Tampilkan postingan dengan label Pelajaran Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pelajaran Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 November 2018

50 Contoh Konjungsi Temporal Tidak Sederajat dalam Kalimat

Pada artikel kali ini, kita akan mempelajari konjungsi temporal tidak sederajat. Sebagai pengingat, sebelumnya kita sudah membahas konjungsi temporal sederajat. Kata konjungsi temporal tidak sederajat adalah kata hubung yang menghubungkan kalimat  bertingkat atau tidak setara. Maksudnya adalah kalimat tersebut terdiri dari klausa-klausa yang tidak dapat dipisahkan menjadi klausa tersendiri.

Adapun kata konjungsi temporal tidak sederajat dapat digunakan di awal, tengah, maupun di akhir paragraf. Kata konjungsi temporal tidak sederajat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut: sebelum, hingga, demi, sementara, sambil, bila, waktu, sejak, ketika, dan apabila.

Agar lebih jelas, sila perhatikan contoh kalimat di bawah ini.



Sebelum

1. Sebelum pergi ke sekolah, Aira sarapan bersama ayah dan Ibu.
2. Winda telah pergi ke London sebelum menikah denganku.
3. Sebelum membaca koran, kakek terlebih dahulu minum segelas teh.
4. Galih membeli sepatu baru sebelum pergi ke Yogyakarta.
5. Sebelum minum obat, Yuli harus sarapan dahulu.


Hingga

1. Hingga matahari terbenam, Titi belum juga pulang.
2. Ratih belajar giat sejak sore hingga larut malam.
3. Habib berlatih tinju dengan keras hingga tangannya berdarah.
4. Hingga putus, jembatan penghubung desa belum juga diperbaiki.
5. Dari pagi hingga sore hari, pekerjaan itu belum selesai juga.
6. Hujan deras menggenangi sungai hingga banjir.

Demi

1. Ia bersorak gembira demi melihat pengumuman hasil tes CPNS.
2. Demi anaknya, ia bekerja keras setiap hari.
3. Ia belajar dengan giat demi meraih cita-citanya.
4. Demi bekerja di luar negeri, Silvi rajin belajar bahasa inggris.
5. Ia giat berolahraga demi kesehatannya.

Sementara

1. Sementara menanti ayah pulang kerja, Rian bermain dengan kakak.
2. Lutfi asyik bermain kelereng sementara Tari bermain lompat tali.
3. Sementara menunggu pertandingan bulu tangkis, para penonton berdoa agar Surya menang.
4. Isti belajar matematika sementara Surti belajar IPA
5. Sementara Rian membaca buku, Aldi bermain sepeda di halaman rumah.

Sambil

1. Sambil menggendong Najwa, Cintia memasak air di dapur.
2. Ia mengendarai motor sambil memegang kepalanya yang terluka.
3. Sambil berpegangan pada sebatang pohon, Angga berusaha memetik pohon mangga.
4. Narto melempar sepatunya sambil memarahi Gunawan
5. Sambil minum teh, ia membaca surat undangan di meja.

Bila

1. Ia baru bicara bila ditanya
2. Semua murid akan berkumpul di lapangan bila ada pengumuman upacara.
3. Rumah itu akan disegel bila pemiliknya tidak mampu melunasi hutangnya.
4. Eva akan menikah dengan Tinton bila orangtua mereka mengizinkan
5. Semua uangnya akan dibelikan mobil bila panen tahun ini berhasil.

Waktu

1. Katon berhasil menjuarai turnamen itu, waktu istrinya melahirkan anak pertama.
2. Waktu Ibu guru menerangkan, semua murid terlihat sangat serius.
3. Lilo baru saja diterima menjadi pegawai bank, waktu ibunya tiba di kota Jeddah.
4. Waktu makan siang, Irwan bertemu dengan Tari.
5. Semua karyawan sedang berada di kantin, waktu kebakaran

Sejak

1. Sejak hari itu aku memutuskan untuk berpisah denganmu.
2. Aku merasa sehat sejak rutin minum jamu
3. Kini kita bisa berkomunikasi dengan bertatap muka sejak adanya teknologi internet.
4. Sejak pindah ke Surabaya, aku sudah jarang berkomunikasi dengan Lita.
5. Sejak bekerja di perpustakaan, Rudi semakin rajin membaca buku.


Ketika

1. Ketika aku pulang, Ibu sedang memasak nasi
2. Arman sudah tertidur lelap ketika ayah tiba di rumah
3. Ketika Rudi membaca buku, seekor kucing menyelinap ke dapur.
4. Rian sedang berada di toko buku Kiaramedia ketika Santi pergi menonton film.
5. Ketika Irma berangkat sekolah, ayah baru tiba dari Malaysia.

Apabila

1. Apabila Tuhan mengizinkan, aku akan pergi haji tahun depan.
2. Peristiwa itu tidak akan terjadi apabila Dewi tidak pergi ke London.
3. Apabila nilai rata-rataku bagus, aku akan mendaftar di STAN.
4. Hidupmu akan bahagia apabila kamu mau menjadi istriku.
5. Apabila komputer ini rusak, kamu yang harus memperbaikinya.

Senin, 12 November 2018

25 Contoh Konjungsi Temporal Sederajat dalam Kalimat

Bisa menguasai ilmu tulis menulis dengan baik merupakan bentuk literasi berbahasa yang cukup penting baik bagi anda yang bercita-cita sebagai penulis, anda yang berstatus pelajar maupun khalayak umum. Untuk lebih memperdalam penguasaan ilmu kepenulisan anda, kali ini saya akan menambahkan informasi baru tentang konjungsi temporal sederajat. 

Konjungsi temporal sederajat merupakan konjungsi yang biasanya digunakan untuk menghubungkan kalimat majemuk setara. Konjungsi ini tidak boleh diletakkan pada awal kalimat dan akhir kalimat. Letaknya di tengah. 

Sementara itu yang dimaksud dengan kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsur atau bagian-bagiannya mempunyai hubungan sederajat, atau dengan kata lain, kalimat yang terjadi dari gabungan beberapa kalimat tunggal yang setara. 

Agar semakin jelas pembahasannya, silakan simak contoh konjungsi temporal sederajat di bawah ini.



Sebelumnya

1. Hari ini Lidia akan memasak ikan asin, sebelumnya ia berbelanja di pasar.
2. Pelajaran jam ketiga ini adalah olahraga,  sebelumnya kami mengikuti upacara bendera.
3. Hari ini Sutanto pergi ke India, sebelumnya ia terbang ke Thailand.
4. Kali ini Rendra berbisnis buku, sebelumnya ia sukses berbisnis otomotif.
5. Sukarto juara tinju tingkat provinsi, sebelumnya ia juara tingkat kabupaten.

Lalu

1. Ia mengambil sendok lalu mengambil piring di rak.
2. Rinto membeli buku tulis lalu membayar di kasir
3. Suharto memungut sampah di trotoar lalu membuangnya ke tempat sampah.
4. Tantri mengambil mangga di meja lalu mengupasnya dengan pisau
5. Petugas perpustakaan itu mengambil buku di meja lalu meletakkanya di rak buku.


Selanjutnya

1. Rita berhasil mengakhiri pertandingan dengan tendangan keras, selanjutnya ia akan maju ke final.
2. Edo sudah mendaftar CPNS secara online, selanjutnya ia akan mengirimkan berkas melalui kantor pos.
3. Berkas kasus ini sudah lengkap, selanjutnya POLRI akan mengirimkannya ke kejaksaan
4. Rudi berhasil menamatkan pendidikan SMA, selanjutnya ia akan mendaftar di AKMIL.
5. Yuli sudah membersihkan rumahnya, selanjutnya ia akan pergi berbelanja ke supermarket.

Kemudian

1. Irfan membuka pintu rumah, kemudian ia duduk di kursi tamu.
2. Aku membuka lemari pakaian, kemudian ia mengambil baju berwarna merah
3. Sabdo pergi ke ruang kelas, kemudian ia duduk di bangkunya.
4. Ibu Fatma naik sepeda motor, kemudian iabergegas pergi ke pasar
5. Roni masuk ke perpustakaan, kemudian menulis namanya pada buku pengunjung.

Sesudahnya

1. Sesuai jadwal, jam pertama akan diisi dengan pelajaran matematika, sesudahnya akan diisi pelajaran bahasa inggris.
2. Setiap siswa baru akan masuk ke kelas masing-masing, sesudahnya mereka akan mendapat nomor induk baru.
3. Irfan berhasil meraih juara 1 lomba tenis meja tingkat kecamatan, sesudahnya ia akan mengikuti pertandingan tingkat kabupaten.
4. Farhan pergi ke kolam renang, sesudahnya ia berkunjung ke rumah Yuli.
5. Septa memasak nasi goreng, sesudahnya ia menghidangkannya di meja makan.

sumber : https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat_majemuk_setara

Jumat, 09 November 2018

30 Contoh penggunaan di sebagai Kata depan dan di sebagai Imbuhan

Penulisan "di" ini memang sepele namun cukup mengganggu kenikmatan membaca kata. Apabila kita rajin membaca status facebook terkadang ada kata-kata yang terasa janggal untuk kita baca, misalnya seputar penggunaan di.



Banyak sekali salah kaprah pada saat penulisan di dalam kalimat. Misalnya di jual, di makan. Kemudian ada juga dirumah, disekolah. Penulisan tersebut jelas keliru, yang benar adalah.

a. dijual
b. dimakan
c. di rumah
d. di sekolah

Penulisan "di" ada yang dipisah dengan kata sesudahnya, ada juga yang disambung. Lalu kapan ketentuan tersebut digunakan. Untuk kata depan penggunaan "di" harus dipisah. Sebaliknya jika  berfungsi sebagai imbuhan, di harus digandeng.

Cara untuk membedakan "di" sebagai kata depan dan di sebagai imbuhan adalah :

a) Tambahkan “me” di awal kata dimaksud.

b) Setelah ditambahkan “me”, lihat apakah kata tersebut menjadi padu ataukah rancu.
Jika menjadi padu, artinya kata tersebut merupakan imbuhan. Jika malah menjadi rancu, artinya kata tersebut merupakan kata depan.

Untuk lebih jelasnya, sila perhatikan contoh di bawah ini.

Kata Depan di.
Kata depan diikuti oleh kata yang termasuk keterangan tempat, misalnya


1. Di mana rumahmu ?
2. Agar mendapat banyak pahala, sebaiknya kita salat di masjid.
3. Aku dan Ardi akan berlibur ke Yogyakarta.
4. Pak Iwan membeli pensil di toko buku.
5. Ayahnya selalu menunggu di depan rumah, setiap pagi
6. Aku baru saja meletakkan buku di atas meja belajar.
7. Kau letakkan saja belanjaan ibu di depan pintu.
8. Aku sudah menunggumu di taman kota Semarang.
9. Pada hari ini, aku akan menginap di hotel Wijayakusuma.
10. Sesuai yang sudah dijanjikan, ia akan menerima rumah dan tanah di Surabaya.
11. Aku menyimpan uang di laci kamarku.
12. Baik di rumah maupun di sekolah, Rina selalu rajin belajar.
13. Akhirnya ia diterima bekerja di kantor pajak.
14. Aldo gemar membaca buku di perpustakaan sekolah.
15. Sore tadi, aku bertemu Lena di bandara Ahmad Yani.


Imbuhan di
Kata dasar dalam Imbuhan di biasanya adalah kata kerja, misalnya:

1. Aku mengambil koran yang baru saja dibaca oleh ayah.
2. Sepotong kue baru saja dimakan oleh Tristan.
3. Setelah dirawat selama lima tahun, burung itu akhirnya dilepas ke alam bebas.
4. Daripada memenuhi gudang, benda-benda tua itu akhirnya dibuang.
5. Seekor tikus dimakan kucing.
6. Mobil antik itu akhirnya dijual oleh pemiliknya.
7. Aku terkejut melihat tanamanku dirusak tikus.
8. Rida dicari Ratih di rumah Dewi.
9. Karena dianggap mengganggu, kucing itu dibuang ke luar kota.
10. Buku yang diambil Rita di mejaku itu milik Gunawan.
11. Rumah itu akhirnya diserahkan kepada anaknya.
12. Setiap hari, Luna diantar ayahnya pergi ke sekolah.
13. Markas tentara itu hancur berantakan karena diserang rayap.
14. Tiang bendera itu roboh karena ditabrak sepeda motor.
15. Menurut penelitian, seorang anak tidak boleh diancam.

Selasa, 06 November 2018

30 Contoh Huruf Diftong dalam Kalimat Bahasa Indonesia

Pada artikel kali ini kita akan belajar bersama tentang diftong. Sebagaimana yang kita ketahui, di dalam bahasa Indonesia hanya terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata "bakau" adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata "-au" tidak dapat dipisahkan menjadi "a·u" seperti pada kata "mau". Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal <ai> pada kata "kutai". Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong /ay/ yang merupakan inti suku kata "-ai".

Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan napas yang sama atau hampir sama; kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda. Bunyi /aw/ dan /ay/ pada kata "daun" dan "main", misalnya, bukanlah diftong, karena baik [a] maupun [u] atau [i] masing-masing mendapat aksen yang (hampir) sama dan membentuk suku kata tersendiri sehingga kata "daun" dan "main" masing-masing terdiri atas dua suku kata. Ini menciptakan permasalahan pada akhir kata yang berhuruf u/w dan i/y, karena, pengucapan yang sama saja pada akhir kata.

Agar lebih jelas memahami, mari kita simak contoh kata yang mengandung diftong dalam kalimat di bawah ini.



Contoh Diftong pada Posisi awal

1. Saya mempelajari olahraga tenis meja secara autodidak.
2. Rumah itu sudah menjadi eigendum kami.

Contoh Diftong pada Posisi Tengah.

1. Balairung kampus itu sungguh megah
2. Saya merasa bahagia atas anugerah dan taufik ini.
3. Kita tidak boleh mendekat dengan lokasi geiser itu.
4. Setelah selesai berdiskusi, mereka sepakat memboikot semua produk negara asing tersebut.
5. Pada zaman penjajahan, tentara jepang dengan keji menyiksa para geisha.
6. Anak itu menjadi kaisar termuda di negara Jepang.
7. Setelah ini kita akan pergi ke Kaimana
8. Setiap Sekolah Menengah Atas diminta mengirimkan perwakilan untuk mengikuti Raimuna 2018.


Contoh Diftong pada Posisi Akhir

1. Kupetik dawai gitar ini untuk menghiburmu
2. Badai di tengah kota itu, membuat kami harus berdiam diri di rumah kakek.
3. Saya pergi ke kantor pos untuk membeli meterai.
4. Ayah mengajakku pergi ke kota untuk menonton pawai
5. Rudi gembira karena berhasil menjadi juara membonsai tanaman.
6. Pada hari minggu besok, aku dan kamu akan pergi ke danau.
7. Pohon mangga di depan rumahku mengering karena musim kemarau sangat panjang.
8. Desi pergi ke pasar untuk membeli jeruk limau.
9. Santi menyuruh adiknya pergi ke pasar untuk membeli daging kerbau.
10. Ibu merasa risau menunggu Riska yang tidak kunjung pulang ke rumah.
11.Aku akan melamarmu pada akhir bulan Mei tahun ini.
12. Berdasarkan survei terbaru, generasi muda Indonesia sangat rajin membaca.
13. Konvoi kendaraan bermotor itu sangat berisik.
14. Angin sepoi-sepoi membuatku sangat mengantuk.
15.Perilaku koboi seperti itu sangat tidak dibenarkan.

sumber: https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Diftong

Kamis, 01 November 2018

20 Contoh Penulisan Partikel “Pun” yang Benar Menurut Kaidah Bahasa Indonesia

Pada artikel ini, kita akan mempelajari tentang penulisan partikel pun. Hal itu sebenarnya cukup mudah, asal kita memahami perbedaan penggunaannya. Kesalahan yang kerap kali muncul yaitu penulisan partikel pun yang tidak pada tempatnya. Partikel pun yang seharusnya dirangkai, justru tidak dirangkai. Begitu pun sebaliknya. Misalnya seperti kalimat di bawah ini.

1. Apapun yang terjadi aku akan selalu bersamamu
2. Bagaimana pun, semua sudah terjadi.

Seharusnya:

1. Apa pun yang terjadi aku akan selalu bersamamu
2. Bagaimanapun, semua sudah terjadi.

Agar lebih jelas, mari kita perhatikan contoh di bawah ini.




A.  Partikel “Pun” yang ditulis terangkai/digabung.

Partikel pun yang ditulis serangkai tersebut merupakan unsur kata penghubung. Contoh partikel ini terdiri dari dua belas kata penghubung: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun. Untuk lebih jelasnya mari kita simak bersama contoh di bawah ini.


  • Besok pagi, koperasi sekolah akan membantu korban gempa. Adapun dananya diambil dari kas anggota.
  • Andaipun diterima menjadi PNS, ia tetap akan memilih menjadi pengusaha.
  • Baik susah ataupun senang, aku yakin bisa hidup bahagia bersamamu.
  • Bagaimanapun Intan adalah adiknya, aku tidak mungkin memukulnya.
  • Biarpun aku sudah berusaha mencintaimu, aku tetap tidak bisa melupakannya.
  • Kalaupun harus memilih, aku tidak akan memilih dirimu.
  • Kendatipun sudah berusaha keras, Andini tetap gagal menjadi PNS.
  • Baik putra maupun putri, semua siswa harus berkumpul di lapangan sekolah.
  • Meskipun kakiknya sakit, Ayah tetap bekerja keras di sawah.
  • Sekalipun ia tinggal di Jakarta, ia jarang pergi ke Monas.
  • Walaupun berharta banyak, Devi tetap rendah hati.
  • Sungguhpun demikian, aku tetap akan melanjutkan perjalanan.

2. Partikel “Pun” yang ditulis terpisah
  • Kemana pun aku pergi, aku merasa engkau hadir di sini.
  • Aku pun bingung dengan cara berpikirnya.
  • Dewi pun setuju dengan keputusannya.
  • Betapa pun berat, aku harus merelakan kepergianmu.
  • Langit pun seakan marah mendengar perkataanmu kepadaku
  • Berjalan pun sepertinya aku sudah tidak mampu lagi.
  • Selain pintar, Irfan pun baik hati.
  • Jangankan rumah, kendaraan pun aku tidak punya.
  • Apa pun yang menjadi kehendak-Mu, aku ikhlas, Ya Allah.
  • Malam pun semakin lengang, lalu aku lelap dalam tidur.

40 Contoh Penggunaan Huruf Miring dalam Kalimat Bahasa Indonesia

Para pembaca blog ini, sekarang kita akan belajar bersama tentang pemakaian huruf miring dalam sebuah kalimat sekaligus contoh-contohnya. Mungkin saja selama ini, anda masih sering menulis huruf miring, namun belum mengetahui secara lengkap. Untuk itu mari kita simak bersama bagaimana penggunaan huruf miring tersebut.



a.Contoh huruf miring yang dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.


  • Saya merasa sedih setelah membaca Ronggeng Dukuh Paruk.
  • Laskar Pelangi mengajarkan kepada kita pentingnya sebuah impian.
  • Dewi Lestari berhasil menulis Perahu Kertas dengan baik.
  • Sitti Nurbaya berlatar adat Minangkabau.
  • Bekisar Merah bercerita tentang peliknya kemiskinan di desa.
  • Kakekku sangat gemar membaca Panjebar Semangat.
  • Jaya Baya merupakan salah satu majalah berbahasa jawa di Indonesia.
  • Ayah berjanji akan membelikanku majalah Bobo.
  • Horison adalah salah satu majalah sastra yang cukup berkualitas.
  • Ia belajar beternak ayam setelah membaca Trubus.
  • Ia bersyukur, cerpennya dimuat dalam Suara Merdeka.
  • Satu-satunya toko yang menjual Wawasan di kota ini hanyalah Toko Maju Jaya.
  • Aku suka membaca Kompas karena isinya sangat menarik
  • Pak Rudi berlangganan Seputar Indonesia 
  • Surat pembacanya yang dimuat Media Indonesia akhirnya ditanggapi PT Grab.
  • Johnson, LouAnne. (2005). Teaching Outside the Box: How to Grab Your Students by Their Brains. San Fransisco: Jossey Bass a Willey Imprint. 
  • Hamakonda, Towa P., & J.N.B. Tairas. (2010). Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.  Jakarta: Gunung Mulia.
  • McKinney, F.L., Farley, J., Smith, M., Kohan, A., and Pratzner, F. (1985). Critical Evaluation for Research in Vocational Education. Columbus: The Ohio State University.
  • FKIP UT. (2006). Modul Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Pondok Cabe: Penerbit UT.
  • Maher, B. A. (Ed.). (1964–1972). Progress in experimental personality research (6 vols.). New York: Academic Press.
b. Contoh huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.

  • Dia makan nasi goreng.
  • Dengan diantar ibunya, ia berangkat menempuh pendidikan Polisi.
  • Aku sudah cukup bersabar, namun engkau tidak pernah mengerti.
  • Bagaimanapun ia sudah berusaha keras agar menjadi juara kelas.
  • Jangan pernah menganggap dirimu Raja Jalanan.
  • Gunung Merapi tampak tertutup awan.
  • Presiden Sukarno hampir selalu memakai peci.
  • Sultan Hamengkubuwono IX terkenal karena kebijaksanaannya.
  • Pertemuan keluarga itu ditetapkan berdasarkan tahun Hijriah.
  • Setelah lulus dari Universitas Terbuka ia berhak menyandang gelar S.I.Pust.

c. Contoh huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
  • Gue yakin kita akan jadi pemenang.
  • Semoga Bapak kersa mengantar kita ke Stasiun Kereta Api.
  • Sampai di depan rumah, senyum Ambo menyambutku.
  • Semua penumpang bernafas lega setelah pesawat berhasil landing dengan selamat.
  • Ia memberi nama anaknya dengan nama latin pohon jati, tectona grandis.
  • Shockbreaker sepeda motor itu sangat keras.
  • Ia mendirikan dealer mobil dengan modal yang cukup besar.
  • Ia bekerja sebagai costumer service di perusahaan telekomunikasi di Jakarta.
  • Setelah mengalami pencarian yang cukup melelahkan, black box pesawat akhirnya ditemukan.
  • Air Conditioner di ruang perpustakaan ini sudah rusak.

Rabu, 31 Oktober 2018

50 Contoh Kata Berimbuhan dalam Kalimat

Kali ini kita akan bersama-sama mempelajari contoh kata berimbuhan: awalan (prefiks), akhiran (sufiks), konfiks (awalan dan akhiran), dan infiks (sisipan). Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Untuk lebih jelasnya silakan perhatikan contoh di bawah ini.



1. Contoh Kata Berimbuhan Awalan (Prefiks) dalam Kalimat. (meN-, ber-, di-, ter-, peN-, per-, se-, dan ke).


  • Aku harus bekerja mencari uang demi keluargaku. (me + cari) 
  • Aku baru saja mengambil uang di Bank Rakyat Indonesia. (me+ambil)
  • Dokter menyuruh perawatnya mengambil gunting operasi. (me+suruh)
  • Ida pergi ke toko buku untuk membeli pensil dan penggaris. (me + beli)
  • Sudah lama aku berdiam diri di sini. (ber + diam)
  • Sebagai rakyat, kita harus bersatu demi kemajuan bangsa. (ber+satu)
  • Di rumah ini, Kukuh tinggal berdua dengan istrinya. (ber + dua)
  • Kantor itu tampak berantakan seperti baru saja dirampok. (di+rampok)
  • Sesuai kesepakatan, barang belanjaan Ibu Sumarto akan diantar ke rumah. (di + antar)
  • Rangga berhasil mencapai cita-citanya, menjadi pelari tercepat. (ter+cepat)
  • Nilai tertinggi untuk formasi PNS Pustakawan diraih Tulus Ardianto. (ter+ tinggi)
  • Pencuri itu akhirnya menyerahkan diri ke kantor polisi. (pe + curi)
  • Para pedagang kaki lima harus menghargai hak pejalan kaki. (pe + jalan)
  • Sebagai bukti kesungguhanku, terimalah seikat bunga mawar ini. (se + ikat)

2.   Contoh Kata Berimbuhan Akhiran (Sufiks) dalam Kalimat. Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya.
  • Biarkan saja dia bermain sepuasnya. (biar + kan)
  • Jangankan menghafal, membaca buku saja aku malas. (jangan + kan)
  • Lupakan keinginanmu untuk pergi ke Surabaya. (lupa+kan)
  • Pascagempa, banyak relawan yang datang ke Palu. (rela +wan)
  • Makanan ini rasanya enak sekali. (makan + an)
  • Satu persatu teman-temannya mulai menjauhi. (men +jauh+i)
  • Rumahnya terletak di antara Kantor Pos dan Bank Rakyat Indonesia. (rumah + nya)
  • Istrinya bekerja sebagai karyawati di Toko Buku Maju Baca. (karya+wati)
  • Di kota ini, Suranto terkenal sebagai orang yang dermawan. (derma+wan)
  • Pada zaman presiden Sukarno, banyak perusahaan Belanda yang dinasionalisasi. (nasional+asi)
  • Atheisme dilarang di Indonesia. (atheis+isme)
  • Para hadirin dimohon untuk berdiri. (hadir + in)
  • Selain memikirkan duniawi, kita juga perlu berikhtiar untuk kehidupan ukhrawi. (dunia+wi)
3. Contoh Kata Berimbuhan Awalan-Akhiran (Konfiks) dalam Kalimat

  • Agar kamarmu nyaman, kamu harus selalu menjaga kebersihan. (ke+ bersih + an)
  • Aku telah melakukan kesalahan, silakan aku diadili. (ke + salah + an)
  • Pengalaman menjadikan saya lebih berhati-hati. (pen + alam + an)
  • Untuk menambah penghasilan, Pak Kamto juga bekerja sebagai penambal ban. (pen+ hasil + an)
  • Pernah menjadi sahabatmu adalah hal yang tidak terlupakan. (ter + lupa + kan)
  • Idenya benar-benar cemerlang, sama sekali tak pernah terpikirkan olehku. (ter + pikir + kan)
  • Mendengar apa kata Sunjaya, kami berdua berpandangan. (ber + pandang + an)
  • Mendengar ada razia, para pelajar yang membolos itu segera berlarian. (ber + lari + an)
  • Sepertinya aku telah dilupakan oleh dia. (di + lupa + kan)
  • Alhamdulillah, semoga kita ditakdirkan hidup bersama selamanya. (di+takdir+kan)
  • Alangkah kecewanya Pak Wiryo, sapinya cuma dihargai murah. (di + harga + i)
  • Saya merasa bangga karena turut disalami oleh Pak Jokowi. (di + salam + i)
  • Kasus itu sudah ditangani Polres Gunung Kidul. (di + tangan + i)

4. Contoh Kata Berimbuhan Sisipan (Infiks) dalam Kalimat


  • Untuk meningkatkan kinerja karyawan, pihak manajemen mengadakan pelatihan khusus. (sisipan in)
  • Ririn yang baru berusia tiga tahun suka sekali bermain gelembung sabun. (sisipan em)
  • Gemerlap bintang di langit malam membuatku rindu kepadamu. (sisipan em)
  • Temaram senja menghadirkan kenanganku bersamamu. (sisipan em)
  • Resep masakan bu Kromo sudah diwariskan secara turun temurun. (sisipan em)
  • Agar tali tidak mudah lepas, ia dikaitkan pada kayu yang bergerigi. (sisipan er)
  • Pada pelajaran keterampilan kali ini, siswa disuruh membuat keset dari serabut kelapa, (sisipan er)
  • Saat berburu di hutan, ia hampir saja diseruduk babi hutan. (sisipan er)
  • Setiap penggalang, wajib menguasai materi tali temali. (sisipan em)
  • Pada jambore ini, materi penjelajahan akan dilaksanakan di pinggir hutan. (sisipan el)


Selasa, 30 Oktober 2018

65+ Contoh Penggunaan Huruf Kapital dalam Kalimat

Penggunaan huruf kapital dalam bahasa Indonesia harus memperhatikan kaidah berbahasa yang benar yaitu mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Setelah memahami hal tersebut, diharapkan para pembaca bisa menulis huruf besar dengan benar dalam setiap kalimat.

Untuk itu mari belajar bersama, ada 65 Contoh Penggunaan Huruf Kapital dalam Kalimat Bahasa Indonesia, di bawah ini.



a. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat

  • Aku sedang makan
  • Siapa namamu?
  • Mobil itu berwarna merah
  • Berapa jumlah saudaramu?
  • Pengumuman ini ditujukan kepada semua siswa
b.  Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
  • Arif Rahmawan
  • Almira Putri 
  • Budi Setiawan
  • Mujair
  • Raja Dangdut
  • Rudolf Diesel

Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:
  • ikan mujair
  • mesin diesel
  • 5 ampere
  • 10 volt
2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:

  • Suharto bin Maryanto
  • Siti Zahro binti Zainudin
  • Indani boru Sitanggang
  • Marco van basten
  • Ayam Jantan dari Timur
  • Mutiara dari Selatan
c.  Contoh huruf kapital yang dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

  • Ibu berkata, "Hari ini, kita akan pergi ke rumah kakek."
  • Rian bertanya, "Siapa yang mengambil pensilku?"
  • "Sebaiknya aku segera pulang," katanya.
  • "Besok siang," katanya, "mereka akan pulang."
  • "Rumahku selalu terbuka untukmu," kata Hardiman.
d. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

  • Sultan Hamengkubuwono IX
  • Haji Abdul Karim Amrullah
  • Nabi Ibrahim
  • Raden Ajeng Kartini
  • Doktor Hendra Sulistyawan
  • Mujianto Kartika Utama, Magister Humaniora
e. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

  • Selamat pagi, Jenderal.
  • Terima kasih, Kiai.
  • Selamat pagi, Dokter.
  • Silakan duduk, Prof.
  • Mohon doa restu, Yang Mulia.

f. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

  • Presiden Joko Widodo
  • Jenderal Wiranto
  • Gubernur Jawa Tengah
  • Bupati Semarang
  • Wali Kota Surakarta
g. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

  • bangsa Indonesia
  • suku Dayak
  • bahasa Jawa
  • bangsa Indian
  • bahasa Arab
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

  • pengindonesiaan kata asing
  • keinggris-inggrisan
  • kejawa-jawaan

h. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

  • tahun Hijriah
  • bulan Januari
  • bulan Syawal
  • hari Jumat
  • hari Paskah
i. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah

  • Konferensi Meja Bundar
  • Perundingan Roem Royen
  • Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
  • Perang Dunia I
  • Perundingan Linggajati
Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

  • Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
  • Para pejuang harus memaksa belanda untuk bertemu di meja perundingan.
j. Contoh  Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
  • Surabaya
  • Telaga Sarangan
  • Danau Toba
  • Sungai Amazon
  • Kelurahan Arjawinangun
k. Contoh huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

  • Republik Indonesia
  • Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
  • Ikatan Arsitektur Indonesia
  • Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya
  • Organisasi Siswa Intra Sekolah
l. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

  • Saya baru saja membeli Ronggeng Dukuh Paruk di Gramedia.
  • Setiap hari Bapak membaca Suara Merdeka.
  • Artikelnya yang berjudul Ironi Dunia Pendidikan telah dimuat di Wawasan.
  • Makalah berjudul Strategi Menjadi Penulis Berprestasi sudah berhasil saya sajikan.
  • Laskar Pelangi merupakan novel yang sangat menginspirasi.
m. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
  • S.E. = Sarjana Ekonomi
  • K.H. = Kiai Haji
  • Pdt. = Pendeta
  • Tn. = Tuan
  • Ny. = Nyonya
n. Contoh huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
  • "Bapak sudah menunggumu." kata Hasan.
  • "Siapa namamu, Dik!" kata orang itu.
  • Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
  • "Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
  • "Bu, saya sudah mengatakan hal ini kepada Bapak."

20 Contoh Penggunaan Tanda Koma yang Dipakai Di antara Nama dan Alamat, dan lain-lain

Pada artikel ini, kita akan mempelajari tentang penggunaan tanda koma. Bisa menguasai cara penggunaan tanda baca termasuk tanda koma merupakan bekal yang baik dalam memahami sebuah teks.

Untuk lebih jelasnya silakan perhatikan contoh penggunaan tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.




Contoh penggunaan tanda koma yang dipakai di antara nama dan alamat.

1.  Aji Santoso, Jalan Budi Utomo 12, Kelurahan Karya Bakti, Kecamatan Kebun Nanas, Surabaya 15150
2. Rudi Hartono, Jalan Ahmad Yani 15, Keluarahan Budi Karya, Kecamatan Karangsari, Bojonegoro 12345
3. Suharti, Dusun Wanabakti RT 006 RW 005, Desa Argamukti, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka 45462
4. Raditya Setiawan, Jalan Pahlawan, Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka  45468
5. Dini Sari Murti, Jalan Pangeran Diponegoro, Desa Suniabaru, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka 45468

Contoh penggunaan tanda koma yang dipakai di antara bagian-bagian alamat,

1. Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
2. Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam, Universitas Negeri Surakarta, Jalan Ir. Sutami 36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126
3. Unit Kegiatan Mahasiswa Rohani Islam, Universitas Negeri Surakarta, Jalan Ir. Sutami 36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126
4. Unit Reaksi Cepat, Kepolisian Resor Purbalingga, Jalan Mayjend Sungkono 1, Karangpoh Kulon, Kalikabong, Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah 53321
5. Satuan Lalu Lintas, Kepolisian Resor Purbalingga, Jalan Mayjend Sungkono 1, Karangpoh Kulon, Kalikabong, Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah 53321


Contoh penggunaan tanda koma yang dipakai di antara tempat dan tanggal

1. Surabaya, 10 November 1945
2. Jakarta, 17 Agustus 1945
3. Semarang, 5 Oktober 1945
4. Bogor, 28 Oktober 2018
5. Medan, 10 April 2017

Contoh penggunaan tanda koma yang dipakai di antara nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan

1. Jakarta, Indonesia
2. Bali, Indonesia
3. Yogyakarta, Indonesia
4. Surabaya, Indonesia
5. Medan, Indonesia

Rabu, 24 Oktober 2018

20 Contoh Penggunaan Tanda Koma untuk Memisahkan Petikan Langsung dari Bagian Lain Dalam Kalimat.

Untuk kesekian kali, kita akan melanjutkan pelajaran tentang penggunaan tanda koma. Kali ini kita akan membahas penggunaan tanda koma tanda koma untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Tanda koma sama pentingnya dengan tanda baca lain. Ia sangat bermanfaat untuk memperjelas maksud sebuah tulisan. Dengan demikian apa yang menjadi tujuan sebuah tulisan bisa diterima dengan baik oleh para pembaca.

Untuk itu mari kita simak bersama dua puluh contoh penggunaan tanda koma untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.




1. Kata Ibu saya, "Kita harus rajin belajar agar bisa lulus dalam ujian."
2. "Kita harus sopan terhadap ayah dan ibu," kata ibu guru, "karena mereka berdua adalah orang yang mencintai kita."
3. "Aku akan selalu bersamamu sampai maut memisahkan kita," kata Mira kepada Yudha.
4. Kata Ida, "Aku sudah lama duduk di sini."
5. "Lebih baik aku pergi dari tempat ini, "Ujar Brian.
6. Kata Rudi, "Perjalanan ini sangat melelahkan."
7. Aku berjanji, "Setiap hari aku akan menjemputmu."
8. Kata Umar, "Aku merasa senang berada di tempat ini."
9. "Untuk apa kita selalu bersama jika kau terus melukai hatiku," kata Wulan.
10. "Jika memang itu pilihanmu, aku akan menghargainya," ujar Budi.
11. "Pergilah jika itu maumu," kata Irwan.
12. "Setiap hari kau harus berlatih keras," kata Suwarto.
13.  "Sebaiknya kamu jangan mengikutiku, "kata Bu Joko.
14. Kata Hasan, "Aku mau pinjam sepedamu untuk ikut lomba balap sepeda."
15. Kata Rustam, "Aku akan segera pindah ke kota Semarang."
16. Kata Rudi, "Sebaiknya kujual saja sepeda motor ini untuk bekal merantau."
17. "Bagaimanapun dia adalah sehabatku, aku tidak boleh memusuhinya," kata Ujang
18."Semua itu di luar rencanaku, tetapi aku sangat bahagia," kata Adinda.
19. Kata kakek, " Jika ingin pintar, kau harus rajin belajar dan berdoa."
20. Kata Gunawan, "Jalan raya ini dibangun pada tahun 1998."

Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.

Misalnya:

"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Iwan.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintah Pak Guru.
"Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.

30 + Contoh Penggunaan Tanda koma yang Dipakai Sebelum dan/atau Sesudah Kata Seru

Pada artikel ini kita akan melanjutkan pelajaran tentang penggunaan tanda koma. Kali ini, kita akan membahas tentang penggunaan tanda koma yang dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.

Dengan memahami hal tersebut, lalu mempraktikkannya, insyaallah akan banyak ilmu yang akan kita dapatkan. Terutama bagi anda yang memiliki kegemaran menulis dan sering bingung bagaimana cara menulis kata sapaan dalam kalimat, artikel ini akan membantu memberikan contoh bagaiman semestinya kata sapaan dan kata seru ditulis dalam kalimat.

Meskipun demikian, bagi pembaca awam tidak ada salahnya mengerti tentang penggunaan tanda koma dengan benar, agar ketika menulis status di sosial media selalu menggunakan aturan kebahasaan yang benar.

Nah, berikut ini dua puluh contoh penggunaannya.



1. O, ternyata begitu?
2. O, jadi begitu ?
3. O, aku baru tahu!
4. Wah, luar biasa !
5. Wah, bagus sekali rumahmu !
6. Wah, mahal sekali harga sepatumu !
7. Wah, hebat sekali pidatomu !
8. Hati hati, ya, lantainya licin !
9. Pelan-pelan, ya, jalannya licin !
10. Jangan diambil hati, ya, dia cuma bercanda !
11. Jangan marah, ya, aku sudah punya pacar!
12. Jaga dirimu, ya, semoga selalu sehat !
13. Hai, apa kabar !
14. Hai, aku kangen kamu !
15. Hai, siapa namamu ?
16. Hai, jangan marah ya?
17. O, jadi itu suamimu?
18. O, aku tidak menyangka !
19. Wah, luas sekali halaman rumahmu ?
20. Wah, pintar sekali kamu!
21. Selamat siang, Bu!
22. Selamat pagi, Bu
23. Selamat malam, Bu!
24. Apa kabar, Dik ?
25. Sedang apa, Dik
26. Mau kemana, Dik ?
27. Jangan menangis, Nak !
28. Kakek di mana, Nak?
29. Belajar yang rajin, Nak !
30. Tabahkan hatimu, Nak.
31. Kamu yang sabar, ya, Nak !
32. Sedang apa, Bu ?


Senin, 22 Oktober 2018

20 Contoh Penggunaan Tanda Koma di Belakang Kata atau Ungkapan Penghubung Antarkalimat

Hai para pembaca, apa kabar ? Mudah-mudahan baik. Kali ini kita akan bersama-sama belajar tentang penggunaan tanda koma di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

Bagi anda yang memiliki hobi menulis, menguasai penggunaan tanda koma dalam kalimat sangat bermanfaat agar kita bisa menulis kalimat dengan benar dan efektif. Diharapkan setelah membaca artikel ini, anda bisa menulis kalimat dengan benar, khususnya yang berkaitan dengan pembahasan kita kali ini.

Sementara itu bagi anda yang hanya gemar membaca, menguasai penggunaant tanda koma juga akan membuat anda mampu menyerap informasi dengan benar.

Di bawah ini merupakan dua puluh contoh penggunaan tanda koma di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat.



1. Wawan selalu giat berlatih pencak silat. Oleh karena itu, dia meraih juara pertama turnamen pencak silat Piala Bupati.
2. Besok pagi harga BBM Premium naik. Oleh karena itu, masyarakat berbondong-bondong membeli premium.
3. Besok pagi hari kartini. Oleh karena itu, setiap siswa harus mengenakan pakaian adat.
4. Kekerasan terhadap anak semakin marak. Oleh karena itu, para orangtua harus selalu mengawasi putra-putri mereka.
5. Aku sudah resmi menikah denganmu. Oleh karena itu, jangan pernah menyakitiku.
6. Hari ini, semua guru mengikuti ujian di Balai Kota. Jadi, semua murid diminta belajar di rumah
7. Ardian Mahesa Putra berhasil menjadi lulusan terbaik di sekolah itu. Jadi, ia berhak meraih penghargaan sebagai siswa teladan.
8. Ia membutuhkan uang untuk sekolah anaknya. Jadi, Ujang terpaksa menjual sepeda motornya.
9. Semua yang dituduhkan jaksa kepadanya tidak terbukti. Jadi, Irwan bebas tanpa syarat.
10. Opick berhasil  lulus tes CPNS. Jadi, ia akan segera menikah.
11. Nilai ujian semester Tasya tertinggi di sekolahnya. Dengan demikian, ia berhak mendapat beasiswa ke luar negeri.
12. Ruang perpustakaan akan segera direnovasi. Dengan demikian, untuk sementara kegiatan perpustakaan dilaksanakan di ruang kelas XMIPA1.
13. Putri berhasil lolos seleksi administrasi penerimaan CPNS. Dengan demikian, ia akan segera mengikuti tes selanjutnya.
14. Regu voli SMAN 1 Blora berhasil mengalahkan lawannya di semifinal. Dengan demikian, mereka akan melaju ke final.
15. Di sepanjang Jalan Sudirman ada acara festival budaya. Dengan demikian, arus lalu lintas dialihkan ke tempat lain.
16. Hari ini merupakan hari pemilihan gubernur. Sehubungan dengan itu, semua instansi pemerintah diliburkan.
17. Rumahnya sudah laku dijual. Sehubungan dengan itu, ia akan segera pindah ke luar kota.
18. Tanto anak yatim piatu. Meskipun demikian, ia jarang terlihat sedih.
19. Desi bekerja di pabrik sepatu. Meskipun demikian, ia juga aktif mengikuti kuliah.
20. Orangtuanya seorang penarik becak. Meskipun demikian, Yana selalu juara kelas.

Minggu, 21 Oktober 2018

20 Contoh Penggunaan Tanda Koma untuk Memisahkan Anak Kalimat yang Mendahului Induk Kalimatnya

Hai apa kabar para pembaca, sekali lagi anda telah menyempatkan dirimembaca artikel ini, yakni tentang penggunaan tanda koma. Sebelumnya kita sudah mempelajari penggunaan tanda koma yang dipakai sebelum kata penghubung, penggunaan tanda koma sebagai singkatan gelar, dan penggunaan tanda koma untuk pemerincian dan pembilangan.

Kali ini kita akan belajar tentang penggunaan tanda koma untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Anak kalimat adalah bagian kalimat (klausa) yg tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat lengkap; klausa terikat. Contohnya: agar sehat, ketika pulang. Sementara itu yang dimaksud dengan induk kalimat adalah bagian kalimat (klausa) dari kalimat majemuk bertingkat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat yg mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Contohnya: aku makan, Rita tidur.

Sekarang kita akan menyimak dua puluh contoh penggunaan tanda koma untuk memisahkan anak kalimat yang mendahuui induk kalimat.



1. Kalau tidak ada halangan, aku akan datang ke rumahmu.
2. Karena rajin belajar, Ardi berhasil meraih peringkat pertama.
3. Sejak ditinggal ayah ibunya merantau, Sinta justru rajin belajar.
4. Sebelum menjadi kepala sekolah, jabatan Pak Sardi adalah guru sejarah.
5. Setelah sarapan pagi, Diana bergegas pergi ke sekolah.
6. Agar meraih kesuksesan, para pelajar harus menguasai literasi informasi.
7. Demi menggapai cita-cita, Kirana rajin belajar setiap hari.
8. Sejak duduk di bangku SMA, Rusdi semakin rajin membaca buku.
9. Meski berasal dari keluarga sederhana, Erna sangat pandai berbahasa Inggris.
10. Ketika aku lulus SMA, aku akan kuliah di Universitas Terbuka.
11. Untuk memenuhi target penjualan bulan ini, semua pemasar harus bekerja keras.
12. Karena kesal pada anak buahnya, direktur itu membanting pintu.
13. Agar lulus ujian seleksi CPNS, Tari belajar giat setiap hari.
14. Akibat terlalu sering makan makanan pedas, perut Husin sakit.
15. Walaupun rumahnya di pelosok desa, Ujang mahir menggunakan komputer.
16. Biarpun rumah mereka sederhana, keluarga Pak Farhan selalu gembira
17. Kecuali engkau mau menerimaku apa adanya, aku tidak akan pulang ke desa.
18. Asal bisa selalu bersamamu, aku rela melakukan apa saja.
19. Tanpa berkata apa-apa, Yadi pulang begitu saja.
20. Seandainya saja ada kesempatan kedua, aku tidak akan membiarkanmu menempuh jalan itu.

Demikianlah, dua puluh contoh penggunaan tanda koma untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Sebaliknya, tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.

Contoh :


  • Rudi akan pergi melaut jika diajak temannya.
  • Lesty mempunyai banyak teman karena baik hati.
  • Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

Sabtu, 20 Oktober 2018

20 Contoh Penggunaan Tanda Koma yang Dipakai Sebelum Kata Penghubung

Hai para pembaca apa kabar? Kali ini kita akan bersama-sama melanjutkan belajar tentang penggunaan tanda koma. Salah satunya adalah  tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

Meskipun sepertinya sepele, pengetahuan yang benar tentang pemakaian tanda baca termasuk tanda koma akan sangat bermanfaat bagi kalian, apalagi jika kalian adalah seorang pelajar. Apabila kalian mengerti tentang hal ini, kalian akan memiliki kemampuan literasi baca tulis yang lebih baik dibanding teman-teman kalian.

Nah, mari kita simak bersama contoh dari penggunaan tanda koma yang dipakai sebelum kata penghubung, khususnya kata penghubung "tetapi", "melainkan", dan "sedangkan".



1. Saya ingin membeli sepeda motor, tetapi tidak diperbolehkan ibu saya.
2. Saya suka masakan pedas, tetapi perut saya takut terkena sakit maag.
3. Aku ingin menjadi tentara, tetapi berat badanku masih kurang.
4. Aku rajin membaca buku komik, tetapi malas membaca buku pelajaran.
5. Awan sudah semakin mendung, tetapi hujan belum turun juga.
6. Rumahku sudah kubersihkan setiap hari, tetapi masih saja terlihat kotor
7. Hasan ingin pergi ke supermarket, tetapi ibunya menyuruh belajar di rumah.
8. Pekerjaan ayahnya bukan polisi, melainkan tentara.
9. Rumahku bukan di Jakarta, melainkan di Bogor.
10. Kuliahnya bukan di IPDN, melainkan di UNDIP
11. Roni bukan kekasihku, melainkan kekasih Intan.
12. Vokalis Dewa 19 bukan Armand Maulana, melainkan Ari Lasso.
13. Cita-citaku bukan menjadi presiden, melainkan menjadi pilot.
14.  Ibukota Indonesia bukan di Surabaya, melainkan di Jakarta
15.  Uang Ini bukan milikku, melainkan milik Joko.
16.  Di pasar, ia membeli sayur bayam, sedangkan ibunya membeli buah jeruk.
17. Adikku gemar membaca buku, sedangkan aku gemar olahraga.
18. Aku meraih juara pertama lomba membaca puisi, sedangkan Tari meraih juara pertama lomba melukis.
19. Rinto pandai bermain kata-kata, sedangkan Udin pandai bermain gitar.
20. Willy bercita-cita menjadi polisi, sedangkan adiknya bercita-cita menjadi tentara.

Jumat, 19 Oktober 2018

20 Contoh Penggunaan Tanda koma untuk Pemerincian atau Pembilangan

Pada penulisan sebuah artikel, opini, novel, cerpen dan lain sebagainya, tanda koma pasti akan selalu disertakan karena penggunaan tanda tersebut bisa memperjelas maksud dan tujuan dari sebuah tulisan. Keberadaan tanda koma mempermudah para pembaca untuk memahami sebuah tulisan. Sungguh sukar dibayangkan seandainya ada tulisan yang sama sekali tidak menggunakan tanda koma. Hampir bisa dipastikan tulisan tersebut akan kacau balau, dan susah dipahami oleh pembacanya.

Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas tentang penggunaan tanda koma sebagai Singkatan Gelar, sekarang kita akan belajar bersama tentang penggunaan tanda koma untuk pemerian atau pembilangan. 

Agar lebih jelas, mari kita perhatikan dua puluh contoh kalimat di bawah ini.



1. Saya pergi ke pasar untuk membeli sayur bayam, ikan asin, dan gula pasir.
2. Pak Iwan memiliki tiga orang anak: Irwan, Rani, dan Akbar.
3. Arman, Budi, ataupun Hanif harus belajar giat.
4. Satu, dua, ... tiga!
5. Mobil, becak, ataupun sepeda motor dilarang melintas jalan itu.
6. Jeruk, apel, dan jambu air termasuk buah-buahan segar.
7. Aku melakukan kegiatan rutin setiap hari: makan, tidur, beribadah, membantu orang tua, dan belajar.
8. Tahun ini ada tiga lulusan SMA 1 yang diterima di AKPOL: Johan Saputra, Ardian Hidayat, dan Melani Ardianti Lesmana.
9. Jakarta, Medan, dan Surabaya merupakan tiga kota terbesar di Indonesia.
10. Belut, ikan sepat, dan ikan gabus telah berhasil kami tangkap di sungai sore ini.
11. Roti, air putih, dan segelas susu menjadi menu yang membosankan setiap hari.
12. Pada ujian kali ini aku hanya belajar bahasa indonesia, matematika, dan IPA.
13. Setelah sukses ia membeli tiga hal yang paling diinginkannya: rumah, mobil, dan sepeda motor
14. Samsung, Iphone, dan Redmi menjadi merk gawai paling populer di Indonesia.
15. Kepala sekolah, guru, dan karyawan wajib menghadiri rapat di aula.
16. Di dompetku hanya ada tiga kartu: BPJS, ATM, dan SIM C.
17. Ahmad Tohari, Andrea Hirata, dan Marah Rusli merupakan novelis terkenal di Indonesia.
18. Batu, debu, dan panas menjadi teman setia para tukang batu.
19. Tayo, Gani, Rogi, dan Lani merupakan bus kecil yang terkenal.
20. Aku pergi ke kantor pos untuk mengambil surat, uang, dan membeli perangko.

Kamis, 18 Oktober 2018

10 Contoh Penggunaan Tanda Koma sebagai Singkatan Gelar

Kalian semua pasti pernah membaca buku atau minimal pernah membaca tulisan. Tulisan bisa termuat dalam koran bisa juga dalam sosial media semacam facebook atau layanan percakapan semacam WhatsApp.

Sudah lazim dalam sebuah tulisan selalu ada tanda baca yang menyertainya, tujuannya agar pesan yang disampaikan bisa diterima dengan benar oleh penerima. Salah satu tanda baca yang digunakan adalah "tanda koma"

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), ada tiga belas cara penggunaan tanda koma. Kali ini kita akan bersama-sama belajar bagaimana contoh penggunaan tanda koma sebagai singkatan gelar. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Ada sepuluh contoh penggunaan tanda koma sebagai singkatan gelar.



1. Setelah berjuang keras selama empat tahun akhirnya Nilam berhasil meraih gelar sarjana hukum, Diah Ayu Nilamsari, S.H. 

2. Ia tertegun sejenak saat hendak membuka pintu, dilihatnya nama yang pernah ia kenal tertempel di daun pintu, Rudi Rahardian, S.I.Pust.

3. Pelajaran kali ini sepertinya akan menarik karena gurunya merupakan lulusan S2 Universitas terkemuka di kota Jakarta. Nama gurunya adalah Joko Suprianto, S.Pd., M.Pd.

4. Sungguh sebuah keunikan tersendiri ketika ada orang yang begitu bersemangat untuk kuliah dengan mengambil berbagai jurusan. Nama orang itu adalah Robi Darwis, S.H., S.E., S.Sos., M.M.

5. Penulisan gelar seringkali keliru. Misalnya pada penulisan gelar sarjana hukum. Untuk lebih jelasnya sila perhatikan contoh di bawah.

- Muhammad Nur Hidayat, SH (salah)
- Muhammad Nur Hidayat, S.H (salah)
- Muhammad Nur Hidayat, S.H. (benar)

6. Nama lengkap dan gelarnya adalah Iwan Surahman, S.E., M.M.

7. Di kalangan awam, seringkali terdapat kesalahan ketika menulis gelar Strata 1 dan Strata 2. Untuk lebih jelasnya silakan perhatikan contoh di bawah ini.

- Irwan Setiadi, S.Pd,M.Pd (salah)
- Irwan Setiadi, S.Pd, M.Pd (salah)
- Irwan Setiadi, S.Pd, M.Pd. (salah)
- Irwan Setiadi, S.Pd., M.Pd. (benar)

8. Diberitahukan kepada seluruh karyawan agar menuliskan nama lengkap dan gelarnya pada lembar yang sudah disediakan, misalnya Ida Royani, S.Pd.I.

9. Johan bangga terhadap anaknya yang berhasil menyelesaikan perkuliahan dengan hasil cumlaude. Ira Ardianti, S.T. itulah nama anaknya.

10. Untuk kali ini hanya mereka yang bergelar sarjana ilmu komunikasi yang berhak mendaftar lowongan. Iwan girang karena ia bergelar sarjana ilmu komunikasi, Iwan Agustiawan Yusuf, S.I.Kom.


Demikianlah sepuluh contoh penggunaan tanda koma sebagai singkatan gelar. Mudah-mudahan bermanfaat.

Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Sejarah

Novel sejarah seperti juga novel-novel lainnya, termasuk dalam genre teks cerita ulang. Novel sejarah juga memunyai struktur teks yang sama dengan struktur novel lainnya yaitu orientasi, pengungkapan peristiwa, rising action, komplikasi, evaluasi/ resolusi, dan koda.



Di bawah ini merupakan penjelasan dari tiap-tiap struktur di atas.

1. Pengenalan situasi cerita (exposion, orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu, tempat maupun peristiwa. selain itu, orientasi juga dpat disajikan dengan mengenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan antartokoh

2. Pengungkapan peristiwa
dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

3. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

4. Puncak konflik (turning point, komplikasi)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.

5.Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Pada bagian ini pun sering dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib akhir yang dialami tokoh utama.

6. Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau dengan mewakilkannya pada seorang tokoh. Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebi banyak menyerahkan simpulan akhir ceritanya itu kepada para pembacanya. Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.

Agar lebih memahami struktur novel, kita kaan mempelajari contoh analisis struktur novel sejarah



sumber : Buku Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK kelas XII Kemendikbud 2018

Selasa, 21 Agustus 2018

Unsur Intrinsik Cerita Pendek (Cerpen)

Cerita Pendek atau yang kita sebut dengan cerpen merupakan salah satu karya sastra yang cukup digemari pembaca. Dengan kata-kata yang terbatas, berkisar 500-5000 kata, pembaca tidak perlu meluangkan banyak waktu untuk mengunyah renyahnya kata-kata dalam cerita pendek.

Selama ini mungkin kalian terbiasa membaca cerpen, tidak ada salahnya kali ini kita belajar bersama tentang unsur pembangun cerpen di bawah ini.


a. Tema

Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen itu.

b. Amanat

Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam cerpen umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas dari tema cerita. Misalnya paabila tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu pun tidak jauh dari pentingnya mempertahankan kemerdekaan.

c. Penokohan

Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.

1. Teknik analitik langsung
Alam termasuk siswa yang paking rajin di antara teman-temannya. Ia pun tidak merasa sombong walaupun berkali-kali dia mendapat juara bela diri. Sifatnya itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi teman-temannya.

2. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.
Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serempak berteriak-teriak ! Mereka menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung-acungkan tangannya wlaaupun dengan persaaan yang masih juga ragu0ragu. malah ada di ntara mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya, agar tidak kelihatan berbeda dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana di sekitar kecamatan menjadi riuh. Bukan saja oleh demonstran-demonstran dari desa itu, tapi juga oleh orang-orang yang kebetulan lewat dan ada di sana.

3. Penggambaran linkungan kehidupan tokoh.
Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung-kampung tetangganya sudah pada terang semua.

4. Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa yang diucapkannya benar-benar membuat orang sedesa marah.

5. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya, mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, cuma anak gadisnya yang masih mau menyambut dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima kepulangannya.

6. Penggambaran oleh tokoh lain
Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia bertandang ke rumah sambil membawa aneka brosur barang-barang promosi. Yang menjengkelkan saya, seluruh keluargaku jadi menaruh perhatian kepadanya.

d. Alur

Alur merupakan pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun bersifat kronologis. Pola pengembangan cerita suatu cerpen beragam. Pola-pola pengembangan cerita harus menarik, mudah dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang-kadang berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.

e. Latar

Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bis abersifat faktual atau bisa pula yang imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderugn dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam latar itu.

f. Gaya bahasa

Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cerat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, obnjektif atau emosiaonal. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat untuk adegan yang seram, adegan romantis ataupun peperangan, keputusan, maupun harapan.
Bahasa dapat pula digunakan pengarang untuk menandai karakter seorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang digunakannya. Demikian pula dengan tokoh anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.

Isi dan Struktur dalam Teks Ceramah



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ceramah berarti pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya. Bagi kalian para pelajar tentu sudah akrab dengan ceramah. Baik ceramah guru ketika berada di dalam kelas, ceramah dari teman kalian, juga ceramah ketika upacara bendera.

Ditambah lagi dengan ceramah-ceramah agama di masjid, lalu ada lagi ceramah di media televisi mengenai berbagai macam hal.

Ceramah-ceramah tersebut memiliki dampak terhadap diri kalian. Ada yang merasa senang dan kagum ketika mendengarkan ceramah, ada juga sebaliknya, merasa bosan saat mendengarkan ceramah.

Terlepas dari itu semua. Apabila kamu hendak menjadi penceramah yang baik, setidaknya mulailah dengan mengenali isi dan struktur dalam teks ceramah berikut.

1. Pembuka
Berupa pengenalan isu, masalah ataupun pandangan pembicara tentang topik yang akan dibahasnya. Bagian ini sama dengan teks ekpsosisi, yang disebut isu.

2. Teks
Berupa rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan pendahuluan atau tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumen pembicara

3. Penutup
Berupa penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya.

Berikut ini contoh analisis strutktur untuk teks di atas.

a. Pendahuluan
Dewasa ini, pemerintah Republik Indonesia memberikan kebebasan berpendapat bagi rakyatnya. Bukan hanya unutk ikut menyampaikan ide demi perbaikan dan kemajuan bangsa, melainkan juga untuk menyampaikan kritik. Akan tetapi, tak jarang kebebasan berpendapat tersebut cenderung disalahgunakan. Sebagian masyarakat sudah tidak mampu lagi membedakan mana kritik dan cemoohan. Akibatnya, bukan kritik yang dilancarkan melainkan hinaan dengan kata-kata yang tidak sopan terhadap pemerintah.

b. Isi (Rangkaian Argumen)
Fenomena tersebut menunjukkan kepada kita semua, kebebasan berpendapat yang tidak disertai dengan adab ketimuran justru dimanfaatkan sebagaian masyarakat untuk menghina pemerintah. Hal itu bisa menjurus ke ujaran kebencian yang akhirnya justru berdampak buruk bagi masyarakat.

c.Penutup
Meskipun pemerintah menjamin kebebasan berpendapat, seyogianya kita bisa menyampaikan dengan kata-kata perilaku yang baik, sebab bagaimanapun budaya yang kita miliki adalah budaya timur yang penuh tata krama dan sopan santun. Paling tidak, lancarkanlah kritik dengan bahasa yang lugas dan langsung ke inti permasalahan.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Penggunaan Kata Masing-masing dan Tiap-tiap yang Benar



Kata masing-masing dan tiap-tiap kerap ditulis pada tempat yang kadang kurang sesuai. Kita tak mungkin menyalahkan para penutur bahasa sebab mungkin saja rujukan mengenai perbedaan kedua kata tersebut kurang.

Pada laman badanbahasa kemendikbud ditulis secara jelas mengenai perbedaan tersebut.Tiap-tiap selalu diikuti/diiringi kata benda (nomina) yang diterangkan dan tidak digunakan pada akhir kalimat, sedangkan kata masing-masing pengguna­annya selalu didahului kata benda (nomina) yang diterangkan (antesedennya) dan dapat digunakan pada akhir kalimat.

Ringkasnya, tiap-tiap digunakan pada awal kalimat, sementara itu masing-masing digunakan pada akhir kalimat.

Agar lebih jelas, sila perhatikan beberapa kalimat di bawah ini.

Contoh salah.

1. Masing-masing pemimpin regu menyiapkan barisannya
2. Setelah pulang sekolah anak-anak segera pulang ke tiap-tiap rumah
3. Setiap siswa mendapat roti. Masing-masing anak mendapat dua buah.

Seharusnya

1. Tiap-tiap pemimpin regu menyiapkan barisannya
2. Setelah pulang sekolah, anak-anak segera pulang ke rumah masing-masing.
3. Setiap siswa mendapat roti. Tiap-tiap anak mendapat dua buah.


sumber : https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/593