaka tentang tujuan pendidikan, bahwa maksud pendidikan anak kuli terutama ialah mempertajam kecerdasan, memperkokoh dan memperhalus perasaan si murid.

Tahun 1921-1924. Selepas dari Deli, Sumatera Utara, Tan Malaka semakin aktif dalam dunia politik dan perjuangan kemerdekaan. Meskipun demikian, ia tetap tidak melupakan statusnya sebagai seorang guru. Ia mendirikan sekolah bernama Sarekat Islam School (SI School) di Semarang, Jawa Tengah. Tan bermaksud mendidik manusia agar tak sekadar pandai tapi juga berjiwa merdeka dan peduli pada nasib rakyat.
Siswa SI School Semarang
Gambar 2. Siswa Sarekat Islam School Semarang

"Sekolah ini menjadi pesaing HIS, sekolah sekunder, terbuka dan terbatas untuk orang Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan dasar mereka di Sekolah Kelas II (Tweede Klasse),” kata sejarawan Harry Poeze.

Tan merumuskan tiga tujuan utama didirikannya SI School :

1. Memberi senjata cukup, buat pencari penghidupan dalam dunia kemodalan (berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Jawa, Melayu, dsb).
2. Memberi Haknya murid-murid, yakni kesukaan hidup, dengan jalan pergaulan (verenniging). Menurutnya, bahwa ia (murid-murid) masih kanak-kanak dalam usia mana ia belum boleh merasa sengsaranya hidup dan berhak atas kesukaan bergaul sebagai kanak-kanak.
3. Menunjukan kewajiban kelak, terhadap pada berjuta-juta Kaum Kromo. Kewajiban itu adalah  bahwa murid-murid kita kelak jangan hendaknya lupa pada berjuta-juta Kaum Kromo (kaum miskin), yang hidup dalam kemelaratan dan kegelapan. Bukanlah seperti pemuda-pemuda yang keluar dari sekolah-sekolah biasa (Gouvernement) campur lupa dan menghina bangsa sendiri.

Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional

Datuk Ibrahim atau Tan Malaka memang memiliki riwayat hidup yang sangat menarik untuk dipelajari. Ia berperan dalam berbagai bidang kehidupan, sebagai politikus, pemimpin partai, pejuang nasional, gerilyawan, guru dan masih banyak lagi. Jejak langkah yang ditinggalkannya semasa hidup turut memengaruhi arah perjalanan bangsa Indonesia.
Untuk itu, merupakan keputusan yang sangat tepat, jika Presiden Sukarno menetapkan Bapak Bangsa ini sebagai pahlawan nasional. Keputusan penetapan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional dikeluarkan pada tanggal 28 bulan 3 tahun 1963, sesuai dengan Surat Keterangan (SK) Presiden No 53 tahun 1963.


Referensi :
1. Islam Dalam Tinjauan Madilog
2. SI Semarang dan Onderwijs
3. Kecerdasan dan Perjuangan Tan Malaka Meraih Pendidikan dari Hasil Utangan
4. SI School, Sekolah Alternatif
5. Tan Malaka

Rabu, 26 Desember 2018

Kisah Dewi Sartika Sang Pahlawan Pendidik Rakyat Jelata

Salah satu tokoh pendidikan di Indonesia yang layak diketahui biografinya oleh para pendidik dan peserta didik adalah Dewi Sartika. Beliau lahir di Bandung, 4 Desember 1884. Kiprah Dewi Sartika dalam merintis pendidikan di Indonesia layak mendapat apresiasi dan penghargaan baik dari Pemerintah maupun generasi muda bangsa Indonesia,

Atas jasa-jasanya dalam bidang pendidikan, pada tahun 1966  Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional kepada Dewi Sartika.

Masa Kecil


Dewi Sartika merupakan anak dari Raden Rangga Somanegara, patih Bandung. Ibunya bernama Raden Ayu Rajapermas, putri Bupati Bandung, Raden Adipati Wiranatakusumah IV. Namun, masa indah bersama kedua orang tuanya tidak bertahan lama. Pada saat Dewi Sartika berusia enam tahun, ayahnya diasingkan ke Ternate karena dituduh melakukan pembunuhan terhadap pejabat nomor satu di Bandung.

Setelah peristiwa tersebut, Dewi tinggal bersama pamannya, seorang patih di Cicalengka. Di sanalah karirnya sebagai pendidik informal dimulai.


Pada usia yang masih belia, Dewi Sartika kecil, sudah mulai menunjukkan bakat mengajarnya. Dengan memanfaatkan ilmu yang didapatnya pada saat masih bersama orang tuanya, ia mendidik anak-anak pembantu. Dewi mengajari mereka baca tulis. Akibat dari intensnya pengajaran yang diberikan, anak-anak tersebut mulai pandai membaca dan menulis. Hal tersebut mengakibatkan banyak orang heran, mengingat pada saat itu pendidikan membaca dan menulis hanya boleh diterima oleh anak-anak bangsawan.

Mendirikan sekolah untuk kaum perempuan


Tahun berganti, Dewi Sartika berfikir untuk memperluas pengajarannya. Beliau bermaksud mendirikan sekolah yang diperuntukkan bagi kaum perempuan. Cita-cita terwujud pada tahun 1904 ketika beliau sudah kembali di Bandung. Beliau mendirikan sebuah sekolah yang dinamainya “Sekolah Isteri”. Sekolah tersebut hanya dua kelas sehingga tidak cukup untuk menampung semua aktivitas sekolah. Maka untuk ruangan belajar, ia harus meminjam sebagian ruangan Kepatihan Bandung. Awalnya, muridnya hanya dua puluh orang. Murid-murid yang hanya wanita itu diajar berhitung, membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam dan pelajaran agama.

Seiring perjalanan waktu, enam tahun sejak didirikan, pada tahun 1910, nama Sekolah Istri sedikit diperbarui menjadi Sekolah Keutamaan Isteri. Perubahan bukan cuma pada nama saja, tapi mata pelajaran juga bertambah.

Ia berusaha keras mendidik anak-anak gadis agar kelak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan terampil. Untuk itu Dewi Sartika banyak memberikan pelajaran yang berhubungan dengan pembinaan rumah tangga. Semakin besarnya sekolah yang didirikannya, beliau terbentur masalah dana. Untuk menutupi biaya operasional sekolah, ia membanting tulang mencari dana. Semua jerih payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi berganti menjadi kepuasan batin karena telah berhasil mendidik kaumnya. Salah satu yang menambah semangatnya adalah dorongan dari berbagai pihak terutama dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang telah banyak membantunya mewujudkan perjuangannya, baik tenaga maupun pemikiran.
Perkembangan Sakola Istri semakin pesat, di beberapa wilayah Pasundan jumlah Sakola Istri mulai bertambah, Sekolah tersebut dikelola perempuan-perempuan Sunda yang bermaksud meneruskan cita-cita Dewi Sartika.

Jika dihitung, pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh.

Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanaan. Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada waktu itu merupakan Sekolah Latihan Guru. Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

sumber:
1. https://biografi-biodata-profile.blogspot.co.id/2012/04/biodata-biografi-dewi-sartika.html
2. https://www.biografiku.com/2011/09/biografi-dewi-sartika.html
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Dewi_Sartika

Jumat, 14 April 2017

Profil dan Foto Ranty Maria, Pemeran Vika Anak Langit

Pemeran Vika dalam sinetron Anak Langit bernama Ranty Maria. Dalam sinetron tersebut Ranty berperan sebagai tokoh bernama Vika yang lugu dan jujur. Vika merupakan seorang gadis asal Yogyakarta yang pergi ke Jakarta untuk mencari tunangannya. Di Jakarta, ia tinggal bersama Budenya, sosok perempuan yang centil dan memiliki cukup banyak hutang.

Sebagai perempuan Jogja, ucapan yang keluar dari mulut Vika memang berusaha agar kejawa-jawaan. Ia kerap tersipu-sipu sehingga senyum manisnya makin terlihat. Selain itu, takjarang keluguan dan kejujurannya tersebut dimanfaatkan orang lain. Bahkan oleh Budenya sendiri

Ranty Maria lahir terlahir dengan nama lengkap Ranty Maria Aprily Kariso pada 26 April 1999, berarti sekarang gadis cantik tersebut baru berusia 17 Tahun. Meskipun berakting sebagai seorang gadis Jawa, Ranty sama sekali bukan keturunan suku Jawa. Ayahnya bernama Lee Ki Young seorang pria Korea, sementara Ibunya berasal dari Manado bernama Joanita Kariso.


Jauh sebelum membintangi sinetron Anak Langit, Ranty sudah melakoni banyak peran dalam sinetron yang berbeda-beda di antaranya adalah :
1. Jangan Nikahkan Aku, Aku Masih Ingin Bermain
2. Elang
3. Sentuh Hatiku (SinemArt 2007 )
4. Heart (series 1) Luna Starvision Plus 2007
5. Menanti Keajaiban Cinta SinemArt 2008
6.My Love Starvision Plus 2012
7.7 Manusia Harimau New Generation sebaai Ratna (MNC Pictures 2016)
8. 7 Manusia Harimau Ratna (SinemArt 2016 )
9. Anak Jalanan sebagai  Cinta (SinemArt 2017)

Dan sekarang, Ranty mendapat peran utama sebagai Vika. Melalui sinetron Anak Langit. Ranty beradu peran dengan Ammar Zoni. Melalui sinetron ini juga sosok Ranty makin sering dilihat para pemirsa. Sosoknya yang memang cantik ditunjang dengan aktingnya sebagai perempuan lugu, akan membuat sosoknya makin dihafal para pemirsa.

Memang benar, dalam usia yang masih tujuh belas tahun, Ranty cukup apik memerankan sosok yang lebih dewasa. Ia berperan sebagai sosok mahasiswa yang akhirnya jatuh cinta pada sosok Al (Ammar Zoni). Sayangnya kisah cinta mereka mendapat gangguan serius dari sosok Rimba(Dylan Car. Justru karena itulah, jalan cerita Anak Langit menjadi semakin menarik.

Bonus : Foto-foto Ranty Maria













Lucunyaa, Foto Ranty Maria (Vika) Saat Masih Kecil

Dibanding nama aslinya, nama Vika mungkin lebih dikenal para pemirsa Anak Langit SCTV. Jika ditanya siapa nama pemeran Vika, mungkin para pemirsa Anak Langit tidak akan langsung menjawab. Nah, selain memiliki wajah yang rupawati, Ranty merupakan aktris profesional masa depan bangsa Indonesia yang menjalankan perannya dengan sangat baik. Tak jarang banyak masyarakat yang mengidolakannya.

Selain itu semua, ternyata Ranty Maria memiliki koleksi foto saat ia masih kecil. Lucu, menggemaskan, imut-imut pastinya. Penasaran, silakan lihat foto masa kecil Ranty Maria saat masih berumur di bawah sepuluh tahun.













Rabu, 29 Maret 2017

Hilman "Lupus" Hariwijaya Sang Penulis Skenario Sinetron Anak Langit



Dunia hiburan tanah air memang tak lepas dari keberadaan sinetron. Cerita yang ringan namun terkadang memancing emosi dan bikin jantung berdebar-debar menjadi daya tarik sinetron Indonesia.

Salah satu sinetron yang mendapat rating cukup tinggi saat ini adalah sinetron Anak Langit. Sinetron yang belum lama diputar di SCTV tersebut berhasil menyedot perhatian pemirsa. Tetangga saya yang disela-sela ibadah Shalat Maghrib dan Isya kerap menonton berita atau hiburan dangdutan di TV swasta, kini mulai beralih menyaksikan tayangan Anak Langit.

Akting yang memukau, bintang yang bersinar dan skenario dengan jalan cerita yang kerap memancing rasa penasaran menjadi kekuatan sinetron ini.

Untuk itu, kali ini, saya akan mengulas siapakah orang brilian yang membuat skenario sinetron Anak Langit ini. Sosok tersebut bernama Hilman Hariwijaya.

Saya hendak sekadar bernostalgia ke masa 90an. Bagi anda, kaum generasi 90an, terutama mereka yang rajin baca novel tidak mungkin tidak mengenal nama Lupus. Sosok cuek bebek yang kerap meniup permen karet tersebut dikarang oleh jago ngocol seIndonesia bernama Hilman. Tidak heran, nama Hilman kerap disandingkan dengan nama Lupus sehingga nama Hilman menjadi Hilman Lupus. Wajah Hilman sendiri tentu sudah akrab di mata pembaca Lupus karena kerap dipajang pada halaman belakang novel.


Hilman Muda. dok:pribadi


Seiring perkembangan zaman, terutama dunia pertelevisian, Hilman rupa-rupanya tetap berkiprah menjadi penulis skenario yang handal. Beberapa sinetron yang mendapat rating tinggi tak sedikit yang skenarionya digarap oleh Hilman yang lahir pada 25 Agustus 1964, termasuk salah satunya adalah sinetron yang sangat keren berjudul Anak Langit.

Kiprah Hilman dalam dunia Kepenulisan buku dan Skenario

Dibanding aktor dan aktris, tentu saja penulis skenario memang tak begitu mendapat perhatian dari pemirsa, termasuk saya sendiri. Ketertarikan saya untuk menulis artikel tentang Hilman didorong oleh memori masa lalu karena perihal kegemaran saya membaca novel Lupus. Melihat sosok Hilman sekarang menjadi penulis skenario sinetron-sinetron dengan high rating, cukup membuat saya bangga dan tentu saja memotivasi saya, bahwa ternyata karir menulis bisa dikembangkan sedemikian rupa seperti yang dilakukan oleh Hilman sekaligus memberikan informasi tambahan bagi anak-anak muda tentang masa lalu sang penulis skenario bukan hanya dalam bidang sinetron melainkan dalam penulisan buku.

“Awalnya saya ngebayangin mau ciptain tokoh kayak apa, saya mau menciptakan sesuatu yang baru. Gambaran anak muda pada saat itu, mulai dari cara ngomong sampai cuek-cueknya.  Dulu cerita remaja tuh yang bikin bukan remaja, dulu Arswendo yang (sering) bikin. Sedangkan saya menulis memang seusia Lupus dengan dunia dan lingkungan saya sendiri. Melihat teman-teman dekat saya, akhirnya terciptalah Lupus dan geng-gengnya,” kata Hilman.sumber


Sekarang mari kita lihat rekam jejak Hilman Hariwijaya dalam dunia kepenulisan. Nama Hilman tak bisa dilepaskan begitu saja dari sosok Lupus yang diciptakannya. Berikut ini novel Lupus dengan berbagai judul yang pernah ditulis oleh Hilman.

Lupus

1. Tangkaplah Daku Kau Kujitak (November 1986)
2. Cinta Olimpiade (Februari 1987)
3. Makhluk Manis dalam Bis (Juni 1987)
4. Tragedi Sinemata (Oktober 1987)
5. Topi-topi Centil (Maret 1988)
6. Bangun Dong, Lupus (Agustus 1988)
7. Sandal Jepit (Juni 1989)
8. iiih, syereem! (Juli 1990)
9. Idiiih, Udah Gede(Desember 1990)
10.Drakuli Kuper(Ih, Syereem Part 2)(Maret 1992)
11.Lupus ‘n Work(Maret 1994)
12.Interview With The Nyamuk(Mei 1995)
13.Yang Paling Oke(September 1995)
14.Cowok Matre(Juni 1996)
15.Mission: Muke Tebel(Maret 1997)
16.Gone With The Gossip(Oktober 1997)
17.The Lost Boy: Salah Culik(1998)
18.Kutukan Bintik Merah(1998)
19.Krismon(1998)
20.Sereeem(1999)
21.Boys Don’t Cry(1999)
22.Bunga Untuk Poppy(2000)
23.Candlelight Dinner(2000)
24.Lupus Milenia 1 – Boneka Ditaman Sekolah(2001)
25.Lupus Milenia 2 – BeTe(2002)
26.Lupus Milenia 3 – PDKT(2002)
27.Cinta Seorang Seleb(2005)
28.Lupus Return: Cewek Junkies(2007)



Lupus ABG(With Boim LeBon)

1. Lupus ABG(Maret 1995)
2. Jadi Lupa Sama Yang Lain(Juli 1995)
3. Cinta Lupus(September 1995)
4. Ringan Sama Dijinjing,Berat Sama Difficult(Maret 1996)
5. Bohong Itu Nyontek(September 1997)
6. Simalakama(1998)
7. Sur… Sur… Surprise(1999)
8. Telepon Umun dan Kecoak Nungging(1999)
9. Cemburu Berdarah Dingin(2000)
10. Berantem Gaya Baru(2002) ** (created by otoy)
11. My Grandma Dream’s(2005)

Lupus Kecil(With Boim LeBon)

1. Lupus Kecil(Februari 1989)
2. Sunatan Massal(Juni 1990)
3. JJS: Jalan-jalan Seram(Juli 1991))
4. Rumpi Kala Hujan(Juni 1992)
5. Sakit, Lah, Dekh, Dong, Weew(Februari 1993)
6. Duit Lebaran(Maret 1994)
7. Bolos(Desember 1994)
8. Terserah Si Ehem(1998)
9. Guruku Manis Sekali(1998)
10. Kucing Asuh Bernama Mulan(1999)
11. Repot… Repot… Repot…!(2000)
12. Iiih, Rakuuut!(2001)
13. Diam Belum Tentu Emas(2003)

Selain novel tersebut ada lagi, novel Olga yang cukup populer saat itu meskipun tidak sepopuler Lupus. Lepas dari dunia kepenulisan buku, Hilman merambah dalam bidang penulisan skenario sinetron. Beberapa skenario sinetron yang ditulisnya antara lain, sebelum Anak Langit adalah Anak Jalanan, Cinta Fitri” musim 1, 2 dan 3, “Melati untuk Marvel”, “Cinta 7 Susun”, “Catatan Hati Seorang Istri” dan “Kita Nikah Yuk”.

Bagi Hilman, menulis skenario memiliki tantangan tersendiri dan itulah bidang yang kini dihidupi dan menghidupinya.


sumber : http://hiburan.metrotvnews.com


“Menurut saya, sebuah peningkatan dari nulis buku terus nulis skenario film atau sinetron, itu peningkatan kemampuan dari seorang pengarang. Orang boleh enggak setuju, tapi itu peningkatan kemampuan pengarang. Sebenarnya, penulis buku belum tentu bisa nulis skenario, begitu juga sebaliknya. Tetapi saya analogikan menulis buku itu kayak bermain piano klasik. Kalau sudah bisa main piano, bisa main keyboard yang banyak pengembangannya. Keyboard itu ibarat sinetron,” terang Hilman. sumber.

Dan sekarang mari jadi saksi kepiawaian Hilman memainkan keyboard.